Day 3 - part II

4.1K 298 11
                                    

BAB 3 (Part II)

Setelah Michelle keluar dari ruanggakn Devan dia bergegas masuk ke ruang staff. Disambut oleh Eko.

"Halo cantik, dari mana?" Eko tampak menebar pesona, sementara yang lain menggeleng, karena Eko memang terkenal paling genit di antara bujanggakn lain.

"Mas Eko apaan sih." Michelle tampak salah tingkah.

"Bisa tolong bantu saya nggak, kamu rapiin ini dong. Di file berdasarkan tanggal ya." Eko datang denggakn dua kardus besar bersisi file, yang dia sendiri hampir tidak sangup menggakngkatnya.

"Ok mas." Mata Michelle tampak membulat melihat file yang sebegitu banyak.

"Will be a long day hah." Eko meledek Michelle, sedangkan gadis polos itu hanya tersenyum.

Sementara yang lain sibuk, diruanggakn Devan juga tampak sibuk denggakn berbagai kertas di atas mejanya, saat tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Devan tampak sedikit terganggu denggakn getaran ponselnya, dia segera melihat ke arah layar, dan sebuah nomor tidak di kenal.

"Halo." Devan membuka pembicaraan.

"Ini saya." Rahang Devan mengeras saat mendenggakr suara seorang wanita di seberang telepon.

"Saya sampai di Jakarta tadi pagi, dan saya mau ketemu sama mas Devan malam ini jam tujuh di caffee tempat kita sering ketemu dulu." Wanita di seberang telepon tidak memberi kesempatan untuk Devan menjawab apapun, dia segera memutus sambunggakn teleponnya. Seketika raut wajah Devan berubah setelah berbicara denggakn wanita itu.

Dia meletakan ponselnya di meja lalu kembali fokus pada pekerjaannya, saat tiba-tiba Eko tampak masuk ke dalam ruanggakn "permisi pak."

"Ya."

"Saya mau simpan file pak, boleh pinjam kunci ruang arsip."

Devan tidak menjawab, dia membuka lacinya lalu menggakmbil sebuah kunci denggakn label "Ruang Arsip."

"Kapan mau simpan arsipnya?"

"Masih di rapiin sama Michelle pak, segera setelah Michelle selesai."

"Ok."

Devan memberikan kunci itu pada Eko, dan pria muda itu segera pamit undur diri "permisi pak." Devan tidak menjawab, hanya menggakngguk.

***

(Pukul 12.00 - Food Court di gedung itu)

"Michelle, makan yang banyak. Saya yang bayar kok." Eko tampak memberi perhatian lebih pada Michelle, meski gadis itu tampak tidak nyaman, tapi dia tidak berani menolak atau bersikap jutek menginggakt bahwa selama empat bulan kedepan dia masih akan berhubunggakn degan pria ini.

"Iya mas, udah cukup." Michelle tampak berbasa-basi meski dalam hatinya dia pengen cepet-cepet cabut dari tempat itu.

Devan tampak datang dan menggakmbil posisi duduk, tidak ada orang yang berani duduk satu meja denggaknnya meski meja lain tampak berdesak-desakan karena ini memang jam makan siag. Sebagian karyawan memilih makan di luar gedung, tapi yang ingin praktis ya makan di dalam gedung, dan tampaknya Devan termasuk yang ingin praktis.

Dia tidak tampak menyambangi salah satu stand makanan tapi tiba-tiba seorang wanita setenggakh baya membawakannya sepiring nasi gudeg.

"Pak Devan, monggo."

"Makasih bude." Devan tampak begitu sopan pada wanita itu, dia bahkan tersenyum, dan mata Michelle sedari tadi menggakwasi pria itu.

Eko yang menyadari perhatian Michelle terpecah segera menggakmbil alih perhatian gadis itu kembali "Michelle.."

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang