Prolog

9.5K 501 20
                                    


"Tidak ada toleransi untuk kesalahan sekecil apapun!" Devan menggebrak meja di hadapannya.

Cekrek,

Pintu terbuka tiba-tiba, dan semua perhatian laki-laki yang berjumlah sekitar tujuh atau delapan orang itu beralih dari boss yang super galak,
pada seorang gadis muda yang tampak begitu menyegarkan di pagi hari yang suntuk karena harus sudah menerima omelan dari boss super tempramental yang gila kerja.

"Siapa kamu?" Devan segera menoleh pada seorang gadis muda dengan rambut ekor kuda, begitu terlihat cute dan girly dengan terusan berwarna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa kamu?" Devan segera menoleh pada seorang gadis muda dengan rambut ekor kuda, begitu terlihat cute dan girly dengan terusan berwarna merah.

"Michelle Lovista Dinar Mirantika pak." Gadis itu menjawab dengan muka tegang.

"Saya nga nanya siapa nama kamu, tapi saya tanya siapa kamu?"Devan memasukkan tangannya kedalam saku celana, satu tangan lainnya menggaruk alisnya. Sementara beberapa orang yang ada di ruangan tampak tertawa geli.

"Diam." Perintah Devan dan seketika suasana menjadi hening.

"Anak magang pak." Gadis muda itu tampak ketakutan.

"Siapa yang suruh kamu masuk ke ruang meeting?" Devan mendekati gadis itu.

"Em.... bu Emil pak."Gadis itu menunduk, tagannya gemetar.

"Kamu kembali ke bu Emil, terus tanya dimana ruangan saya." Devan semakin mengintimidasi "Kamu tunggu di ruangan saya."

"Baik pak." Gadis itu berbalik, keluar dari ruangan tanpa menutup kembali pintu.

"Ok. Lanjut yang tadi." Perhatian Devan kembali ke rencananya megomeli semua staffnya itu, saat tiba-tiba gadis itu kembali lagi.

"Maaf pak, tadi saya lupa permisi."
Rahang Devan mengeras, tatapannya tajam pada gadis itu, membuat gadis itu ketakutan.

"Permisi." Gadis itu menyapa semua pria yang duduk melingkar di meja ruang meeting, lalu menatap Devan, memaksakan senyumnya, meski dia tetap terlihat manis dengan senyum itu, tapi Devan tidak membalasnya. Dia hanya terus menatap gadis itu dengan tatapan kekesalan.

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang