Day 21

3.8K 350 14
                                    

Day 21

(Pukul 08.00 - Apartment Devan)

"Halo bu."

Devan membuka pembicaraan.

"Halo le, gimana kabarmu? Sehat to le?"

ibu menyahut.

"Sehat bu. Ibu sama bapak gimana?"

"Sehat semuanya."

"Tumben pagi-pagi ibu telepon?"

"Selamat ulang tahun, kamu lupa sama ulang tahun kamu sendiri?"

suara ibu bergetar.

"Oh..... makasih bu."

raut wajah Devan meredup.

"Sudah makin bertambah usiamu, semoga selalu di beri kesehatan, panjag umur, da murah rejeki ya le."

ibu mulai terdengar menangis.

"Amin bu."

"Ibu kenapa nangis?"

"Mikirin kamu le, kapan kamu mau menikah? Biar ada yang ngurusi kamu gitu lho."

"Nanti juga nikah kalau udah waktuya bu."

"Nanti kapan?" ibu terisak "Kamu mbok jangan mikirin adek-adekmu terus, mikirin kami semua di kampung, mikirno awakmu le."

"Aku juga mikir kok bu."

"Yo udah ada belum calonmu?"

"Belum bu, masih belum ada yang sreg."

"Mbok jangan cari yang susah-susah, yang penting tresno sama kamu, bisa ngurus kamu, ngurus rumahmu, ngurus anak-anakmu."

"Iya bu. Iya..."

"Yowes, ibu mau masak dulu."

"Iya bu."

Devan meletakkan ponselnya di meja setelah panggilannya berakhir. Tidak ada ucapan selamat ulang tahun selain dari ibunya, adik-adiknya bahkan lupa memberinya ucapan selamat ulang tahun. Devan merebahkan dirinya di sofa, menikmati bersantai di hari libur.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.

Meski eggan, Devan akhirnya bangkit dari tempatya lalu berjalan kearah pintu.


Cekcekk.....


"Surprise..." Michelle datang dengan sekotak blackforest dengan sebuah lilin menyala di atasnya, sementara alis Devan bertaut. Dia berdehem, menelan ludah, kemudian bertanya pada Michelle "Kamu ngapain?"

Wajah Michelle seketika merengut "Boleh saya masuk pak?"

Devan bergeser dari tempatnya berdiri, memberi akses pada Michelle untuk masuk.

"Bapak cepet sini, make a wish, terus tiup lilinnya."Michelle berbalik ke arah Devan, dan pria itu mendekat ke arahnya.

"Jadi saya harus ngapain?"

Michelle memutar matanya "Sini, pegang." Michelle meminta Devan memegang kue itu.

"Sekarang, merem, terus berdoa." Perintah Michelle.

"Begini?" Devan menutup matanya.

"Iya, terus berdoa pak."

"Ok."

Michelle menikmati memandang Devan berdoa dengan mata tertutup, dia telihat begitu mempesona. "Udah." Devan membuka mata, dan menangkap basah Michelle yang sedang melongo menatapnya. "Eh..." Michelle segera tersadar.

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang