Tentang Pria Itu

141 14 0
                                    

Aku beristirahat dirumah. Terbaring lelah setelah berkeliling mall itu bersama Sam. Kata-kata Sam masih mengganggu pikiranku.

Ah sudahlah.

Aku memandangi langit-langit kamarku sesaat. Kemudian aku mengubah arah bola mataku, mengarah tepat ke sebelahku. Ada sebuah boneka kelinci dari pacarku. Sejak saat itu aku sering memanggil Oliver dengan nickname "Bunny". Dia memberikan ini saat hari Valentine, dan sepertinya Sam punya pasangannya. Katanya Sam membelinya di toko yang sama dengan Oliver. Rumah mereka memang dekat sekarang. Dulu mereka bersahabat pena saat kecil. Saat itu Oliver tinggal di Singapura.

Aku mengenal Oliver saat dia sedang berbincang dengan Sam di halaman rumah Sam. Ia sangat ramah waktu itu haha.

Aku mengambil boneka itu dan memeluknya erat, sambil mengarahkan mataku pada jam dinding yang berada pada tembok di samping ranjang ku. Pukul setengah 7 malam. Tidak ada PR hari ini jadi mungkin aku akan beristirahat sebentar.

"Carmen junior."
Aku dengar suara itu samar-samar dalam tidurku.

"Kamu sudah makan belum? Hey Ana!"
Suara lelaki itu familiar. Tapi aku belum ingin bangun.

Lalu kurasakan suara pria itu memanggil namaku berkali-kali, sambil mengguncangkan tubuhku yang sedang terbaring ini. Aku pun membuka mata.

"Sudah, pa." Jawab ku lembut, belum ada tenaga.
"Baguslah. Ini masih jam 8. Bereskan buku mu lalu berbicaralah dengan kami."
"Kami?"
"Papa sama mama."
"Oh, oke." Maklum lah. Aku kurang fokus.

Kartu pelajarku harus selalu dibawa ke sekolah bila ada ulangan harian PKN atau Bahasa Indonesia. Aku tidak mengerti kenapa. Kalau kataku sih, Pak Rahmat hanya ingin menyusahkan kita. Tapi katanya untuk melatih kedisiplinan. Biasanya ku taruh di kantong celana atau rok agar bila dibutuhkan mendadak, aku akan membawanya. Tapi.....

DUH DIMANAAA?? KOK GAADA DI KANTONG? DI TAS JUGA GAADA?!

Butuh telpon! Ku hubungi langsung Sam.

"SAM SAM!"
"yo what's up?"
"KARTU PELAJAR GUEE"
"KENAPA? KARTU LO DAPET PACAR??"
"WHAT THE- gw seriusss! Ilanggg"
"OMG BESOK LO PKN KAN?"
"Yes."
"TERUS GIMANA ANN? Kalau gabawa kan lo diusir!"
"Ya gw tau makanya gw panik."
"Tutup telponnya, tarik nafas, ayo kita cari bareng-bareng di tempat masing-masing."
"Okie. Thanks Sam." Telponnya langsung dimatikan olehnya.

Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai berpikir.

Tiba-tiba ponsel ku bergetar. Sebuah nomor yang tak dikenal mengirim pesan. Mungkin penawaran tabungan atau kakek minta pulsa. Aku hendak ngeblock nomor itu. Baru saja ingin ku tekan tombol "block", sebuah kata dalam pesan itu menangkap perhatianku.

"... kartu pelajar anda...." KARTU PELAJAR!

Kemudian aku langsung memeriksa pesan tadi. Nomornya ga aku ketahui, tapi dia mengirim ini.

Via SMS
???: Malam nona. Apakah ini nomor nona yang kehilangan kartu pelajar? Saya menemukan kartu pelajar anda, nona. Terjatuh di toko buku. Nona Annatie Carmen, benar? Saya hendak mengembalikannya. Apa harus saya kirim ke alamat rumah nona ataukah nona ingin bertemu?

Oh iya, kutempelkan nomor hp ku seandainya terjatuh.
Sopan sekali. Ku balas apa ya? Ah, begini saja.

Me: Malam mas. Benar, saya Anatie Carmen. Terima kasih banyak, mas. Saya sangat membutuhkan kartu itu untuk besok. Bagaimana kalau bertemu saja? Saya mau berterima kasih secara ✅langsung.

Nah. Segera ku kirim dan tinggal menunggu balasan.

Beberapa menit kemudian, aku melihat hp ku bergetar lagi. Ah, aku harap ini balasan dari dirinya. Tapi, yang ku harapkan tidaklah terjadi.

Tentangnya dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang