Tentang Ruang Makan

3 1 0
                                    

"Nat, lo mentang-mentang lagi ultah jangan ngerepotin atuh!" Celetuk Astra, sedang berusaha membangunkanku yang terlelap di sebelahnya, menyandarkan kepalaku di pintu mobil.
"Udah sampe Nat astagaaaa," tambahnya.

Aku menolak ajakannya berdiri maupun keluar dari mobil. Susah menjelaskannya tapi saat itu tempat duduk di mobil Astra benar-benar nyaman.

Ya, nyaman. Hingga Astra membuka pintu dari luar hingga aku terkejut.

"ASTRA!" Teriak ku reflek. Untung saja safety belt yang kukenakan menahan tubuhku.
"Makanya bangunnn," ujar Astra gemas, sambil mencubit pipiku yang padahal tidak berisi sama sekali.
"Iya, iya."

Aku melepaskan safety belt, lalu menurunkan kaki satu persatu.

"Gila," ujar Astra tiba-tiba.
"Lo gila," balasku.
"Ih, bukan," balas Astra lagi. Kali ini berhasil membuatku mendongak untuk melihat wajahnya.
"Terus apa?" Tanyaku.
"Lo dandan minim banget, trus tidur gitu ga peduli buat touch up. Kayaknya tas Matilda kalau dibongkar isinya make up semua, deh. Dikit-dikit ke kamar mandi. Kok lo ga gitu sih, Nat?" Tanya nya.

Entah kenapa mendengar nama Matilda membuatku risih. Tapi aku tetap menjawab pertanyaan nya.

"Buat apa bawa make up kemana-mana? Mungkin kadang-kadang gw pengen touch up, tapi kalau jalan sama lo gini, kan bawaannya cuma mau enjoy aja. Make up is not that important right now. Lagian emangnya lo bakal ninggalin gw kalo gw bare face? Kan ngga." Balasku dengan senyum.
"Betul juga," Astra setuju.

Astra menggapai tanganku dan membantuku turun dari mobil. Saat Astra menutup pintu mobil, pandangan di depan mataku sungguh mempesona. Sebuah bangunan tingkat dua dengan dinding kokoh. Gaya modern yang sungguh mempesona, dan membuatnya terlihat mewah. Terlihat sangat luas dan nyaman. Sekelilingnya asri, sepertinya ada jalan tersendiri untuk menuju ke rumah ini. Tidak ada kulihat rumah lain satu pun di sekelilingnya. Sedikit menyeramkan sebenarnya, apalagi malam-malam begini.

Tunggu, ini tempat apa?

"Ini dimana, Tra?"
"Bogor."
"Bukan gitu! Ini rumah siapa?"
"Rumah temen gw, dia lagi keluar negri beberapa minggu jadi gw jagain rumahnya. Gw tinggal di sini sementara."
"Yang bener? Jadi ini bukan rumah lo?"
"Bukan, kok."

Entah kenapa aku masih tidak percaya. Berani sekali dia bawa teman perempuan ke rumah orang lain.

"Jadi? Ngapain kita disini? Mau mesum lo ya?!" Tuduhku setengah serius.
"Ih, jangan curigaan gitu, dong! Udah ayo masuk dulu," bujuk Astra.
"Yaolo Tra gamau!" Kali ini aku serius "gamau ikut sampe lo kasih tau kita mau ngapain di rumah orang malem-malem kayak gini!"
Astra menghela napas, bersiap mengatakan sesuatu.
"Yaudah gini aja. Ini kunci rumahnya, lo masuk sendiri nanti langsung belok kanan. Gw diem disini sampe lo panggil gw buat masuk. Kalau lo lebih pengen pulang, kita pulang," kata Astra sambil meletakkan kunci rumah di tanganku.

Aku memandang Astra tajam, lalu melangkah ke rumah tersebut. Aku membuka pintu dan menyalakan lampu. Aku berjalan pelan sambil terus-menerus menengok ke belakang. Aku melihat ke kanan, dimana ada tirai partisi yang elegan. Ketika aku melangkah maju, kaki ku menginjak sesuatu dan serentak semua lampu mati.

"ASTRA!" Aku langsung berteriak memanggil sahabatku ini karena kaget.
"Akhirnya saya bisa masuk, Tuan Putri," ujar Astra.

Astra datang dan memelukku sebentar. Selepas memelukku yang masih ketakutan- aku lupa bilang, aku takut ketinggian dan kegelapan -Astra merangkul pundakku dengan tangan kirinya.

"Kenapa ga lo nyalain lampunya?" Tanyaku cemas.
"Lo buka dulu tirai nya, nanti nyala kok," balas Astra.

Aku, yang hendak secepat mungkin melenyapkan kegelapan ini, membuka tirai sesegera yang aku bisa. Aku terpana. Itu ruang makan, dengan sebuah meja bundar yang diselimuti kain putih. Di atasnya terdapat alat penerang seperti lilin, tapi bukan yang dapat menyublim ataupun dinyalakan dengan api. Suasana di ruang makan tersebut remang, lengang, nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentangnya dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang