Tentang Sam

215 20 2
                                    

Kami pergi mencari tempat makan. Aku berharap manusia yang kusebut sahabatku ini tidak memilih tempat yang aneh-aneh. Aku kan orangnya agak pemilih dalam hal makanan, dan Sam tau itu.

"Hmmm pizza? Ayam? Atauuuu burger??" Tanya Sam dengan suaranya yang keras bagai berteriak. Orang-orang di sekitar kami sampai banyak yang menoleh. Mungkin pikir mereka anak ini banyak mau sekali haha.

"Diem tengil! Diliatin noh ama orang. Buruan pilih tapi jangan mahal mahal." Kata ku sambil menahan tawa.
"Hehee.. Ayam aja deehh." Katanya lagi dengan suara keras sehingga orang-orang kembali memandang ke arah kami. Memang anak ini urat malunya udah putus haha.
"Yaudah ayo." Responku.

Sesampainya di restoran, Sam memesan 1 beefburger jumbo dan segelas soda, dan aku memesan 1 cheeseburger ukuran sedang dan segelas ice lemon tea. Kami lalu duduk di dekat jendela. Rupanya langit sudah mulai berwarna ungu bercampur oranye. Ini sudah jam 6 sore. Aku kembali memikirkan Oliver karena tidak memberi kabar padaku.

Apa dia sangat marah padaku?

Tiba-tiba pikiranku beralih pada manusia di hadapanku ini.
Sam selalu ceria dan sepertinya ia tidak pernah bisa merasa malu. Bisa dibilang dia aktif sekali. Dia adalah anak seni. Dia pintar menggambar dan melukis. Dia hanya menyukai buku komik. Anaknya baik hati dan dia selalu ada untukku.

Tapi entah bagaimana, setiap aku datang terlambat dan Oliver meninggalkanku, Sam selalu ada disana untukku. Kemudian kami akan selalu berjalan bersama.

Beberapa hari ini Sam sepertinya telah mengganti parfumnya. Wanginya familiar, tapi aku tidak ingat bau apa ini.

"Sam?"
"Yaa?" Katanya setelah menelan makanannya.
"Lo ganti parfum dari kapan?"
"Ganti parfum? What do you mean?" Katanya sambil mengalunkan nada lagu What Do You Mean dari Justin B.
Aku memandangnya dengan tatapan tajam, tanda bahwa aku sedang tidak ingin mendengarnya bernyanyi. Sam terdiam sejenak.
"Hmm. I didn't change it, babe. Mungkin indra penciuman lo lagi rusak haha."
"Yeah maybe."

Aku kembali melamun tentang Sam, dan Sam sendiri kembali menikmati burgernya yang baru setengah disantapnya.

Dibanding sebelumnya, Sam sekarang lebih diam. Matanya terlihat mengarah hanya pada makanannya itu, dan seperti menatapnya kosong. Matanya sesekali mengarah ke kiri, kemudian kembali lagi. Biasanya Sam begitu bila sedang resah.

Aku tahu hampir semua tentang Samantha, atau mungkin sudah semua haha. Begitu juga sebaliknya. Tentang gaya berpakaian, makanan favorit, tempat favorit, keluarga, dan bahkan tanda-tanda dalam perilaku masing-masing. Maklum saja. Kami telah menjalin persahabatan selama 9 tahun.

Aku penasaran.

"Sam?"
"Hm." Gumamnya yang sepertinya tidak sadar aku memanggilnya.
"Helloo.. Earth to Saaam?"
"Hm." Ulangnya.
"SAMANTHA!" Kataku mengagetkannya.
"OH MY GOD I'M SORRY ANN!" katanya dengan wajah yang sangat terkejut.
"Gw lagi melamun tadi. What is it? Going home?" Sambungnya.
"Sam.. apa gw ada salah ngomong sama lo?"
"Salah ngomong apa maksudnya?"
"Gapapa."
"Oh."

Sesaat suasana menjadi canggung. Aku memberanikan diri memulai percakapan lagi.
"Gimana? Burgernya enak?"
Sam kemudian terdiam sejenak, lalu kembali ceria.
"ENAK ANN! THANK YOUU" teriaknya.
Gemas sekali ingin kucubit pipinya sampai memar.

Telepon Sam tiba-tiba bergetar. Aku melihatnya dengan cepat memeriksanya.
"Ann gw mau ke kamar mandi dulu." Katanya tiba-tiba.
"Mau gw temenin?"
"Nope. Sendiri aja. Ada yang harus gw perbaiki."
"Oh okay. Don't be long."
"Sure."

Aku agak penasaran. Apa yang harus dia perbaiki sampai harus pergi sendiri? Dan siapa yang menghubunginya tadi.

Tak lama kemudian Sam kembali. Aku dapat mencium bau strawberry, bau parfum lama nya. Aku rasa dia baru saja memakai ulang parfum khas nya itu. Bau yang kucium sebelumnya sudah tidak ada lagi.

"Ready, Ann?"
"Yeah. Ayo pergi."

Kami mengunjungi toko aksesoris di lantai 2 mall berlantai 5 tersebut. Kami membeli kalung sahabat. Dengan suara manisnya Sam mengatakan, "promise me, Ann. Janji ya. Kalau sampe ada sesuatu yang memecah belah persahabatan kita, lo harus janji untuk basmi sesuatu itu bareng gw. Kecuali.."
Lagi-lagi Sam terdiam sejenak.
"Kecuali salah satu diantara kita yang menghancurkannya sendiri."
Aku bingung.
"Kalau itu terjadi, gw harus apa?" Tanyaku.
"Kalau itu terjadi, gw harap lo ga pergi kemana-mana. Gw juga gaakan pergi kemana-mana. Can you promise me?"
Aku kaget. Dia tidak pernah se serius ini.
"Ke-kenapa lo ngomong gitu sih, Sam?"
Wajahnya yang tadi terlihat sangat serius bercampur sedih dan takut berubah kembali menjadi wajah ceria khas.
"Gapapa. Kan gw bilang 'kalau'. Hehehe lupakan lah." Wajahnya seperti kecewa. Ada sesuatu. Aku tahu benar itu.

Suasananya canggung kembali.

"Ayo kita cari taksi" ujarku untuk memecah suasana.
"Ya ya ayo." Balasnya.

Dalam perjalanan kami berbicara sedikit, tidak seperti biasanya. Hanya sekedar bertanya-tanya soal UKK yang sebentar lagi di kelas kami masing-masing. Kelas kami berbeda. Aku 10IPA6 dan Sam di 10IPS3. Cukup jauh, ya.

[BONUS] SAM'S POV (Percakapan lewat ponsel):

Sam: "Halo? Buat apa kamu telepon
          aku sekarang? Kamu tau aku
          lagi sama Ann kan?"
???:   "Maaf kalau aku ganggu. Aku
          cuma mau tau keadaan kamu."
Sam: "Keadaan aku? Kamu nelpon
          tiba-tiba gitu menurut kamu
          keadaan aku gimana? Ann
          doesn't know anything about us
          and you better stop contacting
          me while i'm with Ann, Luke!"
???:   "Baiklah, maaf. Hati-hati di jalan
          ya, manis."
Sam: "Thanks for today, hun."

Aku langsung mematikan telepon, memakai parfumku, dan kembali pada Ann agar tidak terlalu lama meninggalkannya.

Tentangnya dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang