Tentang Hubungan Baru

33 4 0
                                    

Hari ini libur kenaikan kelas. Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh murid manapun. Tapi aku tidak. Semua buku yang ku punya sudah ku babat habis. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi selama liburan. Mama dan papa juga tidak mengijinkan aku pergi bila alasannya adalah membeli buku baru. Katanya rumah seperti sudah sangat penuh hanya dengan buku-buku ku, bahkan sampai harus memiliki 3 lemari besar untuk tempat buku-buku tersebut.

Hari ini aku di rumah saja. Astra mengatakan bahwa dia akan menemui seorang wanita kenalannya. Mungkin wanita yang kami temui di toko buku waktu itu.

Ah, apa peduliku? Itu urusannya dan aku ga mau ikut campur urusan orang lain.

Aku baru saja akan menyalakan TV untuk mencari saluran yang menarik. Tapi niatku ini gagal karena tiba-tiba papa mengatakan bahwa dia ingin menonton serial TV kesukaannya. Hari ini papa libur dan mama yang bekerja.

Papa bekerja sebagai seorang dosen, dan mama bekerja sebagai kepala sekolah sekaligus guru bahasa asing di salah satu sekolah internasional, yang pasti itu bukan sekolahku.

Mereka berdua bertemu saat SMA. Mama dan papa beda sekolah. Mereka berdua bersekolah di Inggris tapi aku tidak tahu namanya. Keduanya juga berumur sama. Mereka bertemu saat kelas 3 SMA.

Saat itu papa adalah seorang pria yang cukup dipandang oleh para gadis, bahkan sampai fotonya dijual pada para gadis di sekolahnya. Sementara mama bukanlah seorang wanita yang menyukai hubungan asmara. Singkat cerita, suatu hari papa dan mama berpapasan di sebuah kedai. Keduanya memesan susu coklat di kedai tersebut. Papa langsung menyukai mama, tetapi kata papa, sangat sulit mendapatkan perhatian dari mama. Akhirnya setiap hari, di waktu yang sama, papa selalu menghampiri kedai itu dan menunggu mama mampir atau mungkin hanya melewatinya. Seiring waktu, hati mama terbuka untuk papa. Dan kemudian mereka menjalin hubungan yang kuat, dan menikah pada tanggal 5 Mei 2000. Aku kemudian lahir di tahun berikutnya, tanggal 24 Juli.

Menurut cerita mama, mama pernah sekali tergoyahkan karena saat kuliah ia bertemu dengan seorang lelaki yang lebih gagah, baik hati, pintar, dan tampan, tapi hubungannya toxic. Karena kesadarannya akan keharmonisan dalam sebuah keluarga, mama kemudian mengakhiri hubungan itu saat baru berjalan selama 1 bulan. Kemudian entah bagaimana, mama dan papa dipertemukan lagi meskipun universitas mereka berbeda.

Kisah cinta mereka memang seperti dongeng bagiku, tapi aku tahu bahwa mama dan papa tidak akan pernah berbohong padaku. Karena disinilah mereka sekarang, hidup berbahagia sebagai keluarga dengan satu anak, dan satu anak lagi yang sedang dikandung.

Kasih sayang tambahan dari seorang adik adalah sesuatu yang sangat ku dambakan sejak dulu. Membayangkannya saja sudah sangat membuatku senang.

Aku kemudian mengambil HP ku dari meja kamarku. Aku memeriksa notifikasinya. Tidak lama kemudian, sebuah nomor tidak dikenal meleponku. Awalnya aku ragu dan tidak ingin mengangkatnya, tapi kemudian aku tetap mengangkatnya. Siapa tahu mungkin itu adalah panggilan penting atau darurat.

Suara lelaki pada panggilan ini serasa tidak asing dan sangat ramah. Ia menyebut namaku, kemudian menanyakan apakah benar ini nomorku.

Phonecall:
???     : "Anatie Carmen. Apakah ini benar nomor Anatie Carmen?"
Anna : "Uhm, bukankah akan lebih sopan bila anda mengucapkan salam terlebih dahulu?"
???     : "Ah, maafkan saya. Selamat pagi. Jadi, apakah benar ini nomornya, dan sekarang saya sedang berbicara dengannya?"
Anna : "Selamat pagi. Ya, benar. Ini Ramiro?"
Rio     : "Haha bener banget! Udah tuh jangan ngobrol formal lagi."
Anna : "Oke. Kenapa lo telepon?"
Rio     : "Mau jalan ga? Gw laper nih, sekalian ajarin gw pelajaran bahasa Inggris. Ya mau yaa??"
Anna : "Hold on a sec"

Aku kemudian bertanya pada papa tentang boleh atau tidaknya aku pergi dengan Ramiro. Papa menyetujuinya, asal aku tidak membeli buku lagi.

Anna : "Ri?"
Rio     : "Gimana?"
Anna : "Pick me up at 11. Got it?"
Rio     : "Okay princess."

Aku memberikan alamatku padanya, kemudian teleponnya ditutup.

Princess katanya.

Pikiranku benar-benar berbunga saat ini. Benar-benar terbang. Aku rasa aku benar-benar menyukainya.

11:00

Ramiro sudah mengetuk pintu. Aku juga sudah bersiap. Papa membukakan pintu dan memintanya masuk. Papa terlihat kaget. Ia mengatakan bahwa pria yang baru ia lihat ini bukanlah pria yang biasanya. Kemudian papa meminta waktu berdua denganku, kemudian menanyakan hubunganku dengan Astra dan dengan Ramiro. Aku menjelaskan bahwa Astra dan aku hanyalah sahabat baru, sementara aku sedikit menyukai Ramiro dan begitu juga sebaliknya.

Papa kemudian terlihat sedikit down, tapi papa kemudian mengangguk mengerti. Ia menanyakan pada Ramiro mengenai tujuannya, kemudian mempersilahkan kami pergi.

"Bapak lo kenapa?" Celetuk Ramiro tiba-tiba.
"Ga apa-apa. Yuk." Balasku.

Kami naik motor ke Kebun Raya Bogor, kemudian mencari jajanan. Setelah itu kami berdua belajar bersama. Di tengah percakapan tentang pelajaran bahasa Inggris, Ramiro tiba-tiba memintaku melihat ke arahnya. Saat aku mendongak, terlihat ia sedang memegang sebuah bunga tulip, kemudian ia mengatakan bahwa ia menyukaiku.

"Aku suka kamu."
"Iya, gw tau."
"Mau ga kamu kalau kita jadian?"

Seketika jantungku rasanya mau copot. Tapi untuk berhati-hati saja, aku akan menanyakan padanya.

"Lo serius? Alesan lo mau jadi pacar gw itu apa?"
"Iya, aku serius banget. Kamu cantik, baik, pinter juga. Dan aku udah suka kamu bahkan sebelum kamu kenal aku. Pandangan pertama. Sejak saat itu, aku selalu ngeliatin kamu, bukan ngestalk ya hehe. Dan ternyata ga cuma penampilan luar kamu aja yang indah, suara dan perkataan serta tingkah laku kamu juga seperti seorang putri yang baik hati."

Rasanya aku ingin terbang lebih tinggi. Rayuan gombal ini sangat cheesy, tapi aku menyukai Ramiro juga.

"Hmm."
"Bagaimana Ann?"
"Baiklah. Tapi janji lo bakal serius sama gw. Kalaupun emang kita putus, please putus baik-baik."
"Okay, princess." Katanya yang tiba-tiba mencium pipiku.

Ini pertama kali pipiku dicium oleh orang yang bukan orang tuaku, sehingga aku langsung membatu.

Setelah diam beberapa lama, Ramiro memintaku untuk berbicara padanya dengan format aku-kamu. Aku meng iya kan.

Manisnya.

Aku langsung menceritakan semuanya pada Astra setelah sampai di rumah. Astra bilang ia ikut gembira untukku. Astra juga bilang untuk berhati-hati agar hal yang sama tidak terjadi lagi. Dan, dia juga minta PJ.

Apa saja yang Astra lakukan ya hari ini?

Tentangnya dan Para BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang