Sekali lagi, Harry menemukan dirinya berada di depan rumah keluarga Cullen.
Dia bergeming di tempat, tangan kanan terangkat di udara hendak mengetuk pintu. Namun tindakan itu tidak dilakukannya segera, seolah-olah ada sesuatu yang menahan tangannya.
Kening berkerut. Kedua manik emerald itu menatap diam pintu di hadapannya. Lama Harry hanya berdiri di sana.
Lama larut dalam pikirannya sendiri sampai dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutan ketika pintu itu berayun terbuka.
Alice Cullen menyambutnya dengan senyum lebar. Harry segera mendapati diri berada di dalam pelukan sang Vampir.
Sensasi dingin sempat dirasakannya saat kulit mereka bersentuhan. Alice memberikan tepukan pelan di punggungnya; tidak tampak tidak nyaman atas gestur yang diberikan.
"Aku tidak tahu apa alasanmu hanya berdiri di sini," kata Alice, melepaskan pelukan. "Jadi aku memutuskan untuk membuka pintu sebelum membuatmu tampak konyol."
Ah, para vampir di dalam rumah itu pasti sudah menyadari kehadirannya di sini. Mereka bahkan mungkin berpikir Harry ketakutan sehingga tidak juga mengetuk pintu.
"Hei," Harry menyapa. Dia melemparkan senyum canggung ke arah Alice. Kedua matanya mengintip dari balik punggung gadis itu, ke arah dalam rumah.
"Apa aku bisa bicara dengan Carlisle?"
"Tentu!" Alice terdengar riang. Sang Vampir menuntunnya memasuki rumah.
Harry sudah sedikit familier dengan keadaan rumah tersebut. Dia tahu ke mana Alice menuntunnya.
Carlisle Cullen berada di dapur. Edward juga berada di sana, menatap ke arah luar jendela sebelum Harry memasuki dapur.
Kedua vampir itu memberikan sambutan kepada Harry, mempersilahkannya untuk duduk di salah satu kursi tinggi di depan meja.
Kegelisahan kembali menghampiri dirinya; membuat Harry menatap sang Dokter dan deretan kabinet di belakang Carlisle secara bergantian.
Keraguan menghampiri, merayap di balik kegelapan dan menolak untuk pergi. Harry kembali berpikir mungkin ini bukan saat yang tepat untuk datang ke sini.
"Apa ada yang kau butuhkan, Harry?" Suara Carlisle terdengar begitu tenang, menyiratkan kesabaran di setiap ekspresi dan gestur yang ditunjukkan.
Jari jemari dikaitkan satu sama lain di atas permukaan meja. Harry menarik napas dan menghembuskannya perlahan, mencoba mengatur emosi.
Dia mengerling ke arah Edward yang hanya menaikkan salah satu alis namun tidak mengatakan apa pun.
"Maaf jika kedatanganku mengganggu kalian," Harry memulai. Dia menatap kedua mata cokelat keemasan Carlisle.
"Tapi setelah memikirkannya berulang kali, apa yang kukatakan sekarang adalah satu-satunya cara yang bisa kupikirkan."
Carlisle tidak menyela ataupun berniat mengajukan pertanyaan, seakan-akan tahu kalau Harry belum selesai.
"Ini mengenai Sirius," katanya kemudian, meremas tangan. Dia kembali melirik ke arah Edward.
"Edward mengatakan kalau melihat ayah baptisku bersama Volturi. Aku tidak mempunyai bayangan apa pun mengenai mereka selain fakta bahwa Volturi semacam 'petugas keamanan' bagi kalian. Aku—" Harry terdiam sejenak.
"Aku bermaksud daripada hanya menunggu di sini tanpa melakukan apa pun, aku ingin menemui Sirius sendiri dan memastikan kalau itu memang dia."
"Kau ingin ke Voltera?"Ada sedikit nada keterkejutan di suara Carlisle yang membuat Harry mengerutkan kening.
![](https://img.wattpad.com/cover/105044688-288-k542809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path We Will Take By synchromeshade✔
FanfictionFanfiction ini bukan hak milik saya melainkan milik Author Favorit saya synchromeshade di ffn.