chapter 22

843 113 0
                                    

Angin lembut berembus dan membelai wajah, membuatnya merasakan sensasi menggelitik di permukaan kulit.

Kedua matanya terpejam—yang dilakukannya tanpa sadar.

Disadarinya perutnya mencelos ketika membuka mata dan menemukan sekelilingnya bukan lagi deretan pepohonan.

Harry seharusnya sudah menduga.

Seharusnya pula dia tidak merasakan kekecewaan. Hanya saja perasaan itulah yang menghinggapinya sekarang.

Dinding batu beratap tinggi mengelilinginya dan berhasil menciptakan kembali sensasi dingin menusuk.

Harry mencoba menahan tubuhnya agar tidak tergidik. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar sebelum berakhir mendesah pelan.

Departemen Misteri masih sama sejak terakhir kali Harry berada di sini.

Tidak ada yang berubah, pikirnya sesaat sembari memutar leher ke belakang; menatap permukaan Selubung yang beriak pelan.

Akhirnya Harry kembali. Sihir dan mantra bekerja dengan baik sesuai yang seharusnya. Dia tahu akan kenyataan tersebut.

Namun, Harry kembali merasakan kekecewaan. Ada sesuatu di dalam dirinya yang masih menghendaki berada di sana lebih lama lagi.

Bisakah Harry kembali seperti janji yang diucapkannya kepada Jacob?

Bagaimana kalau tidak?

Apa yang akan Jacob pikirkan terhadap dirinya?

Apakah ... apakah Harry akan benar-benar bisa kembali dan—Suara derap langkah cepat menggema di antara dinding-dinding dingin, berhasil memaksa Harry mengalihkan perhatiannya dari permukaan Selubung.

Dua pasang langkah kaki terdengar semakin lama semakin jelas sampai Harry bisa melihat pemiliknya; melihat Ron serta Hermione yang setengah berlari menaiki undakan batu dengan tongkat sihir disiagakan.
Harry tahu sensor yang dipasang Hermione—jika dia kembali dari Selubung—bekerja dengan baik.

"Harry!"

Terkejut, adalah ekspresi pertama yang terlukis jelas di wajah.

Harry bahkan tidak membalas saat kedua lengan Hermione melingkar di lehernya, merengkuh tubuhnya dalam pelukan hangat.

Dia bergeming, kedua mata melebar.

"Harry—?"

Hermione memanggil, mencoba menarik perhatiannya.

"Y-yeah?"

Ada kekhawatiran yang nampak jelas saat Harry berhadapan dengan sepasang mata di hadapannya. Dia tahu melebihi siapa pun kalau hal yang sama juga dirasakan Ron.

Coba diperlihatkannya senyum menenangkan, yang dia sendiri tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak.

"Kau oke,mate?"

Tidak, untuk saat ini Harry tidak tahu dirinya baik-baik saja atau sebaliknya. Dia baru kembali dari sebuah dunia yang sungguh berbeda, mencoba mencari keberadaan ayah baptisnya.

Misinya gagal.

Dia tidak berhasil membawa Sirius kembali dan justru terjebak dalam situasi rumit dengan Jacob Black.

Saat Harry mengatakan kepada Sirius bahwa dia menerima keputusan laki-laki itu, semuanya tidak sepenuhnya benar.

Ada kekecewaan yang tidak bisa Harry pungkiri setelah mendengar keputusan Sirius.

Dia masih berharap kalau laki-laki itu akan kembali bersamanya, ke dunia di mana mereka berasal.

Terlalu mulukkah keinginan itu sampai mustahil untuk terwujud?

A Path We Will Take By synchromeshade✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang