chapter 21

757 120 0
                                    

Sirius Black tidak pernah merasa bahwa hidupnya sungguh ironis.

Bahkan saat dia menghabiskan dua belas tahun mendekam di Azkaban walau bukan karena kesalahannya sekalipun, Sirius tidak berpikir betapa malang hidupnya.

Tidak, waktu itu Sirius hanya berpikir bagaimana cara bertahan di tempat itu tanpa kehilangan akal sehat dan menjadi gila.

Dia tidak pernah berpikir untuk mengulang kembali waktu dan mengubah agar semua sesuai dengan harapannya. Dia hanya penyihir biasa.

Dan saat pertempuran di Departemen Misteri, saat dia berhadapan dengan sepupunya sendiri, Sirius tidak pernah menyesali jalan apa yang pernah dipilihnya.

Dia tidak menyesal menjadi domba hitam keluarga Black atau dibenci oleh ibunya sendiri.

Sirius lebih merasakan bagaimana keluarga yang sesungguhnya saat hidup bersama keluarga Potter; bersama salah satu sahabatnya.

Tidak ada penyesalan ketika Sirius terjatuh ke dalam Selubung. Dia tahu kalau waktunya telah tiba.

Kematian bukanlah sesuatu yang bisa dihindari; membiarkan dirinya menyambut ajal dengan tersenyum getir sembari mengamati bagaimana anak baptisnya berusaha keras menolong dirinya.

Sirius berpikir kalau inilah akhir semuanya; perjuangan, tekad, dan kehendak bebas yang selama ini menjadi prinsipnya.... dan Sirius sama sekali tidak membayangkan kalau bukan kematianlah yang menyambutnya saat membuka mata.

Sirius tidak pernah membayangkan akan sadar di tengah hutan yang terlihat begitu asing, di dunia yang begitu berbeda dari dunianya; tanpa penyihir atau komunitas sihir.

Dia tidak pernah berpikir bertemu dengan kumpulan shape-shifter yang membantunya beradaptasi di dunia ini; membuatnya berpikir kalau semua yang terjadi mungkin adalah bagaimana Takdir berusaha memperbaiki kehidupannya.

Seolah-olah Takdir sedang berbaik hati memberinya kesempatan kedua.

Awalnya itulah yang Sirius pikir sebelum bencana sekali lagi menghampiri hidupnya.... sebelum vampir liar mengubah Sirius.... sebelum hasrat haus akan darah membuatnya kehilangan kendali dan membuat Sirius melakukan tindakan yang sampai sekarang masih disesalinya.

Sepuluh tahun sudah berlalu. Sepuluh musim dingin sudah dilewatinya di dunia ini. Walau demikian tidak sekalipun Sirius melupakan apa yang terjadi.

Dia akan tetap mengingatnya bahkan setelah sekian lama; sebanyak apa pun musim dingin yang akan dilaluinya.

Karena apa pun yang terjadi, Sirius tidak akan membiarkan dirinya melupakan semua itu.

Dia harus tetap ingat. Tetap membiarkan semuanya terpatri di dalam kepalanya.

Rasa bersalah itu.

Kegagalannya.

Kedua hal tersebut seperti jangkar yang menjadi pencegah kapalnya untuk berlayar ke laut lepas; menahan dirinya di masa lalu.

Waktu berlalu.

Walau demikian, tidak banyak yang berubah. Sirius menyadarinya dengan baik setelah menginjakkan kakinya kembali di tempat ini.

Bahkan saat dia mengedarkan pandangan ke sekitar, beberapa tempat masih terlihat sama.

Beberapa rumah-rumah tidak terlihat berubah; masih seperti sepuluh tahun lalu. Rumah keluarga Clearwater masih berdiri seperti sejak terakhir kali Sirius melihatnya.

Begitu juga dengan rumah yang ada di hadapannya sekarang. Masih tetap seperti dulu walau hanya beberapa bagian saja yang terlihat berubah.

Sirius tidak pernah berpikir untuk kembali ke sini apalagi memperlihatkan dirinya di hadapan sosok Billy Black.

A Path We Will Take By synchromeshade✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang