Harry tahu betapa kerasnya dia berusaha menghindari Jacob beberapa hari terakhir.
Dia sadar kalau dirinya terkesan pengecut; menghindari masalah seperti seekor kucing ketakutan. Dia bukanlah seperti seorang Gryffindor; yang gagah berani.
Tidak, dalam hal ini, sikapnya sekarang membuat Harry tidak terlihat seperti itu.
Angin berembus sedikit keras, membuat ranting-ranting saling bergesekan satu sama lain.
Harry tersentak, tersadar dari lamunan.
Matanya mengerjap beberapa kali; kening sedikit berkerut saat menyadari bahwa dirinya berada ditengah-tengah hutan.... di tempat pertama kali Harry bertemu dengan wujud serigala Jacob.
Harry tidak tahu mengapa langkah kaki membawanya ke tempat ini. Dia sedang berjalan di pinggir jalan; mencoba mengenyahkan pikirannya dari apa yang terjadi.
Tidak seharusnya dia berada di sini.
Napas dihembuskan dengan perlahan dan tenang. Mata sempat dipejamkan sesaat.
Harry menghirup napas dalam-dalam; membiarkan aroma hutan yang khas menusuk hidungnya.
Harry tahu dirinya hanya sendirian di tempat ini. Tidak ada manusia, vampir atau bahkan shape-shifter.
Tempat itu hanya dikelilingi pepohonan besar. Hanya ada binatang-binatang yang sedang bersembunyi di balik semak-semak.
Walau demikian, tidak ada ketakutan yang dirasakan. Anehnya, Harry justru merasa aman.
Kedua manik emerald miliknya teredar ke sekeliling. Gemerisik pelan di sisi kiri membuatnya menoleh.
Dia mendapati seekor tupai kecil mengintip penuh minat dari balik ranting-ranting tanaman perdu yang tumbuh di dekat pohon besar.
Seharusnya, tahu kalau tidak ada apa pun di sini, Harry segera pergi. Dia bisa berkunjung ke kediaman Cullen atau pergi mengunjungi kota.
Atau ... atau mungkin pergi ke Reservasi dan bertemu—Harry menggelengkan kepala; mengenyahkan pikirannya dari sang Shape-shifter.
Oh, Merlin, Harry tidak tahu mengapa dia tidak bisa mengabaikan Jacob seperti keinginannya.
Bukankah semua itu harusnya mudah?
Pemuda itu baru memasuki hidupnya; tidak seperti keluarga Weasley atau Hermione.
Harry seharusnya tidak terlalu memikirkan sosok tersebut.
Namun nyatanya, walau tidak ingin mengakui, hal itu sangat sulit dilakukan.
Berkali-kali pikirannya akan tertuju kepada sang Shape-shifter; seperti sudah mempunyai tempat sendiri di dalam dirinya.
Jangan katakan kalau Harry—Tidak dibiarkannya pemikiran itu berlarut-larut. Harry menggelengkan kepala, membungkuk, dengan kedua tangan menyentuh lutut.
Dia hendak meninggalkan tempat itu ketika sekali lagi telinganya mendengar suara gemerisik tidak jauh darinya.
Suara itu bukanlah berasal dari tupai kecil barusan. Bukan pula dari hewan-hewan yang sejak tadi bersembunyi di sarang mereka.
Langkah kaki yang menginjak ranting kering di permukaan tanah terdengar begitu keras; menggema di keheningan hutan.
Insting memerintahkan Harry untuk tidak bergerak—dan dia menuruti itu. Insting jugalah yang membuatnya mengeluarkan tongkat sihir, mengarahkannya ke asal suara.
Tak lama berselang, tiap detik demi detik terasa lama sebelum kedua matanya menangkap sepasang mata yang mengintip di balik semak.
Harry mengenal sepasang mata itu melebihi apa pun—siapa pun. Tanpa sadar, napasnya tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path We Will Take By synchromeshade✔
FanfictionFanfiction ini bukan hak milik saya melainkan milik Author Favorit saya synchromeshade di ffn.