chapter 3

1.2K 177 1
                                    

Ditatapnya secara bergantian kertas di tangannya dan rumah yang berdiri kokoh tidak jauh darinya. Rumah itu tampak sepi. Tidak ada seorang pun terlihat dari beberapa jendela terbuka.

Pintunya tertutup rapat. Hanya ada sebuah kursi goyang diletakkan di teras rumah. Suara gemerincing lonceng di sudut teras mengeluarkan bunyi merdu saat angin berembus pelan.

Cukup lama Harry hanya berdiri di sana, menimbang apakah berjalan mendekat ke rumah itu atau berbalik dan kembali ke motel tempatnya menginap beberapa kali.

Tangannya kini mulai berkeringat. Dia menggunakan mantelnya untuk mengelap keringat itu. menghindari kertas di tangannya menjadi basah dan rusak.

Sekali lagi matanya menatap beberapa baris kata yang tertulis di kertas itu.

Charlie Swan, sang kepala polisi di Forks, yang memberikannya kemarin setelah Harry memutuskan meminta bantuan polisi di Forks.

Kembali dirasakannya kekecewaan saat sang polisi itu mengatakan tidak menemukan informasi mengenai orang hilang atau orang yang tinggal di Forks dengan nama itu.

Foto yang Harry perlihatkan pada Charlie Swan pun tidak ada gunanya. Laki-laki itu tidak pernah bertemu dengan sosok ayah baptisnya.

Saat itu, Harry mencoba untuk tidak mengutuk dan menghancurkan barang-barang di kantor polisi.

Tidak, dia tahu dirinya tidak bisa melakukan hal itu. Seberapa besar pun kekecewaan dan frustrasi yang dirasakannya, kekerasan sama sekali tidak akan mendatangkan apa pun.

Hanya saja dia harus merasa puas ketika Charlie Swan mengatakan mungkin ada seseorang di Reservasi Suku Quillete yang tahu keberadaan Sirius.

Ada sebuah keluarga-yang juga kenalan Charlie Swan-di tempat itu. Ada seseorang dari keluarga Black di Reservasi.

Dan di sinilah Harry berada sekarang, berdiri di depan rumah orang yang dimaksud Charlie Swan, menimbang apakah akan mengetuk pintu yang tertutup itu atau tidak.

Harry bisa saja melangkahkan kaki di sana dan bertemu laki-laki yang dimaksudkan sang polisi. Itu adalah hal yang sangat mudah dilakukan. Dia hanya perlu bertanya dan segera menemukan jawaban.

Hanya saja ... bagaimana kalau orang itu juga tidak tahu mengenai keberadaan Sirius?

Bagaimana dia kembali tidak menemukan apa pun dan mendapatkan kekecewaan yang sama?

Tanpa sadar, dia meremas kertas di tangannya; tidak peduli lagi apakah kertas itu akan rusak.

Ditariknya napas panjang beberapa kali dan menghembuskannya dengan perlahan. Angin kembali berembus di sekitarnya, membelai wajahnya dengan lembut. Dia mendesah pelan dan sekali lagi menatap rumah itu.

Dia tidak akan tahu kalau tidak mencoba bukan?

Bagaimana kalau orang itu tahu mengenai keberadaan Sirius?

Harusnya Harry berpikir positif, bukan?

Suara di dalam kepalanya mengiyakan pertanyaan itu; membuatnya mulai melangkahkan kaki menaiki tiga undakan di rumah itu.

Tangannya mengepal dan terangkat, mencoba mengetuk pintu di hadapannya.

Namun pintu yang bergeming itu sudah terlebih dahulu mengeluarkan derit saat engsel berkaratnya bergerak. Daun pintu berayun terbuka sebelum Harry sempat mengetuk.

Matanya mengerjap beberapa kali mendapati ada seseorang berdiri di balik pintu.

Sosok itu tinggi sampai Harry harus mendongakkan kepala. Sepasang mata kecokelatan itu terlihat amat terkejut.

A Path We Will Take By synchromeshade✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang