Jacob mengamati, membiarkan pandangannya tertuju ke atas; ke arah awan-awan putih bergumpal yang berarak pelan.
Helaan napas terdengar begitu jelas, bahkan cukup menyaingi suara kepakan sayap seekor burung yang tengah berusaha menyeruak lebatnya dedaunan.
Sendirian, Jacob berada dalam wujud serigala, mendudukkan diri di atas tanah dengan keempat kaki terlipat; bersembunyi dari beberapa pendaki yang mungkin melintas.
Moncongnya dibiarkan terkulai di atas tumpukan dedaunan kering; mengendus keras dan membiarkan partikel-partikel kecil debu terhempas menjauhinya.
Lama dia berada di dalam posisi yang sama. Tidak dihitungnya pula sudah berapa lama dirinya hanya bergeming.
Jacob menyukai apa yang dilakukannya sekarang—berada dalam wujud serigala, menyendiri di tengah hutan.
Dia baru akan beranjak kalau mendengar suara Sam. Sang Alfa sudah tahu kapan akan membiarkan Jacob sendiri.
Suara gemerisik di kiri membuat naluri hewannya bereaksi. Kepalanya sudah terlebih dahulu terangkat; mengira kalau Seth atau salah satu kawanannya muncul.
Jacob hanya mendengus saat menyadari seekor kelinci melompat dari salah satu semak.
Sepasang mata merah makhluk itu sempat tertuju padanya sebelum melompat ketakutan dan menghilang dari pandangan.
Dibiarkannya kembali posisinya seperti semula. Dia bergeming cukup lama, membiarkan pikirannya terbang tak tentu arah.
Sepasang mata kecokelatannya menatap ke depan, ke arah rimbunnya sesemakan; membiarkan ingatan-ingatan dari apa yang terjadi beberapa bulan terakhir perlahan berputar di depan matanya bagai sebuah tayangan video.
...
[Juni]
"... Selamat, Bells," Jacob berujar, menatap wajah Bella.
Tidak sekalipun Jacob luput melihat kegelisahan yang kini nampak dengan jelas, seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis di hadapannya.
"Ada apa? Kau tidak terlihat senang."
Terdiam, itulah yang Bella lakukan selama sepersekian detik, sebelum menarik napas dan menghembuskan dengan cepat.
"Kau tidak marah?"
Marah?
Untuk apa Jacob memiliki perasaan semacam itu?
Jacob tidak merasakan amarah. Justru sebaliknya, dia ikut berbahagia.
Tidakkah perasaan tersebut terlihat jelas di wajahnya?
Bukankah Jacob tersenyum setelah mendengar kalau Bella akan menikah?
Keningnya berkerut. "Untuk apa aku marah?"
"Karena aku akan menikah dengan Edward?"... menikah dengan Edward Cullen.
Ya, Jacob tahu itu. Dia hanya perlu melihat ke rangkaian indah nama yang terpatri di atas permukaan kertas mahal di tangannya. Dia tahu dengan siapa Bella akan menikah.
Pada akhirnya, Jacob menggelengkan kepala. Dia mungkin tidak sepenuhnya menyetujui Bella menikah dengan Edward.
Tidak akan dilupakannya kalau Cullen adalah salah satu vampir yang tinggal di Forks.
Walau demikian, dia tidak mempunyai hak apa pun terhadap Bella sehingga harus merasa marah.
Jacob tahu di mana posisinya; di mana seharusnya dia berada. Dia akan membiarkan Sam dan para Tetua mengurus hal semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Path We Will Take By synchromeshade✔
Fiksi PenggemarFanfiction ini bukan hak milik saya melainkan milik Author Favorit saya synchromeshade di ffn.