chapter 1

4.6K 235 0
                                    

Langkah kakinya panjang dan terkesan tergesa-gesa. Dia hampir seperti berlari ketika menyusuri koridor berdinding tinggi gelap yang meninggalkan kesan dingin setiap kali melangkahkan kaki di tempat itu.

Ujung jubah penyihirnya yang panjang berkibar di belakang tubuhnya akibat cepatnya dia berjalan. Tidak dipedulikannya sedikit pun keadaan sekeliling. Tidak juga digubrisnya seorang laki-laki yang menyapanya ketika dia melintas.
Pikirannya seolah tidak sedang berada di sana, begitu juga pandangannya.

Dia hanya menatap lurus ke depan. Setiap langkah yang diambilnya semakin cepat sampai dia berhenti di depan sebuah pintu di depan Departemen Misteri.

Dia menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Tiga kali dia melakukan hal itu sebelum tangannya meraih kenop pintu yang terasa begitu dingin; menimbulkan sensasi menggigit pada telapak tangannya seperti gigitan ratusan ekor semut kecil.

Dimasukinya Departemen Misteri sendirian. Dia berjalan melewati begitu saja beberapa pintu yang menuju ke tempat berbeda. Langkahnya semakin cepat menuju pintu lain.

Dia sangat tahu ke mana tujuannya. Bahkan ketika pada akhirnya menyusuri anak tangga menuju Kamar Kematian, langkahnya tidak juga melambat.

Napasnya kini sedikit memburu. Dadanya bergemuruh. Dia mengedarkan sepasang mata hijau cemerlangnya ke penjuru ruangan berlangit - langit tinggi yang menyerupai kubah besar sebelum jatuh pada sebuah panggung yang terletak di tengah-tengah ruangan.

Kakinya kembali melangkah.

Namun kali ini, jauh lebih lambat dari sebelumnya. Setiap langkah yang dipijaknya membuat jantungnya berdegup semakin cepat. Adrenalin seolah menguasai tubuhnya tatkala dia berdiri di atas panggung.

Ada orang lain di sana. Sosok itu berdiri memunggunginya; berdiri di dalam lingkaran besar yang dikelilingi huruf-huruf Rune sembari menatap ke arah Selubung yang permukaannya bergerak seperti gelombang air di pantai.

Seperti menyadari keberadaannya, sosok itu memutar tubuh. Sepasang mata cokelat balas menatapnya. Ada gurat kelegaan di wajah itu.

"Akhirnya, Harry," Hermione Granger berkata kepada dirinya sembari menunjuk ke arah Selubung "Akhirnya-" Perlahan, dia mengikuti ke arah mana pandangan wanita itu tertuju.

Kedua pupilnya kini melebar menemukan sesuatu di permukaan Selubung yang beriak tenang; sebuah pendar kehijauan yang sejak tadi tidak disadarinya. Dan dia tahu arti di balik pendar kehijauan itu.

"Yeah," Hermione bergumam, seolah tahu apa yang sedang dipikirkannya. Wanita itu mengangguk antusias. Wajahnya tampak senang. "Ya, Harry. Dia masih hidup."

...........

A Path We Will Take

Harry Potter & Twilight belong to their respective

author. J.K. Rowling and Stephenie Meyer.

No money is being made and no copyright or trademark infringement is intended.

[ AR / SLASH / Alive!Sirius / Imprinting ]

.................

"Warnanya hijau." Nada suara Harry terdengar jelas menyiratkan ketidakpercayaan. Ditatapnya kembali pendar kehijauan di permukaan Selubung dan sosok Hermione secara bergantian. Dia ingin memastikan bahwa yang dilihatnya sekarang bukan sekadar imajinasinya.

A Path We Will Take By synchromeshade✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang