Fio's POV
Gue ngerasa gugup. Cam bener-bener nembak gue. Walaupun pake cara yang nggak terlalu romantis. Mungkin kalo dijadiin ftv judulnya akan seperti ini "Cinta Kembalian Nasi Goreng."
"Ehm, iya jadi gue itu udah suka sama lo waktu pertama kali ketemu. Tapi gue baru berani ungkapinnya sekarang. So?" jelas Cam.
"Ehm gue..."
Gue bingung. Anjay ini gimana. Gue terima apa nggak? Sebenernya gue juga suka sama dia. Tapi gue ragu, gue ga mau sakit hati kaya dulu. And finally,
"Yap, gue mau jadi pacar lo," kata gue mantep.
"Serius?" tanya Cam meyakinkan.
"Iyaa." Gue pun memberikan senyuman paling manis kepada Cam tercintahh.
"Thanks God," gumamnya.
Cam pun meluk gue. Yes, ofc we are dating. Asekk!
"Cam, gue mau itu!" Gue merengek sambil menunjuk ke arah bapak-bapak yang jualan cotton candy.
"Lo mau? Ntar ya gue beliin dulu," ucapnya sambil berdiri, dia pun beli cotton candy nya.
Author's POV
Cam pun membeli apa yang diinginkan kekasihnya. Setelah itu, ia kembali ke bangku taman lagi.
"Loh kok cuman 1 belinya? Oh gue tau, biar keliatan romantis ya pastinya?" tanya Fio.
"Hehe, enggak. Tadi duit gue ga cukup buat beli 2," jawab Cam cengar-cengir.
Fio pun hanya meresponnya dengan memutar bola mata dan menghitung sudutnya menggunakan busur derajat.
"Eh kita pacaran tapi kok ngomongnya gue-lo terus sih?" tanya Cam yang masih berdiri.
"Jujur ya Cam, gue itu kalo pacaran ga pernah ngomong aku kamu. Adanya gue gini ya gini." Fio menggaruk tengkuknya yang memang tidak gatal.
"Iya gue juga kok. Gue kan nerima lu apa adanya." Cam tersenyum tipis.
Fio juga tersenyum lega akibat jawaban dari Cam tadi, "Udah sini duduk. Berdiri mulu, mau belajar jadi sekuriti?" ajak Fio.
"Eh engga lah." Cam mengangguk dan ia pun duduk di samping Fio.
"Ini. Kita makan bareng ya?" kata Cam.
"Ayo," jawab Fio mulai memakan cotton candy nya.
"Kok rasanya manis yaa?" tanya Cam ke Fio.
"Iya, kan lo makannya sama gue. Jadi rasanya manis banget," lanjut Fio.
"Kata siapa, yaiyalah namanya cotton candy ya manis. Kalo asin mah garem." Cam menjulurkan lidahnya.
Fio tak ambil pusing dengan jawaban kekasihnya itu. Karena ia sudah minum panadol. Ia tau bahwa Cam tadi hanya bercanda.
Lalu tiba-tiba datanglah pedagang asongan yang menjajakan barang dagangannya.
"Neng, bang mau beli?" tanya pedagang itu.
"Maaf bang, nggak ah," ucap Cam.
"Yah padahal saya udah susah-susah buat jualan disini," keluh pedagang asongan itu.
"Emang dulu abang kerja dimana?" sekarang ganti Fio yang bertanya.
"Dulu, saya juga pedagang asongan. Tapi saya jualan di pesawat. Kalo sekarang saya juga jualan di--"
"Pesawat telpon," lanjut pedagang itu lalu ngibrit pergi menjauhi mereka.
Mereka pun hanya cengo melihat pedagang asongan yang telah ngibrit entah kemana.
"Eh Cam, maen ke rumahnya Vania yuk. Sekalian ke rumah Shawn. Mumpung mereka lagi di rumah," tawar Fio sambil ngemutin jempolnya yang terkena cotton candy.
Jempol kaki.
"Ayok." Cam juga mengelap tangannya. Karena ia baru saja mencuci tangannya di air mancur taman. Hitung-hitung air gratis.
Fio pun pergi ke rumah Vania bersama Cam. Mereka tertawa bersama, saling menghibur, walaupun sebenarnya garing.
Kayak cerita ini.
Padahal waktu gue ketik cerita ini. Gue siram pake air biar ceritanya kaga garing. Eh apaan dah gue.
Mereka pun sampai. Mereka pergi ke rumah Vania, eh katanya Vania lagi main sama Shawn. Mereka pergi ke rumah Shawn, eh katanya Shawn lagi main sama Vania.
Mereka pun bingung mencari Vania dan Shawn. Lalu mereka berpikir.
Aha! Mereka pergi ke dukun untuk mencari Shawn dan Vania. Siapa tau dukun itu tau. Eh ternyata mereka salah tempat. Karena mereka datang di dukun beranak.
Akhirnya, mereka kembali lagi ke rumah Vania dan mendapati Vania dan Shawn lagi lari-lari diatas genteng.
"Woi Shawn lu ngapain diatas sono?" tanya Cam yang sebenarnya sambil berteriak.
"Apaa Cam gue kaga denger?" balas Shawn juga sambil berteriak.
Cam dan Fio pun ikut naik ke atas genteng bersama Shawn dan Vania.
Oh ternyata lagi main layangan disana."Lo main layangan ko kaga ngajak ngajak? Kita dulu sering main layangan bareng pe'a," ledek Cam.
"Iya-iya tuh ambil layangannya disana," ucap Shawn yang masih fokus dengan layangannya.
"Layangan apaan. Orang lu main layangannya pake kresek." Fio juga menatap kedua orang itu dengan heran.
Vania juga masih fokus menarik ulur benang layangannya, "Hehe. Iya, kita kan tadi mau maen layangan. Tapi layangannya kaga ada. Yodahlah, gue sama Shawn akhirnya pake kresek deh."
"Maksa banget kalian."
Eh si bege mah, batin Fio.
Walaupun awalnya Cam dan Fio tidak setuju. Namun, mereka akhirnya juga ikutan main layangan.
Sampe akhirnya emaknya Shawn dateng sambil teriak-teriak.
"SHAWN TURUN!! DARI TADI LU MAEN LAYANGAN MULU. TURUN KAGA LU TONG. NTAR JEK SAMA SITI GUE BUANG!!" teriak emaknya Shawn dari bawah sambil bawa sapu.
Jadi, emaknya Shawn itu gabisa bilang Jack sama Kitty. Dia bisanya bilang Jek sama Siti. Yaudahlah, berubah jadinya.
Akhirnya mereka berempat turun karena the power of emak-emak milik Mama Shawn. Setelah turun, mereka tidak langsung pulang. Mereka masih di rumah Shawn untuk menonton film.
Filmnya pun selesai.
"Yah, udah selesai. Nyalain lagu aja Shawn biar kaga boring." Vania berusaha memberi ide.
Shawn pun mengangguk dan menyalakan lagu.
Alan Walker - Sing Me to Sleep
Mereka menyanyi-nyanyi bersama. Walaupun kadang banyak yang salah lirik. Apalagi Cam yang menyanyi lagu tersebut dengan lirik lagu Sambalado.
"Asik. Tarik mangg," ucap Cam sambil joget-joget.
"Duh, apanya Cam yang ditarik?" lanjut Shawn dengan senyum jahilnya.
"Apaa dah lu!" Vania malah nabok palanya Shawn.
Mereka berjoget ria. Hingga lupa waktu. Bahkan, tiba-tiba Spongebob dan tukang mie ayam itu juga datang. Buat ikutan joget.
Asikk, tarik mang...
Haloo? Gimana nih, buat part kali ini? Keep votes, share, and comments yaa!
Udah ah. Gitu ajaa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan Funny | c.d, s.m, n.g
Fanfiction[Humor] Cerita kehidupan seorang gadis remaja. Dan teman teman anehnya hehe. Jangan tanya seberapa aneh teman-temannya. Tidak hanya berfokus pada gadis tersebut, namun juga menceritakan teman-temannya. Baca aja siapa tau bisa bikin ketawa beneran. M...