(29) Plastik Gelembung

37 6 3
                                    

Kalo lupa sama part sebelumnya, baca balik aja ya.
Selamat menikmati:)

Cam's POV

"Ini pokoknya gara-gara lo!" Shawn nunjuk gue dengan posisi nangkring di atas pohon.

Gue cuma bingung aja, iya emang salah gue kenapa waktu itu masuk ke dapur si ibu-ibu tadi. Tapi yang bikin gue bingung, apa hubungannya sama nangkring di pohon? Daritadi si Shawn nangkring di pohon ga mau turun.

"Iye, gue yang salah." Sebagai laki-laki yang gantengnya hakiki, gue harus berani ngakuin kesalahan gue. Ye ga?

"Buruan turun!" teriak Nash yang dari tadi di sebelah gue, mainan cewek. Maksud gue, mainan sama kucing tetangga, nah kucingnya tetangga itu cewek.

"Faedahnya nangkring di atas pohon apaan coba?" tanya gue.

"Pengen aja hehe." Shawn langsung melorot turun dari pohon.

Gue pun mulai berjalan menuju rumah ibu-ibu tadi. Kaga lupa buat ngajakin dua orang yang daritadi ribut mulu, siapa lagi kalo bukan Nash sama Shawn.

"Eh gue ga kebagian anjir!"

"Bentar, gue juga belom selese ini."

"Kalian ngapain sih?" tanya gue dengan tatapan heran.

"Lagi mainan pletok-pletokan." Shawn nyengir munculin deretan giginya.

Pletok-pletokan?

"Elah, itu namanya plastik gelembung, bukan pletok-pletokan." Gue memutarkan bola mata dengan jengah.

"Oh plastik gelembung ya."

Pantesan, daritadi mereka ribut mulu. Orang pada rebutan main plastik gelembung. Tau kan? Itu loh yang isinya bulet-bulet, kalo diteken bisa bunyi tok-tok.

"Udah, sini buat gue aja." Tangan gue dengan sempurna merebut selebaran plastik tadi, lalu memencet-mencet dengan asal tanpa merhatiin keadaan sekitar.

"Eh-eh itu bukannya si Tata ya?" tanya Nash sambil menunjuk hewan betina berkaki empat itu.

"Nah loh, dia lagi bunting. Lo apain aja Shawn kemaren?!!" Nash memelototi Shawn.

Tata itu kucing cewek yang ada di komplek gue. Iya, dia pacarnya di mana-mana. Di komplek sini aja ada 15 pacarnya, di komplek sebelah 3, di komplek sebelah lagi--gatau deh berapa. Pokoknya banyak!

"Lah anjir, kenapa gue yang disalahin." Shawn menatap Nash datar. "Megang dia aja ga pernah, gue lebih suka mainan sama Panda. Panda lebih lucu."

Kalian udah tau Panda?
Panda itu... nama kucing punya tetangganya Shawn. Jadi ya gitu deh, Shawn lebih suka main sama Panda daripada sama Tata.

"Ish kenapa malah jadi bahas Tata sama Panda woi." Nash melotot.

"Heh unta, yang ngawali tadi kan lo. Ngapa lo yang marah." Gue berjalan sambil memutar bola mata.

"Iya juga ya."

Shawn juga ikut-ikutan muter bola mata sambil ngomong, "Ini... kita jadi dihukum?"

Wajah murung kembali tersirat di wajah gue. Sejak kapan seorang Cam dihukum oleh ibu-ibu dengan hukuman jualin jamu. "Iya. Kita jualin dimana ya? Biar cepet laku gitu."

"Jual aja ke cewek-cewek, kan pada klepek-klepek tuh sama kegantengan gue yang hakiki," kata Nash dengan berbangga hati.

Shawn terlihat antusias. "Boleh juga sih."

"Bentar-bentar gue ada ide nih." Gue tersenyum senang menatap kedua makhluk di depan gue.

Gue merintahin Nash sama Shawn buat ngangkat botol jamu-jamu tadi. "Ayo kita bikin snapgram!"

"Ide bagus!"

"Eh gimana kalo kita bikinnya di atas perosotan? Kan lagi viral tuh?" tanya Nash dengan wajah berseri-seri. Kids zaman now udah ga suka ngomongin di belakang. Sukanya ngomongin di perosotan.

Shawn mengangguk setuju. "Kuy lah."

Setelah kita heboh sendiri selama beberapa saat. Akhirnya snapgram milik kita pun jadi.

"Eh tapi kenapa snapgram kita ga ada yang liat ya?" tanya gue sambil menggaruk kepala.

"Masa sih? Yah gagal laku dong." Nash memasang wajah paling sedih yang dia punya. Gatau dah maksudnya apaan.

Shawn terlihat berpikir sebentar. Dia ngambil alih ponsel gue lalu menggelengkan kepalanya. "Ye kali mau ada yang liat."

"Ini data seluler belum dinyalain." Ia memutar bola matanya malas.

Gue... cuma cengengesan aja. "Oh iya lupa."

Nash menjitak kepala gue dengan sangat ahli. "Untung temen, kalau bukan udah gue sleding lo."

"Ehh, liat-liat banyak yang pesen tau. Wah, akhirnya, kita bisa jadi pengusaha yang kaya." Gue tersenyum riang kayak anak TK yang baru dapet permen rasa stroberi dari gurunya.

Eh gue punya tebak-tebakan loh.

Rasa apa yang paling ga enak?

Jawabannya...

Rasa yang pernah ada.

"Yes!" Nash saling melihat dengan Shawn. Lalu ngomong "Kita gak jadi dihukum!"

Akhirnya, setelah membantu ibu-ibu untuk berjualan jamu cuma pake modal muka, kita pun berhasil.

-----

Author's POV

Cam duduk-duduk dengan santai di depan rumah. Tepatnya di teras. Bersama Shawn dan Nash tentunya.

"Eh Cam," panggil Shawn.

Cam menengokkan kepalanya melihat Shawn sambil memberikan tatapan apa-lu-panggil-panggil-gue-ngefans?

"Gue ada yang ganjel nih."

Nash ikut menimbrung. "Apaan yang ganjel?"

Shawn membolakan matanya. "Maksud gue, gue punya pertanyaan yang ganjel gitu. Nah, sekarang gue mau tanyain ke kalian."

"Apa itu?"

"Dinosaurus makannya sambil duduk nggak?" tanya Shawn.

"Shaw--"

"Terus kan ya, dinosaurus sama jerapah tinggi mana?"

"Shawn gu--"

"Eh tapi macan kan karnivora, kenapa dia tinggal di hutan? Di hutan kan adanya cuma pohon? Kenapa ga tinggal di pasar atau toko daging gitu, kan banyak makanan." Shawn menunjukkan ekspresi ingin tahunya.

"MASIH GUE LIATIN CAM, TAHAN GUE CAM!!" ucap Nash bergaya hendak marah.

"UDAH SLEDING AJA UDAH. GREGET GUE!" lanjut Cam.

Shawn menatap kedua temannya dengan tidak bersalah. "Kalian kenapa sih?"

Cam dan Nash menghela napasnya sekali lagi.

"Nggak, kita nggak papa."

"Oh aku kira kalian kenapa-kenapa."

Nash dan Cam memelotot. "GAUSAH SOK IMUT, GUE SLEDING JUGA LO."

Shawn menggelengkan kepalanya. "Emangnya..."

".... sleding itu apa?"

An; tau dah yg lama ga apdet wkwk. Maap ya pendek, tapi paling ngga bisa ngobatin rindu kalian sama si cogan-cogan ini kan wkwk.

Dah ah.

Cogan Funny | c.d, s.m, n.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang