Author's POV
"Dah ah, makan ampe selese, baru abis itu kita ambil wudhu buat tarawih." Fio menengahi keadaan.
"Oke deh." Nash mengacungkan jempolnya.
Setelah selesai makan, mereka membereskan sampah-sampah dan sisa makanan milik masing-masing.
"Eh nanti tarawihnya berapa rakaat sih?" tanya Cam yang sedang mencuci tangannya.
Shawn yang berada di sebelahnya pun menjawab, "Biasanya di masjid sini, 8 rakaat."
"Imamnya ntar lama atau cepet?" sahut Nash.
"Emang imam hari ini siapa?" Shawn kembali bertanya.
"Mungkin hari ini Pak Budi," ucap Cam yang sedang mengeringkan tangannya.
"Oh Pak Budi, gue kenal tuh orangnya." Shawn mengangguk-anggukan kepalanya.
"Siapa Pak Budi?" Nash kemudian menengok ke arah Shawn.
"Suaminya Bu Budi," ujar Shawn dengan wajah tanpa dosa.
"Iyain dah iyain daripada ntar perang," ucap Cam.
"Eh wudhu sekalian aja yok?" ajak Nash.
"Ayo."
Akhirnya, setelah melewati fase perdebatan tentang Pak Budi, yang namanya sering kita dengar. Ini bapak Budi, ini ibu Budi, ini Budi, dan ini budi pekerti, misalnya.
Sehabis itu, mereka langsung mengambil wudhu dan masuk ke dalam masjid sambil menunggu adzan Isya.
"Ayo salah satu maju buat adzan, sekalian belajar," ucap pak ustadz yang secara tiba-tiba entah darimana datangnya.
"Ah pak ustadz bikin kaget saya aja," ujar Shawn sambil memegang dadanya.
"Ayo siapa yang adzan?" tanya pak ustadz sekali lagi.
"E..Eh.. biar Cam aja ya yang adzan kan yang paling tua disini Cam." Shawn menyenggol bahu Cam.
"Eh enak aja, lo aja Nash. Kan Nash anak emak yang alim. Ingat tidak?" Cam menggoda Nash.
"A...Anu... Lebih baik yang adzan Shawn aja kan dia suaranya bagus tuh," ucap Nash.
"Jangan, si Shawn ntar bukannya adzan malah nyanyi," sanggah Cam.
"Terus siapa dong yang adzan?" tanya Shawn.
"Ya biar--" ucapan Nash terpotong.
Allahuakbar Allahuakbar...
Allahuakbar Allahuakbar....
Asyhadu an laa illaaha illallaah..."Lah jadi?" Cam mulai menyadari keanehan.
"JADI PAK USTADZ DONG YANG ADZAN," teriak Nash dan Shawn bersamaan.
"Sstt... Jangan rame, ntar dimarahin pak ustadz lu," bisik Cam.
"Eh iya maap." Shawn refleks menutup mulutnya.
Tak lama kemudian, imam mulai memimpin Shalat Isya berjamaah. Semua jamaah begitu khusyu' dalam melaksanakan shalat.
Setelah Shalat Isya selesai, seperti biasa, para jamaah akan saling berjabat tangan sebagai tanda silaturahmi.
"Shawn," bisik Cam.
"Hm," ucap Shawn singkat.
Bukan, bukan karena dia sariawan atau apa. Tapi saat ini Shawn sedang fokus untuk menghitung jumlah manik-manik yang terdapat pada tasbih miliknya. Katanya, siapa tau ntar sama Cam diambil satu terus dimakan. Kan jumlahnya jadi nggak jadi 33 lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan Funny | c.d, s.m, n.g
Fanfiction[Humor] Cerita kehidupan seorang gadis remaja. Dan teman teman anehnya hehe. Jangan tanya seberapa aneh teman-temannya. Tidak hanya berfokus pada gadis tersebut, namun juga menceritakan teman-temannya. Baca aja siapa tau bisa bikin ketawa beneran. M...