Author's POV
"Dududududu..." Shawn menghampiri teman-temannya yang sedang duduk di bangku. Lalu mendaratkan pantatnya di sebelah tempat duduk Vania.
Ia melihat Cam yang sepertinya belum datang. "Cam belom dateng?" tanyanya.
Nash lalu menengok ke arah bangku Cam, memang benar, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. "Eh iya, belom dateng dia."
"Eh entar hangout yuk, makan makanan barat." Vania menawarkan hangout bersama. Ya, memang mereka sudah lama tidak hangout bersama.
"Kuylah, kangen ga hangout." Annisa mulai buka suara sejak sedari tadi berusaha untuk menyelesaikan games memasaknya.
"Iya gue tau kok, lo kangen gue kan?" Nash menaik-turunkan kedua alisnya.
"Dasar gombal mulu, kapan dikasih kepastian." Annisa tersenyum miring.
"Ya udah ini gue kasih kepastian."
"KEPASTIAN!!" teriak Nash di depan Annisa.
Shawn dan lainnya tertawa terbahak-bahak, apakah itu yang namanya kepastian? "Tuh udah dikasih kepastian sama Nash," sahut Vania yang masih terkekeh di akhir kalimatnya.
"Gue mah sabar." Annisa merubah wajahnya menjadi sangat datar.
Nash terlihat tersenyum miring sekejap lalu berkata, "Lo mau dikasih kepastian? Yaudah lo mau ga jadi pacar gue? Kan biasanya kepastian itu kek ditembak, atau diajak date gitu."
Mereka semua melongo bersama hingga tawa lepas Shawn menginterupsi ruangan. "Anjir gercep banget lo Nash," ucap Shawn.
"Lah gimana sih? Gue ga peka dimarahin, gue gercep dimarahin. Terus gue harus gimana? Handstand sambil ngerjain soal matematika gitu?" Nash melirik Annisa yang masih belum memberikan respon apapun.
"Jadi gimana Nis?" tanya Nash masih sambil berharap, semoga Annisa menerima cintanya. Yah, walaupun cara Nash tadi sangat amat frontal dan tidak jelas.
Annisa masih bergeming, tak tahu harus menjawab apa. Memang benar, tadi itu merupakan kepastian. Tapi...bisa tidak, Nash tidak membuat pipinya memerah saat ini? Annisa benar-benar ingin menampol Nash dengan sandal, jika ia sekarang punya sandal.
"Hah?" Annisa tak kuasa menahan senyumnya, ia benar-benar tak kuasa menahan senyumnya, namun ia juga masih bimbang harus menerima Nash atau tidak.
"Gue.."
"Besok aja ya? Jawabannya? Gue masih ragu hehe." Annisa menyengir nista, membuat dada Nash tiba-tiba bergemuruh.
Nash berusaha menetralkan napasnya, agar tidak ketahuan jika ia deg-degan sekali. "Ya udah kalo gitu besok ya?" Ia berusaha memasang senyum yang sangat manis, sambil berdoa, semoga Annisa menerimanya.
Annisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu berkata, "Iya deh besok." Terdiam sebentar lalu melanjutkan kalimatnya, "kalo ngga lupa tapi."
"Terima dong Nis! Si Nash udah pengorbanan deg-degan loh buat nembak lo kek gini. Buruan geh dipacarin, keburu diambil kakak kelas ntar, wkwkwk," ujar Shawn. Jika dipikir-pikir, memang ada benarnya sih. Tapi..ah Annisa terlalu bingung untuk memutuskan ini. Annisa butuh pencerahan!
"Eta terangkanlah, eta terangkanlah~~" Tiba-tiba Cam datang dengan menyanyi lagu yang entah darimana asalnya.
Tapi, Annisa benar-benar mendapatkan pencerahan sekarang. Ya, berkat Cam. Jika Annisa dapat memberikan testimoni, mungkin akan seperti ini jadinya, "Wah terimakasih Cam, berkat kamu aku jadi tercerahkan, terima kasih untuk pencerahnya. Oh iya, jangan lupa, aku juga pesan pencerah wajah dari ekstrak taring kecoa. Waw, sekali lagi terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan Funny | c.d, s.m, n.g
Fanfiction[Humor] Cerita kehidupan seorang gadis remaja. Dan teman teman anehnya hehe. Jangan tanya seberapa aneh teman-temannya. Tidak hanya berfokus pada gadis tersebut, namun juga menceritakan teman-temannya. Baca aja siapa tau bisa bikin ketawa beneran. M...