KEAKRABAN

10 5 0
                                    

Nafasmu seindah hembusan angin
Tuturmu layaknya dambaan dewi
Dan kamu, ibarat masa depanku

Sejak kejadian di perpustakaan kemarin, Isel menyusun rencana untuk sekedar meminjam buku disana. Dan ia berharap bertemu Devano.

Benar saja, baru saja dia masuk ke dalam perpustakaan, ia bisa melihat Devano duduk sambil membaca buku. Ia pun menghampiri Devano.

"Hai? Ganggu ga?" Tanya Isel
Devano pun menoleh, "Ngga kok, duduk aja"

Setelah Isel duduk, dia pun seketika tersipu oleh gaya baca Devano. Serius namun membuat sepasang matanya sejuk, membuat hatinya tenang.

Karena keheningan diantara mereka, Isel pun akhirnya membuka pembicaraan, "Hmm Van, lo suka baca novel gitu ya?"

"Lumayan, tapi lebih suka yang klasik" jawabnya.
"Klasik? Maksudnya gimana? Kayak harry potter gitu? Atau apa?" tanyanya.
"Bukan, maksudnya klasik sastra"

Aduuuh! Vano dingin banget. Gue jadi bingung mau nanya apalagi. Apa gue keluar aja ya? Ah tapi sayang kalo keadaannya mendukung gini. Batin Isel.

"Ohiya Van" ucap Isel lagi.
"Kenapa?"
"Lo udah makan?" tanya Isel.
"Belum" jawab Vano yang sekarang menatap Isel.
"Kantin yuk? Gue laper nih"

Tanpa berpikir panjang, kini Vano dan Isel tengah menikmati dua porsi sate padang dan jus jeruk pesanan mereka.

Tiba-tiba Vano bertanya, "Lo kenapa pindah sel?"

Isel pun dengan antusias menceritakannya. Dan mereka, Vano orangnya asik. Tidak seperti kata Susan,Kara dan Monia.

"Nanti lo pulang sama siapa Van?" tanya Isel.
"Pulang sendiri, gue mau jemput mama di tempat kerja" jawab Vano singkat
"Emang mama lo kerja dimana? Jauh dari sini?"

"Mama gue punya boutique, lumayan jauh sih dari sini, paling 30-40 menit. Kenapa emang?" jelas Vano.

"Yaa gapapasih, kalo boleh tau, nama boutique mama lo apa?"

"Paulina Boutique"

Setelah mengetahuinya, Isel berencana menanyakannya pada Tiana. Siapatau Bundanya itu kenal dengan Mamanya Vano.

V A N OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang