Pada minggu ini, seluruh kelas 12 akan melakukan bimbingan sesuai pemilihan mata pelajaran UN. Termasuk Isel dan Vano.
Isel dan Vano memilih mata pelajaran yang berbeda, Isel memilih Geografi dan Vano memilih Ekonomi. Alhasil, mereka harus pisah kelas saat ini.
Kini, Isel baru saja selesai bimbingan bersama ketiga sahabatnya.
"Woi sel? Kenapa lo? Ngelamun aja" tanya Kara yang sedang membereskan barang-barangnya.
"Gapapa kok, cuma agak pusing aja. Yaudah yuk balik" ajaknya.Sejujurnya, Isel sangat amat merindukan Vano. Sejak 3 hari lalu ia belum melihat Vano semenjak menonton drama bersama.
Tidak ada pula 1 pun pesan ataupun telepon dari Vano.
Pada hari ini, Tiana yang menjemput Isel sepulang sekolah. Katanya sih, bundanya itu ingin mengajak Isel ke rumah sakit karena teman bundanya ada yang sakit.
Jadi, Isel sekarang tengah berada di sebuah lift yang akan mengantarkannya ke kamar 302.
Saat membuka pintu, Isel melihat seorang laki-laki paruhbaya dan seorang perempuan yang sedang terbaring lemah.
"Assalamualaikum Lina" sapa bunda pada temannya itu.
Wanita ith pun langsung menoleh, "Waalaikumsalam Ti, sini masuk. Ini pasti Isel ya? Oh iya kenalin ini Tio, suami saya"
Setelah berkenalan dan sedikit berbincang, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang masuk ke dalam ruang rawat itu. Dia mengenakan jaket berwarna cokelat dan celana hitam.
"Vano, salaman dulu ya sama temen mama. Itu Tante Tiana dan Isel, anaknya"
Deg.
"Kami udah kenal kok, waktu itu Vano sama Isel pernah nonton drama bareng" sahut Tiana.
"Oh kebetulan sekali ya? Kelihatannya mereka juga cocok" lanjut Tio.
Isel dan Vano hanya tersenyum dan akhirnya Isel bertanya, "Van? Bisa ngomong sebentar diluar?"
"Tentu".
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit dan memesan 2 buah jus alpukat.
Isel pun memecah keheningan, "Jadi... Kemana lo selama beberapa hari ini?"
Vano pun berhenti meminum jus pesanannya tersebut, "Ya yang seperti lo lihat. Gue temenin papa buat jagain mama"
Isel pun hanya ber-ohh ria. Ia ingin bertanya mengapa Vano tidak memberi tahunya? Tapi Isel mengurungkan niatnya. Ia sadar bahwa Vano dan dirinya hanyalah teman. TEMAN. Bukan PACAR.
"Sel? Kok bengong?" Vano melambai-lambaikan tangannya.
"Hah? Iya gue mikirin Tante Lina. Dia kayaknya kecapekan kerja deh, Van" jawab Isel."Kayaknya gitu. Tapi untung ada Tante Tiana yang bantuin. Jadi gak begitu repot walau mama gue sakit" ujarnya.
"Loh? Jadi bunda gue sama mama lo itu temen kerja? Temen kerja darimana? Kok gue bisa ga tau?" tanya Isel pada Vano.
Seketika, Vano tersenyum dan mencubit pipinya, "Tanya aja sendiri, bawel!"
Isel pun meringis kesakitan setelah Vano menjulurkan lidah dan pergi kembali ke kamar rawat mamanya. Akhirnya setelah beberapa hari, rasa rindu dan kekhawatirannya terjawab sudah.
Vano tidak meninggalkannya, namun ia harus menjaga mamanya yang sedang sakit. Dan betapa terkejutnya ia saat mendengar bundanya cerita bahwa, Tiana dan Lina adalah rekan kerja. Tiana yang memiliki salon biasa merekomendasikan pelanggannya untuk datang ke Boutique Paulina milik Lina.
Dengan alasan itu pula, Isel siap menyusun rencana-rencana terbarunya untuk mengetahui atau mengenal seorang Devano lebih dalam!
KAMU SEDANG MEMBACA
V A N O
Teen FictionPelangi tak selalu bermakna indah. Angin tak selalu membawa kedamaian. Namun dirimu, melukiskan keindahan dan membuat kedamaian. Didekatmu aku bahagia, Iselku.