Marcel masih saja berkutat dengan sebuah buku yang sedari tadi berada di pandangan matanya, ia nampak memikirkan sesuatu. Sebagai penenang, ia pun menuangkan secangkir kopi hitam kesukaannya.
Malam ini, Marcel tengah memikirkan sebuah rencana untuk mempertemukan Vano dan Isel tanpa sepengetahuan keduanya. Sebenarnya Marcel sudah ingin memberitahukan ini pada Vano, namun ia memendamnya.
Sekitar 1,5 jam berlalu, atas bantuan Junio dan Vina, Marcel dapat menyelesaikan rencananya. Dan ia berharap semua ini berjalan sesuai rencana.
"Hoaaamm, gue tidur dulu deh biar besok makin ganteng kayak Bos Vano!" ujarnya.
Marcel pun membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.
•••••
Ia menerjapkan matanya seraya mematikan alarm yang berada di nakas samping ranjangnya.
Udah jam 7 kurang 5 ternyata batin Vano.
Vano pun langsung duduk dan membelalakkan matanya, "Hah? Jam 7? MAMPUS GUE RAPAT JAM 7.30!"
Vano segera membersihkan tubuhnya sebentar lalu dilanjut dengan mengambil sebuah jas berwarna hitam serta kemeja berwarna biru muda.
Tak ada waktu untuk sarapan atau sekedar minum kopi, pagi ini Vano harus bergegas ke kantornya.
Vano mengambil kunci mobil yang ia letakkan di luar kamar serta mengenakan sepatunya. Tali sepatu yang ia pakai pun tidak sempat ia ikat.
Segeralah Vano menyalakan mesin mobil dan membelah jalanan kota. Tepat pukul 7.30 Vano baru saja berada di lift yang akan membawanya ke ruang rapat yang terletak di lantai 6.
Di lantai 2, lift yang ia gunakan seketika berhenti dan menampilkan seorang wanita yang tengah memegang segelas kopi dan ponsel di tangan kanannya.
Itu adalah wanitanya.
Vano tampak memperhatikan wanita itu dengan seksama, lalu ia melihat seseorang yang berada tepat di sebelah wanitanya, itu adalah Marcel.
Mereka akhirnya keluar di lantai 4 yang Vano ketahui adalah ruangan Marcel.
Pikiran Vano melayang entah kemana, sekarang ia sudah lupa apa yang akan ia sampaikan pada rapat pagi ini. Semua yang ada di otaknya hanya Isel. Dan cara memperbaiki hubungannya dengan Isel.
——————
Kara menyerahkan handphone berwarna putih itu kepada sahabatnya yang sedang mengeringkan rambut, "Sel, dicariin sama Marcel tuh. Tadi dia nelfon lo pas lagi mandi"
Isel pun mengambil handphonenya dan berkata, "Ngapain? Ada perlu apaan?" tanyanya.
Kara pun mengedikkan bahu dan berlalu keluar dari kamar Isel, "Au, telfon aja sendiri"
Isel pun mencari nama Marcel di ponselnya, lalu menghubunginya.
"Halo? Kenapa tadi nelfon? Maaf tadi lagi mandi" ujar Isel setelah telfon itu diangkat.
"Gapapa. Sibuk ga hari ini? Saya mau ajakin kamu ketemu"
"Ohh bisa kok, jam berapa dan dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
V A N O
Teen FictionPelangi tak selalu bermakna indah. Angin tak selalu membawa kedamaian. Namun dirimu, melukiskan keindahan dan membuat kedamaian. Didekatmu aku bahagia, Iselku.