-Dibutuhkan keberanian dan hati yang lapang, untuk bisa mengutarakan kata “maaf” tanpa mengharapkan balasan-“Vero, Papa terpaksa harus melarang kamu berteman dengan Samuel Leonard. Jangan pernah temui dia lagi, karena Papa tidak mau Vero menderita seperti yang dilakukan kakeknya terhadap kelauarga kita. Lebih baik kamu dekat dengan Richard, dia anak yang baik juga sopan. Harusnya, kamu tidak menolak ajakan Richard untuk pergi bersama Samuel.”
Sarapan pagi di hari Sabtu ini, sedikit tegang karena Freddy membuka obrolan tentang Samuel dan keluarganya. Beliau bahkan membawa-bawa nama Richard dan membandingkannya dengan Samuel, yang membuat Samantha muak mendengar nama kedua cowok itu disebut.
Lantas, Samantha teringat akan kebencian ayahnya pada ibunda Samuel. Ia ingin tahu lebih jelas, tentang penyebab Pak Kent melakukan penipuan bisnis cottage itu.
Apakah beliau juga menyimpan dendam terhadap Opa Jacob dan keluarganya?
“Apa itu alasannya, Papa enggak suka sama Bu Grace? Atau mungkin, Papa pernah—“
“Habiskan sarapan kamu, Vero, supaya tidak telat sampai di venue. Papa mau kamu fokus dengan kompetisi balet, jangan memikirkan hal lain yang membuang-buang waktu. Setelah kompetisi, kamu boleh mampir sebentar ke rumah Opa. Papa harus menemui klien dan Ian sibuk kerja part time di café. Kamu pasti bosan, kalau sendirian di rumah.”
Samantha mengangguk patuh, menggigit roti panggang isi selai cokelatnya kemudian meneguk perlahan segelas susu full cream yang tersedia di meja. Ia tahu Papanya menutupi sesuatu dibalik kasus penipuan itu, juga kebenciannya pada Grace.
Apa jangan-jangan, Bu Grace juga terlibat dalam penipuan itu? Makanya, Papa kesal banget sama beliau? Tapi kalau benar, kenapa cuma Pak Kent yang dipenjara?
Benak Samantha tak mau berhenti gelisah, ia terus menduga-duga penyebab kebencian dan dendam ayahnya pada keluarga Leonard. Meski nama Samuel telah memudar di dalam hatinya, ia tetap ingin memastikan apakah ucapan Marcellia padanya merupakan kebenaran atau sekadar usaha untuk memanas-manasinya saja.
“Vero, kamu sarapan aja lama banget. Cepetan berangkat, jangan bengong terus sambil mangap gitu. Nanti, mulut kamu kemasukan lalat lho…”
Ian menegur Samantha yang duduk termangu di meja makan. Cowok itu tertawa dan meledek adik tirinya, yang tentu dibalas dengan sebuah cubitan di perut.
Samantha mencebik mendengar ledekan Ian yang garing.
“Kak Ian apaan sih ....jayus deh. Vero berangkat dulu ya Kak, doa’in supaya dapat juara satu di kompetisi kali ini.”
“Pasti Ver, maaf ya Kakak enggak bisa nonton. Lain kali, kakak bakal datang buat dukung kamu. Oke?”
Ian mengangguk. Tangannya hendak bergerak membelai lembut kepala Samantha, namun ia urungkan niat itu sambil tersenyum. Berharap, Samantha tak menyadarinya.
Samantha membalas dengan jempol yang terangkat, ia berlari seraya berpamitan pada kakaknya. Sudah sebulan lebih ia tinggal bersama Freddy dan Ian, setelah berdamai dengan mereka. Freddy juga mengizinkannya menginap atau sekadar mampir ke rumah Opa Jacob dan Oma Renata.
Alasan Samantha ingin tinggal kembali bersama Papanya tak hanya soal jarak dari rumah dan skeolah yang terbilang dekat, tetapi juga perhatian beliau dan waktu yang beliau luangkan untuknya lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUEL AND SAMANTHA : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1
Teen Fiction"Perasaan suka itu berasal dari dua orang yang sama-sama akrab. Mana bisa dimulai dari rasa benci? Mustahil banget, kan?" Bagi cewek-cewek di SMA Purnama, Samuel Leonard adalah sosok kapten tim basket White Eagles yang nggak hanya ganteng, tapi jug...