Lesson 9 : Compete

499 20 0
                                    


-I’m the winner, I’m the champion and you’re just a loser-

Hectic jelang UTS semakin terasa, hanya tinggal menghitung hari dan murid-murid SMA Purnama sudah banyak mengeluh. Tumpukan tugas, jadwal eskul serta bimbel menumpuk jadi satu, membuat kepala terasa pening. Maka jangan heran, jika mood mereka naik turun berubah dari panas ke dingin seperti air dispenser lantaran membutuhkan hiburan di sela suntuknya belajar.

Keluhan itu, juga melanda Samantha. Rutinitas barunya sebagai tutor untuk mengajari Ramona membuatnya mesti pandai membagi waktu antara Science Club dan les balet. Padahal, ia bersusah payah memohon pada Bu Lia agar mencarikan tutor pengganti. Tetapi sayang, beliau lebih mempercayakan dirinya ketimbang anak-anak kelas 11 MIA 1 yang lain.

Akibatnya, Samantha kalang kabut sendiri tiap jam istirahat pertama dan waktu pulang sekolah berakhir di hari Rabu. Cewek itu harus segera bergegas ke perpustakaan, terlebih lagi Ramona bukanlah tipe orang yang sabar menanti.

Tebakan Samantha benar, Ramona sudah duduk di meja perpustakaan nomor tiga dari belakang sambil mengelap keringatnya dengan tisu. Rambut cewek berponi itu tampak lepek, dan hanya dijepit asal tak beraturan. Ia melirik Samantha sengit, mengomel sembari menunjuk ke arah jam tangannya.

“Lo terlambat lima menit, tau! Gue hampir kepanasan disini, kalau Pak Ujang enggak buru-buru nyalain AC perpus. Awas aja ya, kalau lo sengaja lama-lamain sesi belajar hari ini sampai gue batal hangout sama Amanda dan Winona di PIM! Duh… sepatu TLSN terbaru incaran gue bisa ludes nih, semua gara-gara lo kalau sampai kejadian.”

“Mon, kalau lo ngoceh melulu yang ada bakalan  diusir dari perpus sama Bu Retno. Lagian, main dan belanja kan bisa lain waktu. Lo harus belajar mengutamakan mana hal yang penting dan bukan, toh uang lo bisa dihemat buat beli barang bermanfaat semacam buku misalnya. Hari ini, kita belajar Matematika materi limit fungsi. Lo baca dulu penjelasan singkatnya, baru kerjain soalnya.”

Samantha meletakkan buku latihan soal dan alat tulisnya di meja, menjawab Ramona sambil mengatur napasnya lantaran lelah berlari dari kelasnya menuju perpustakaan. Kalau saja, ia tidak mengisi tenaga dengan sepiring nasi goreng spesial Bang Darwis, pasti dirinya sudah tepar kelelahan dan kelaparan.

“Lo nyindir gue, atau iri sama gue, Samantha? Memang salah, kalau gue belanja barang-barang mewah? Gue juga enggak minta uangnya dari lo juga, kan? Dan lagi, gue benci sama yang namanya buku. Bikin bosan, nyampah, mending buat ganjalan pintu daripada dibaca.”

Ramona berceloteh sambil mengibas rambut panjangnya, dan melempar buku latihannya asal ke lantai.

Samantha menarik napas panjang, mengingat bahwa ia mesti banyak bersabar menghadapi Ramona yang sering bertingkah layaknya anak TK.

“Mona, sebagai teman sekelas gue pengin membantu lo supaya nilai mata pelajaran lo membaik. Gue juga pernah merasakan jenuh dan capek, karena belajar terus. Tapi, gue selalu umpamakan belajar tuh sama kayak makan. Tanpa makan, kita bakalan lemas enggak bertenaga. Tanpa belajar, otak jadi tumpul dan stuck.”

“Lo ngeremehin gue, mentang-mentang lo pintar? Lo kira, gue enggak bisa dapat ranking di sekolah? Beda sama lo Samantha, dibanding belajar capek-capek sampai stress, gue punya banyak cara buat jadi murid yang jenius. Dan juga, lo mau ngajarin gue buat pencitraan doang, kan? Supaya Samantha Veronica, makin disayang guru-guru seantero SMA Purnama…”

Ramona terang-terangan merendahkan Samantha, juga menentang opininya secara kasar. Cewek itu tak sungkan melontarkan senyum beringas, pertanda ia puas balas mengejek Samantha.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang