-Dalam sebuah hubungan, selain kepercayaan juga dibutuhkan kejujuran. Antara perasaan, dan diri masing-masing supaya menuntun hati untuk tak pernah berpaling sedikitpun-“Grandpa ingin kamu mengikuti jejak keluarga kita dengan memilih jurusan kedokteran saat kuliah nanti. Masa depan kamu akan lebih terjamin, Samuel. Dibanding menjadi atlet, yang bisa saja kurang mendapat apresiasi. Kamu adalah cucu keluarga Leonard, calon pewaris yang harus membanggakan kakek juga orangtuamu.”
“Sam enggak peduli soal warisan keluarga, yang Sam inginkan adalah mengukir mimpi bersama Jason dan teman-teman. Sam bukan orang yang gila kekuasaan, apalagi harta.”
“Kalau begitu, buktikan dengan kemenangan kamu di pertandingan besok. Jika White Eagles kalah, bukan hanya mimpi kamu saja yang harus berakhir.”
Samuel mengetuk-ngetukkan kepalanya ke dinding toilet, berusaha menghilangkan ingatan tentang perdebatannya dengan Grandpa Kent. Cowok itu merasakan gangguan paniknya kembali lagi, sebab ia dibayangi kehilangan sebuah mimpi yang tengah ia perjuangkan.
Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuh Samuel, membasahi jersey White Eagles yang dikenakannya. Ia berusaha keluar sambil berpegangan pada pintu toilet, namun tangannya bergemetar hingga membuatnya nyaris tergelincir.
Setelah tubuhnya terasa cukup seimbang, Samuel meraih botol obat penenang yang berada di dalam tas olahraga miliknya. Ia meminum beberapa butir dibantu dengan air, membuat serangan panik tadi agak berkurang.
“Oke, Samuel lupain apa kata-kata Grandpa semalam. Anggap aja, lo enggak dengar apapun dari beliau. Samuel, lo harus bawa White Eagles menang lagi di pertandingan semifinal DBL. Harus.”
Rupanya, Samuel tidak mampu melupakan ucapan Grandpa Kent yang terus mengusik pikirannya. Dan karena itu, dirinya terlambat menerima umpan dari Dean untuk mengejar skor Red Lion. White Eagles pun, tidak bisa berlaga di babak final.
Kekalahan memang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi White Eagles, tapi untuk Samuel artinya adalah bencana. Ia tahu, bahwa Grandpa Kent menginginkan sesuatu dibalik pertentangan terhadap mimpinya.
Usai pulang dari GBK, Samuel tidak menyentuh ponselnya sama sekali ketika tiba di rumah. Sampai, telepon dari Samantha membuat cowok itu berhenti menyesap minuman sodanya.
[Halo?]
[Halo, Samuel…akhirnya telepon aku diangkat juga. Kamu pasti sedih banget ya, karena White Eagles kalah di semifinal? Aku cuma bisa pantau dari live-stream sih, jadi enggak ngasih support langsung buat kamu…tapi, kamu baik-baik aja kan? Jangan patah semangat ya, Sam…]
[Tolong jangan hubungi aku dulu, Ver. Aku perlu waktu buat sendirian dan jangan ngomongin soal pertandingan itu.]
[Samuel? Halo? Sam—]
Klik.
Jemari Samuel mematikan sambungan telepon, ia kembali duduk bersandar di sofa kamar sembari menghabiskan minumannya.
Bukan maksud hati Samuel untuk bersikap kasar pada Samantha, ia hanya tak mau melampiaskan kegelisahannya pada sang pacar. Yang dirinya butuhkan saat ini, adalah ketenangan dan kesendirian.
Hingga deru mobil Pajero Sport membuat Samuel terperanjat, membuka tirai jendela kamarnya dan mendapati Grandpa Kent sudah datang. Sepuluh menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu yang menyuruh Samuel menemui sang kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUEL AND SAMANTHA : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1
Teen Fiction"Perasaan suka itu berasal dari dua orang yang sama-sama akrab. Mana bisa dimulai dari rasa benci? Mustahil banget, kan?" Bagi cewek-cewek di SMA Purnama, Samuel Leonard adalah sosok kapten tim basket White Eagles yang nggak hanya ganteng, tapi jug...