Lesson 17 : Fear

375 22 0
                                    


-Rasa takut adalah musuh terbesar di dalam diri manusia, cara mengalahkannya adalah membuat dirimu lebih tegar dan berani, bukan menutup hati serta telinga dari bisikan-bisikannya yang kejam-


“AARGGH!”

Pekikan keras itu, terdengar kembali dari dalam kamar Samuel, yang membuat dua orang perawat langsung mendatanginya dan memberi obat penenang. Setelah kecelakaan mobil yang menimpanya, kedua kaki cowok itu mengalami patah tulang.

Detik-detik kejadian mengerikan tersebut terus terbayang di mimpinya, membuat ia ketakutan setengah mati.

Tiap kali Samuel mendengar suara deru mobil, ia seketika menutup telinga dengan kedua tangannya.

Serangan panik dan trauma yang diderita Samuel kian memburuk, membuat cowok itu harus diam di kamar serta tidak boleh pergi kemana-mana untuk antisipasi dari hal-hal buruk.


Raymond juga meminta pada Bik Tumi agar menyingkirkan dulu bola basket dari pandangan maupun sisi Samuel, supaya ia tak nekat berusaha memainkan benda itu dengan kondisinya sekarang.

“Den Samuel, ini ada ayam goreng pedas sama ayam bakar madu dari Mas Dean. Ada Mas Kevin sama Mas Wildan juga yang bawain buah, camilan sama CD film terbaru biar Den Samuel ndak bosan. Atau kalau mau main games boleh kok, asal jangan berisik yo soal’e Den Dylan lagi bobok siang.”

Panggilan Bik Tumi dengan logat khas Jawa yang kental, serta kedatangan teman-temannya membuat kedua mata Samuel terbuka. Efek dari obat penenangnya cukup bekerja, mood-nya kini jauh lebih rileks.

Dean yang duduk di sofa kamar Samuel, memberikan dua kotak ayam goreng krispi pada Bik Tumi. Ia lalu meledek Kevin, supaya bisa menghibur Samuel.

“Iya Bik, makasih. Ini ada juga titipan buat Bibi dari Umma, sama sekalian buat Pak Dodi. Tenang aja Bik, kita enggak bakal berisik kok. Kecuali Kevin tuh, suaranya kayak toa mesjid. Berisik banget.”

“Apaan sih lo, nistain teman melulu bisanya. Enggak lihat gue lagi nina-boboin Samuel? Utuk-utuk, anakku kasihan kakinya atit… jangan nangis terus ya, nanti Bapak beliin balon.”

Kevin memprotes Dean sembari menyelimuti badan Samuel dan memijit-mijit kakinya. Cowok itu meracau sok imut di depan Samuel untuk membuatnya cepat sembuh.

Hanya Wildan yang bertingkah normal, selain karena menghormati Samuel sebagai senior, ia juga was-was jika cowok itu  menyemprotnya sambil mengomel.

“Kak Sam, semangat ya… pasti masih ada jalan buat nerusin cita-cita, kita semua akan terus dukung Kakak supaya bisa terus main basket.”

“Apa gue akan tetap bisa, main basket dengan kaki gue yang udah enggak berguna, Wil? Gimana sama mimpinya Jason, yang kecil kemungkinannya buat terwujud? Gue udah ingkar janji, Wil…”

Samuel menatap kedua kakinya yang terbalut gips, andai saja kecelakaan itu tak terjadi, ia mungkin tidak akan merasa putus asa. Cowok itu tak tahu harus marah dan menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri.

Dean menyentil dahi Samuel, mengingatkannya untuk tidak sembarang bicara dan menyerah pada mimpinya begitu saja.

Ia sangat mengenal Samuel, meski acap kali pesimis, tetapi temannya itu memiliki sisi kompetitif yang kuat.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang