Lesson 27: Tears

181 10 12
                                    


-Aku menangis karena merindukanmu, tetapi kamu menangis sebab bahagia telah melepasku dalam kenangan terindah. Atau mungkin, paling menyakitkan-


Panasnya matahari menerpa lapangan upacara SMA Purnama, membuat 250 orang peserta MOPD yang sedang duduk mendengarkan instruksi dari ketua MOPD dan kakak-kakak tatib berkeringat serta menelan ludah lantaran haus, ada pula yang mengekuh kelelahan, bosan, sebab malas mendengar celoteh panjang lebar.

“Jangan lupa, kumpulkan tanda tangan kakak-kakak tatib maksimal 50 buah dan besok kalian buat surat cinta untuk kakak tatib yang kalian kagumi.

Terakhir, silakan siapkan album tanda tangan juga pulpen sambil membujuk kakak tatib dengan gombalan lucu sampai mereka luluh. Yang paling banyak mengumpulkan tanda tangan, akan mendapat hadiah menarik dari OSIS. Sekian, selamat siang adik-adik semua dan terimakasih.”


Samantha mengakhiri sambutan serta penjelasan tugas istimewa untuk para peserta MOPD dengan senyuman. Ia lalu beranjak menyiapkan bungkusan hadiah di ruang OSIS, serta games-games seru yang akan diadakan setelah jam istirahat nanti.

Kerumunan peserta MOPD langsung menyebar, mengincar kakak tatib sambil berlari ke sana kemari. Saking rusuhnya, sebagian saling mendorong karena tak sabar. Mereka baru bisa berbaris rapi, setelah Samuel turun tangan.

“Ver, kayaknya Samuel bakal dapat banyak surat cinta tuh. Lo enggak cemburu, pacar ditempelin sama adik kelas? Nominasi kakak terganteng, pasti jatuh ke tangan dia nih …”

Melissa yang sedang membantu Samantha menyortir dan membungkus hadiah, mengerling pada temannya itu saat tertangkap basah memperhatikan Samuel dari balik pintu ruang OSIS.

Samuel terlihat sedang memarahi beberapa orang peserta MOPD yang tidak memakai name tag, bukannya takut tetapi mereka  malah terpesona pada cowok itu.

Samantha nyaris menjatuhkan gulungan kertas metalik yang ia letakkan di meja, karena celetukan Melissa.

Dirinya akui, matanya sempat mencuri pandang pada sang mantan yang dikelilingi cewek-cewek. Ia justru bersikap tak acuh, seolah Samuel tidak pernah menjadi pacarnya.

“Mel, ini semua hadiahnya kita bungkus pakai kertas metalik yang ia letakkan di meja, terus dihias yang bagus. Biar adik-adik kelas semakin semangat buat dapatin hadiahnya, dan jangan lupa dibedain warna kertasnya untuk hadiah games. Banyak banget yang sumbang buku tulis, tempat pensil malah ada novel sama buku sastra segala.”

Adelina menghentakkan tumpukan hadiah di depan wajah Melissa, seraya menegurnya sengit. Jika tidak dihentikan, Melisa akan terus mengoceh seolah tahu segalanya tentang hubungan Samuel dan Samantha.

“Tuh Mel, daripada kepoin urusan orang mendingan kerjain nih tugas kita. Lagian, mau Vero cemburu atau enggak, memang ada pengaruhnya buat lo?”

“Pedas banget omongan lo, Del. Melissa sampai malu dengarnya, hahaha …bisa nangis nih, gue ketawa melulu. Ngakak banget sumpah, mukanya kicep kayak sapi ompong …”

Laras terkikik geli, ia menunjuk tampang Melissa yang terlihat memelas karena tak bisa bicara setelah di ‘serang’ oleh Adelina.

Lima menit kemudian, Saddam datang membagikan selebaran kecil berisi daftar ganes untuk dijadikan selingan bagi peserta MOPD supaya mereka tidak merasa kaku dengan kakak kelas, maupun jenuh sebab terlalu sering mendengarkan materi.

“Kak Vero, ini daftar games yang udah gue buat. Ada Jika-Maka, Bebek-Bebek, Strip Seven, Tawa Perkenalan, pokoknya banyak lah …tinggal dipilih aja mana yang cocok, biar makin seru.”

“Thanks ya, Saddam …nanti tolong lo bagi-bagi aja daftarnya ke tatib yang lain. Kasih tahu instruksinya, dan ingat supaya kita enggak ngerjain adik kelas secara berlebihan. Tujuan MOPD ini, biar mereka bisa mengenal lingkungan sekolah juga berteman dekat sama kakak kelas.”

Samantha menerima selebaran itu, mengangguk puas dengan hasil kerja Saddam yang gesit.

Melissa memberi sign’OK’ dengan jari tangannya. Meski suka kepo, tapi dia adalah tipe orang yang santai dan sangat ramah pada siapapun. Dia juga cerewet, seperti Cecille.

“Don’t worry, be happy, Ver …kita paling cuma jutekin mereka dikit aja biar kebingungan. Padahal sebenarnya sih, enggak kuat nahan ketawa lihat kepolosan mereka. Jadi ingat, waktu MOPD dulu ya? Kita juga pernah ngalamin pakai name tag gede-gede, bawa tas dari kardus dan rambut dikuncir pita, panas-panasan pula …”

Saddam yang entah kerasukan apa, sepertinya mulai pintar mengambil hati Samantha dengan pujian. Pasti, karena ia tak sabar bila Samantha lulus dan bisa digantikan olehnya.

“Bedanya, dulu ketua OSIS sekolah kita gahar dan tukang bully. Kalau yang sekarang, cantik sama baik hati. Gue berani taruhan, Kak Vero bakalan dapat nominasi kakak terbaik…”

“Halah …. modus aja lo Dam, sama pacar orang. Baik-baik lo, habis ini ditampol Samuel pakai bola basket.”

Kirana mendengus sinis seraya memukul dahi Saddam menggunakan tanda tangan, sampai cowok itu menjerit kesakitan.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang