Lesson 20 : Catching Feelings

278 20 1
                                    


-Jika kukatakan padamu, bahwa kamu adalah seorang yang teristimewa di hatiku, maukah kamu terus menggenggam tanganku?-

“Pertanyaan terakhir, sebagai kapten tim basket White Eagles apa sih pesan lo buat teman-teman kita yang juga punya bakat dalam bidang olahraga tapi masih minder buat mengembangkannya?”

“Kalian harus percaya diri, bangun motivasi yang kuat dan minta dukungan dari orangtua dan teman. Jangan lupa bersyukur, banyak berlatih, dan selalu berdoa supaya dapat hasil yang terbaik. Setiap orang punya bakat luar biasa di dalam dirinya, itu yang diajarin sama Coach Danny; pelatih White Eagles waktu gue masih jadi anak baru.”

“Wah, bagus banget ya pesan yang disampaikan sama teman kita, Samuel. Semoga kalian bisa terinspirasi sama dia, buat selalu optimis menyalurkan bakat dan meraih mimpi. Sebagai penutup, gue bakal mainin lagu-lagu yang kece banget buat nemenin kalian. Selamat siang teman-teman, Tiara pamit dan jangan lupa terus dengerin siaran Radio Remaja Gempita ya…”

Sesi wawancara Samuel di radio sekolah yang diwakili Tiara pun berakhir. Sudah lebih dari sepuluh menit, cowok itu duduk di ruangan ber-AC tersebut sambil mengencangkan tali hoodie-nya agar tidak kedinginan.

Begitu Tiara membukakan pintu, Samuel langsung bernapas lega. Kalau begini, ia jadi bisa segera menyusul teman-temannya untuk makan siang di kantin.

Dan saat mereka menuruni tangga beriringan, Samuel dapat melihat Tiara sedang mencuri pandang ke arahnya sampai membuat cowok itu berusaha mengalihkan perhatian dengan memperhatikan poster quotes yang terpasang di sepanjang dinding lorong gedung B.

Gedung tersebut selain menampung ruang radio sekolah, laboratorium bahasa Inggris dan komputer, juga ruang kelas 12 MIA serta IIS. Dari sana pun, lebih dekat untuk berolahraga  di GOR.

“Makasih banyak ya Samuel, lo udah bantuin gue.”

Tiara berucap disertai senyuman, ia bahkan menepuk bahu Samuel sekilas seperti yang ia lakukan pada teman lelakinya.

Samuel tertawa renyah, sedikit kaget karena Tiara ternyata bisa ramah padanya. Yang ia tahu, cewek berambut bob itu acap kali memberi tatapan nanar seolah membencinya karena sering mengganggu Samantha.

“Kalau buat wawancara aja, enggak perlu bilang makasih segala… gue sebagai teman malah senang Ra, mana tahu pendengar radio sekolah makin bertambah karena siarannya makin bermanfaat.”

“Bukan soal itu Sam, maksud gue karena lo udah bantu bujuk Cecille supaya terima kehadiran gue diantara Vero dan teman-teman. Berkat lo, Vero mau maafin gue walau Cecille masih kecewa berat.”

Tiara menggigit bibir, ia sudah merasa baikan setelah  berdamai dengan teman-temannya kecuali Cecille.

Samuel berhenti sejenak untuk membeli minuman di vending machine sebab ia sangat kehausan akibat terlalu banyak bicara sewaktu sesi wawancara tadi. Cowok itu pun meneguk minumannya sampai habis, lalu melanjutkan.

“Gue cuma pengin Vero bisa akur lagi sama teman-temannya, dan dia mau maafin lo karena kebesaran hati lo buat mengakui kesalahan. Semoga, Cecille juga bisa terima lo lagi sebagai teman.”

“Lo baik banget ya Sam, karena itu gue jadi suka sama lo. Buat gue, lo adalah cowok yang baik, biar kata sering dibilang galak. Sejak lo minjemin ikat pinggang hitam waktu MOPD dan bikin gue selamat dari hukuman Kak Jessica, gue jadi baper sendiri. Tapi gue aja yang munafik, sok berusaha membenci lo di depan Vero, gara-gara sirik lihat kalian berdua dekat.”

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang