Lesson 4 : Thank You

428 20 0
                                    


-Berkat dirimu, aku kuat. Setelah kau genggam tanganku, aku tak lagi goyah-

Satu  hari menuju lomba cerdas cermat, Samantha masih tak dipedulikan oleh teman-temannya akan peristiwa kemarin. Jika setiap hari, ia rutin menyapa mereka dan mengobrol sejenak sebelum pelajaran di mulai. Kali ini, suasananya terasa canggung.

Bila setiap pagi, cewek itu sering nimbrung saat Cecille dan Inka saat membicarakan cogan, atau mengganggu Belinda serta Tiara yang tengah mengejar waktu mengerjakan PR di kelas, kini untuk saling bertatap muka pun rasanya berat.

Sikap diam Belinda, Cecille dan Tiara membuat Samantha semakin merasa tak enak dan tentu saja bersalah.

Pertama; Samantha jelas tak menghargai usaha teman-temannya yang susah payah mengadakan perayaan unuk memberinya ucapan selamat. Kedua; seperti yang Tiara katakan bahwa Samantha tidak menyadari betapa ia begitu egois, selalu ingin diperhatikan oleh teman-temannya.

Sentuhan telapak tangan Inka di pundaknya, membuyarkan kegelisahan Samantha. Cewek berkulit putih itu, tanpa segan meletakkan tas punggung bermotif bunga miliknya di samping kursi Samantha.

“Vero, kenapa lo pilih duduk di belakang? Terus, kenapa Cecille jadi sebangku sama Cheryl? Dan juga, kenapa sih anak-anak di kelas tampangnya dingin semua kayak es? Gue takut banget, daritadi dilihatin serius gitu sama mereka. Apalagi, pas gue duduk di sebelah lo.”

“Ceritanya panjang Ka, lo pasti bakal benci gue kalau gue kasih tahu penyebabnya. Poinnya adalah, selama ini gue terlalu—“

Bunyi bel masuk diikuti kedatangan Pak Sofyan, guru Bahasa Indonesia membuat Samantha harus menutup rapat-rapat mulutnya dan menunda pembicaraannya dengan Inka.

Setelah Cheryl memimpin doa, Pak Sofyan menagih tugas mengarang puisi yang harus dibacakan oleh tiap-tiap murid di depan kelas.

Samantha merogoh tasnya, mencari-cari buku tugas Bahasa Indonesia yang ia yakin semalam sudah diletakkan di sana. Cewek itu mulai berkeringat dingin, terlebih ketika absen sudah sampai pada nama Ravinka alias Inka. Yang dipanggil menggaruk kepalanya, memasang cengiran lebar pada Pak Sofyan.

“Maaf Pak, saya enggak ngerjain tugasnya. Semalam, saya ketiduran nonton drama korea.. habisnya nih Pak, ketampanan Lee Min Ho oppa jauh lebih menarik dibanding nulis puisi. Enggak heran kan Pak, kalau saya jadi terlena hehe… kayak lagu dangdut.”

Pak Sofyan mengernyit, beliau berdecak sebab Inka sudah membuatnya sakit kepala di pagi hari.

“Kalau begitu Ravinka, sekarang kamu ke perpustakaan dan cari buku puisi Kahlil Gibran. Analisa semua puisi di dalam buku itu lalu kumpulkan ke saya saat jam istirahat pertama. Untuk yang lainnya, Bapak harap kalian bisa lebih disiplin.”

Jemari Pak Sofyan lalu menusuri daftar absen di buku.

“Baik, sekarang giliran Samantha Veronica.”

Inka mengangguk patuh pada gurunya, seraya melemparkan buku tugasnya ke pangkuan Samantha yang dengan cepat meraih buku tugas bersampul bening tersebut. Kertasnya masih baru tertulis satu halaman, bahkan Inka menempelkan label dengan nama Samantha di luar cover.

Membuat Samantha terharu, ingin segera memeluk temannya itu.

Samantha lalu menatap maju ke depan kelas, sementara Inka sudah menghilang ke perpustakaan. Perlahan, ia menarik napas panjang kemudian membacakan puisi yang ditulis Inka.

Sahabat,
Kau bagai pelita yang menerangkan hatiku di kala terluka
Kau genggam tanganku saat ku rapuh dan jatuh
Kau hapus air mataku hingga berganti senyum bahagia

Sahabat,
Bagiku kau lebih dari sekadar pelipur gundah
Di dalam hatiku, kau menyisakan beribu kenangan manis
Dan di telingaku kau s’lalu bisikkan kata-kata penyemangat

Sahabat,
Sesering apapun api perselisihan membakar tali persahabatan kita
Dinginnya keteguhan hati akan menguatkan ikatan kita
Eratnya dahan untaian persaudaraan takkan mampu meruntuhkan kita

Sahabat,
Lewat syair ini ingin ku sampaikan
Betapa aku begitu bersyukur  akan kehadiranmu

Tak ada gemuruh tepuk tangan begitu Samantha selesai membacakan puisi. Yang tersirat hanyalah tatapan datar teman-teman sekelasnya, serta isyarat anggukan Pak Sofyan untuk menyuruh ia duduk di kembali.

SAMUEL AND SAMANTHA  : TROUBLE COUPLE SERIES 0.1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang