Prolog: Awaken

618 25 8
                                    

[Segera Direvisi: Maaf kalau masih ada typo dan tulisan asing yang belum di italic]

============================

Seperti mendengar seseorang yang memanggilnya, pria itu pun membuka matanya.

Gelap. Malam hari mungkin? Tapi tidak hitam legam, masih ada cahaya di sana. Suatu api – di atas kepalanya. Suatu api telah dinyalakan oleh seseorang. Lilin. Tidak hanya satu lilin, namun beberapa batang lilin kecil ditempatkan pada interval yang seragam sejajar pada dinding yang tampaknya membentang tanpa akhir. Di mana ini?

Entah kenapa, dia begitu sulit bernapas. Dia menyentuh dinding dan merasakan bahwa dinding tersebut keras dan kasar. Sebenarnya itu tidak bisa disebut dinding, lebih tepatnya itu adalah batu. Dan tentu saja, jika seseorang tidur di atas batu, maka punggungnya akan sakit. Mungkin dia sedang berada di dalam gua? Memang terasa seperti itu. Gua? Kenapa dia berada di dalam gua?

Lilin-lilin itu diletakkan pada tempat yang cukup tinggi di atasnya, tapi jika dia bangun dan menjulurkan tangannya, mungkin dia bisa menggapainya. Namun, di sana cukup gelap sehingga dia bahkan tidak bisa mengukur seberapa panjang lengannya sendiri, dan dia hampir tidak melihat apa-apa di bawah kakinya.

Dia bisa merasakan keberadaan orang lain di sekitarnya. Jika dia mendengar dengan seksama, dia bisa mendengarkan napas terengah-engah orang lain. Orang lain? Apa yang akan dia lakukan jika ada orang lain bersamanya? Dia tidak tahu, tapi tampaknya ini cukup gawat. Meski demikian, suara itu tampaknya berasal dari orang lain.

"Apakah ada orang lain di sini?" dia memanggil dengan sedikit ketakutan.

"Ya." Balasan segera terdengar. Itu adalah suara seorang laki-laki.

"Aku di sini," suara lainnya menjawab, dan kali ini adalah suara wanita.

"Emmm...." Suara laki-laki lain pun ikut menjawab.

"Sepertinya begitu," ada lagi yang menjawabnya.

"Ada berapa orang di sini?"

"Kenapa kau tidak mencoba untuk menghitungnya?"

"Yang lebih penting lagi, dimana kita berada?"

"Aku tak tahu....."

"Tak ada yang tahu?"

"Apa-apaan ini?"

Dia kebingungan. Ada apa ini? Kenapa dia ada di sini? Kenapa? Seberapa lama dia berada di sini?

Pria itu mengepalkan tangannya dengan erat di dadanya, seakan-akan dia ingin merobek sesuatu. Dia tidak mengerti. Seberapa lama dia berada di sini, kenapa dia ada di sini? Ketika memikirkan tentang itu semua, dia merasa bahwa ada bagian tertentu di otaknya yang mengetahui jawaban atas semua pertanyaan tersebut, namun itu lenyap sebelum dia mampu mengingatnya kembali. Dia tidak tahu. Itu membuatnya kesal. Dia tak paham apapun.

"Kita tak bisa duduk diam di sini selamanya," seseorang berkata. Itu adalah suara laki-laki yang parau dan rendah.

Dia bisa mendengar suara batu yang diinjak di bawah telapak kakinya. Sepertinya orang yang berbicara itu bangkit dari duduknya.

"Ke mana kau akan pergi?" suatu suara wanita bertanya padanya.

"Aku akan mencoba untuk menyusuri lilin-lilin yang tertata di dinding," dia menjawab untuk menunjukkan bahwa itu adalah satu-satunya hal yang bisa dia usahakan.

Tidakkah pria itu takut? Kenapa dia tidak marah? Pria yang berjarak sejauh dua lilin ini cukup tinggi. Dia bisa melihat kepala pria itu sedikit karena cahaya remang-remang dari lilin. Rambutnya tidak hitam.... melainkan berwarna perak.

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang