Episode #47: Senja Menuju Malam

56 2 1
                                    


Waktu seakan berlalu dengan begitu cepat setelah mereka menyepakati keputusan tersebut.


Mereka mengunjungi markas Crimson Moon untuk mendaftarkan diri para Operasi Ular Berkepala Dua, kemudian mereka melanjutkan rutinitas sehari-hari, namun kegelisahan menggelayuti pikiran mereka. Namun, hari itu pun datang dalam sekejap mata.


Semua peserta diminta untuk berkumpul pagi-pagi buta, atau lebih tepatnya serangan simultan pada Benteng Capomorti dan Steelbone dimulai pada waktu fajar, sehingga mereka diperintahkan untuk berkumpul pada pukul 3 pagi di luar gerbang utara Altana. Lonceng penanda waktu hanya berdentang sekali setiap 2 jam setelah pukul 6 malam, dan tak seorang pun dari mereka punya arloji.


Jam tangan memang dijual di pasar, tetapi hanya pengrajin Dwarf yang mampu membuat benda-benda seperti itu. Jam seperti itu sungguh mahal harganya, sampai-sampai mata Haruhiro hampir copot ketika melihat label harga. Beruntung bagi mereka, terdapat jam dinding di dekat pintu masuk pondok, sehingga mereka bisa tahu waktu setiap saat.


Mereka bermaksud bangun pukul 2 petang, atau terlambat sedikit tidak apalah. Nah, selama ada salah seorang yang terbangun di antara mereka, maka orang tersebut bisa membangunkan yang lainnya, sehingga Haruhiro berpikir bahwa cara tersebut akan bekerja. Agar besok bisa bangun pagi, mereka semua tidur tepat setelah matahari terbenam. Semuanya naik ke ranjang untuk tidur lebih awal.


"Sialan, aku menyerah!" Ranta menyatakan itu dengan suara keras sembari memukul-mukul ranjangnya di ruangan kamar yang sudah gelap gulita.


Ranta tidak bisa diam ketika dia tidur, tapi kali ini, Haruhiro juga begitu.


"Aku tidak bisa memaksakan diri untuk tidur lebih awal," lanjut Ranta.


"Y-ya," Mogzo setuju."Aku suka tidur lama, tapi ini terlalu pagi, bahkan bagi aku."


"Kalau begitu, ayo pergi!" Ranta menjawab dengan keras."Ayo PERGI!"


"Pergi ke mana?" Kata Haruhiro."Dan hentikan omonganmu yang bernada tinggi. Kau mungkin memang tidak bisa tidur, tapi orang lain sedang berusaha keras untuk tidur lho."


"Er, Ranta, Haruhiro benar, kau mau pergi ke mana?" Tanya Mogzo dengan penasaran.


"Tentu saja ke kamar para gadis!" Kata Ranta dengan gembira.


"Hah?" Jawab Mogzo, seakan-akan dia tidak percaya apa yang barusan didengarnya.


Haruhiro mendesah."Jangan bodoh, Ranta. Bahkan jika kita pergi ke sana, lalu apa yang akan kita lakukan?"


"Kita bisa melakukan ITU," kata Ranta dengan keras kepala.


" 'Itu'?" Tanya Haruhiro.


"Tentu saja, itu!" Kata Ranta.


"Apa itu?"


"Uhhh ..." Ranta berhenti.


"Uh?"


"Ya."


"Ya?" Haruhiro diam sesaat.


"Hm."


" 'Hm' apa?"


"Apa itu?" Kata Ranta.


"Jangan tanya aku," kata Haruhiro."Kau yang memulai. Berhenti mengatakan hal bodoh yang kau sendiri tak paham artinya."


"Sekarang aku sedang berpikir tentang hal itu," Ranta bersikeras."Aku berpikir dengan begitu keras! Um ... uhh ... MOGZO, AYO IKUT!"


"A-Aku?" Mogzo tergagap."Erm ... uhh ..."

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang