Episode #28: Wadah

36 3 0
                                    


Mereka kembali ke Altana sebelum matahari terbenam, lantas mereka menjual barang hasil jarahan hari ini di sebuah toko dekat pasar. Beberapa jimat, yang dikumpulkan dari lima Kobolds kecil dan tujuh Kobold pekerja berkasta rendah, semuanya dihargai 7 perak lebih sedikit.


"Ini agak menyedihkan," Yume mendesah dengan ekspresi tenang, sembari ia menatap tujuh perak dan segenggam koin perunggu.


"Ini tidak menyedihkan," kata Ranta dengan mengerutkan kening dalam-dalam. "Tapi, ini luar biasa menyedihkan! Serius, apa sih ini?!"


"Sepertinya, aku juga mengharapkan lebih banyak," kata Mogzo, dengan memaksakan "haha" keluar dari mulutnya.


"Ya ..." Shihoru menundukkan kepalanya. "Ini bahkan lebih sedikit dari yang kita dapatkan ketika berburu Goblin ..."


"Uh ..." Haruhiro ingin mengatakan sesuatu untuk menghibur semuanya, tapi ia tidak bisa memikirkan sesuatu yang positif.


"Semua yang kita lawan hanyalah Kobolds normal." Dengan suaranya yang dingin dan tenang, Mary segera menghibur teman-temannya karena sepertinya Haruhiro kehabisan kata-kata. "Kita akan mendapatkan uang lebih banyak setelah mengalahkan petua."


Haruhiro, yang masih kebingungan, mengangguk dengan penuh semangat."Y-ya itu benar. Dan sepertinya itu bukanlah pertempuran yang sulit. Pada mulanya kita sedikit canggung, tapi kemudian kita bisa menghabisi Kobolds dengan mudah, dan tidak ada yang terluka serius, aku pikir juga begitu. Bertarung melawan Kobolds tingkat rendah berarti kita tidak mendapatkan barang berharga tinggi dari mereka, iya 'kan?"


"Lebih baik kau pastikan," Ranta mengejek."Jika besok hasilnya tidak kunjung membaik, kau harus tanggung jawab, Haruhiro!"


"Apa artinya itu?" Tanya Haruhiro.


"Itu artinya, jika besok perkataanmu terbukti salah, maka kau harus memberiku sebagian uangmu sebagai kompensasi ganti rugi."


"Mengapa aku harus melakukan hal seperti itu?"


"Apa? Bukankah kau yang mengajak kami pergi ke Tambang Siren, kan?"


"Tapi kau setuju dengan itu, kan?"


"Itu bukan ideku. Yang aku lakukan hanyalah memberikan persetujuan. Si bodoh keras kepala yang mengusulkan ide itu adalah orang yang paling bertanggung jawab. Aturannya memang seperti itu sejak trilyun tahun yang lalu!"


"Mengocehlah sesukamu," kata Haruhiro, menyerah.


"Dasar, memang sesukaku mau ngomong apa!" Ranta membalasnya.


Apapun itu, Haruhiro berada pada posisi yang layak disalahkan. Ketidakmampuan Haruhiro untuk berdebat membalas Ranta membuat dia sedih, meskipun sebenarnya dia tak perlu melakukan hal seperti itu. Mungkin dia hanya lelah, tapi jika demikian, maka Ranta lah yang harus disalahkan karena terlalu menuntut.


Bahkan saat semuanya makan malam bersama di sebuah kios (yang meskipun murah, tapi memiliki reputasi baik), Ranta memuntahkan kata-kata bodoh setiap kali ia membuka mulutnya. Bahkan pada saat-saat seperti ini, Haruhiro tidak mood untuk berdebat dengan Ranta, namun si pria berambut berantakan masih saja memprovokasinya. Memang seperti itulah Ranta. Baiklah kalau begitu. Jika tabiatnya memang seperti itu, maka Haruhiro hanya perlu mengabaikannya.


"Hei, Haruhiro," Ranta mulai lagi.


"..."


"Oy, Haruhiro."


"..."


"Heeey," kata Ranta, sembari terus menyemburnya, "Haruhiro."


"..."

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang