Episode #58: Beban Kenyataan Yang Hampir Tak Tertahankan

37 1 0
                                    


Kematian seseorang bukanlah hal yang bisa diremehkan.


Dan pada hari ini, Haruhiro tak pernah membayangkan bahwa kematian seseorang akan menjadi sesuatu yang harus dia alami lagi. Tentu saja, dia mengerti selalu ada kemungkinan seseorang akan mati kapan pun. Lebih dari apa pun, keselamatan dari kawan-kawannya selalu menjadi hal utama di pikirannya, dan kematian merekalah ketakutan yang mengakar dalam hatinya. Tapi asumsinya akan kematian, kehilangan, benar-benar terlalu lepas dari kenyataan. Lalu, sebelum dia menyadarinya, kematian telah datang dan pergi, hanya menyisakan sakit yang sangat berbeda dari sakit dari kematian Manato saat ia terbangun.


Mereka membawa tubuh Mogzo kembali ke Altana, dan lalu ke ruang pengkremasian di luar kota untuk membakar tubuhnya. Mereka lalu membawa abunya ke bukit di mana menara tanpa pintu masuk atau keluar berada. Setelah itu, Haruhiro mengingat kejadian itu cukup jelas, tapi semuanya masih juga terlihat buram. Dia mengaku Tim Renji membantu mereka melalui semua itu, jadi semuanya sampai ke poin itu lancar seperti yang diharapkan.


Setelahnya adalah ketika tantangannya yang sesungguhnya dimulai.


Kawan-kawannya, temannya, mati; berubah menjadi tulang dan abu, menuju tidur selamanya di atas sebuah bukit di mana dia takkan lagi terganggu. Haruhiro dan yang lain telah kehilangan sesosok Mogzo. Tapi walau Mogzo telah pergi, hawa kehadirannya masih terasa. Tangannya dan baju zirahnya, sebagai contoh. Baju zirahnya yang rusak, helm yang bengkok, dan pedang yang dia dapatkan dari Death Spot, The Chopper. Semua itu tak bisa dibakar dan dikuburkan bersamanya. Mereka menginginkannya, tapi perlengkapan adalah baja-tempaan dan secara fisik tak bisa dibakar. Melakukan hal tersebut adalah hal yang tidak masuk akal, tapi mereka tidak punya tempat untuk menyimpannya.


Akhirnya, Shihoru menyarankan, "Mungkin kita bisa menyimpannya di suatu tempat?"


Jadi mereka pergi menuju Bank Yorozu dan di sana mereka berhadapan dengan kenyataan lain yang tak menyenangkan.


"Tentu saja, kami di Bank Yorozu bisa mengatasi penyimpanan lebih daripada sekedar uang," mereka diberitahu oleh generasi keempat Yorozu. Gadis itu berpakaian merah mencolok dengan renda putih dengan potongan permata bergelantungan di sini dan di sana, dan gadis itu memandang mereka di balik sebuah monocle. Dia mengetuk counter dengan pipa tembakau emasnya dan melanjutkan, "Perihal ongkos penyimpanannya, kalau kami menetapkan bunga satu persen untuk deposito uang, penyimpanan barang kami tetapkan dua persen dari harga barang yang kami tinjau. Dalam kasusmu, bahkan tak perlu untuk meninjau baju zirahnya, karena itu tak berharga."


"A-apa?" Haruhiro tergagap. "Kenapa?"


"Apakah saya benar-benar harus menjelaskannya, Tuan Kurang Ajar?" Yorozu menggerutu.


Gadis itu telah memberikannya julukan buruk itu bahkan di pertemuan pertama mereka dan dia masih menggunakannya.


"Baju zirah dan helm itu sudah rusak parah dan tak bernilai lagi," ucapnya. "Bahkan jika kau bawa itu ke pandai besi, aku ragu perlengkapan macam itu bisa diperbaiki. Bagaimana kalau kita cari seseorang yang bisa menggunakannya sebagai rongsok?"


"Hey! Jaga ucapanmu!" Ranta berseru, mencondongkan badannya ke counter mencoba untuk menarik gadis kecil yang sedang duduk nyaman dibelakangnya.


Haruhiro menahan Ranta, tapi sejujurnya, dia juga merasakan apa yang Ranta rasakan. Rongsokan... berani juga Yorozu menyebut benda milik teman mereka sebagai rongsokan. Satu-satunya peninggalan Mogzo, dan dia menganggapnya bagai tak lebih dari sebuah sampah. Ya, itu tidak benar. Beraninya Yorozu berbicara dengan remeh mengenai apa yang dia tidak tahu. Dia salah. Dia tak tahu apapun.


Yorozu menyipitkan matanya, lalu dia mengangkat bahunya dan dengan murah hati. "Jadi begitu. Jadi benda ini punya salah satu temanmu dulu. Walau aku mengerti keadaanmu, di sini ada aturan yang bahkan generasi keempat Yorozu ini tak bisa langgar. Tak peduli apapun alasannya, kami tak bisa menerima barang yang harganya turun di bawah harga yang ditetapkan. Ruang penyimpanan juga sebuah sumber daya, dan kami tak menyimpan barang yang tak memiliki nilai tukar. Jika barang tersebut terlalu berharga untuk kalian buang, sebaiknya kalian mencari cara untuk tetap menyimpannya."

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang