Episode #52: Setelahnya

36 2 0
                                    


Ada sesuatu yang benar-benar salah di tembok Selatan, di dekat gerbang utama. Apa yang terjadi? Haruhiro punya firasat yang sangat buruk . Sebenarnya, dia hanya punya firasat buruk. Tapi tentu saja itu sebuah masalah...


Bagaimanapun, serangan Resimen Badai Hijau di tembok bagian Timur terus berlanjut. Para orc itu bertempur secara kolot, hanya terfokus pada pertahanan mereka. Jika mereka tak membereskan tembok secepatnya, panah-panah yang menghujani mereka dari atas takkan pernah berhenti.


"Kita akan menguasai tembok jembatannya dulu!" Bri mengangkat tinggi pedangnya, menunjuk ke atas tembok. Dia tak membawa sebuah perisai.


Entah bagaimana caranya, mereka berhasil memasang keempat tangga di tempat tujuan dan tak ada satu pun dari tim Haruhiro atau tim Choco yang terluka. Haruhiro berada dekat dengan tembok, perisainya diangkat di atas kepalanya demi melindunginya dari hujan panah. Dia tak bisa melihat apapun yang terjadi di atasnya, jadi dia tak tahu apa yang terjadi di atas sana, tapi dia berasumsi bahwa Renji pasti sudah memanjat terlebih dahulu, dan sudah mengurus segala sesuatu di sana. Terima kasih karenanya, jumlah panah yang menghujani mereka bisa berkurang.


Seketika Haruhiro menghela nafas dalam karena mweasa terbebas dari kematian, seseorang menariknya dengan kasar di tengkuk lehernya, sehingga membuatnya mendengking.


"Oy! Berhenti melamun, Parupiro! Kita juga pergi!"


Ranta. Selalu saja si bodoh Ranta. Genggamannya sakit, jadi Haruhiro menyingkirkan tangan Ranta, agar membuatnya pergi.


"Itu bukan namaku," jawab Haruhiro singkat. "Lagipula pergi ke mana?"


"Ke atas tembok, ke mana lagi?" seru Ranta.


"Tidak, tunggu--!"


"Tunggu apa lagi...!!?" ejek Ranta balik. "AYO!"


Kali ini, Ranta menarik telinga Haruhiro dan mencoba untuk membawanya ke tangga terdekat. Haruhiro berharap bocah itu bisa menghentikan leluconnya dan merasa dirinya benar-benar dipermalukan. Haruhiro menendang kaki Ranta dari bawah.


"Apa-apaan--?!" Ranta meloncat bangkit dari jatuhnya. "Keparat!"


"Whoa!" seru Haruhiro ketika Ranta mengepalkan tangannya dan mengangkatnya. "Kau benar-benar ingin memulai perkelahian tangan kosong di waktu seperti ini!?"


"Waktu tak ada hubungannya dengan ini!" bentak Ranta.


"Tentu saja ada! Apa sih yang kau pikirkan!?"


"Aku bukanlah lelaki yang patuh pada aturan orang biasa! Bahkan, aku akan mengubah pemikiran kalian!"


"Dan ketika kau melakukan perubahan omong kosongmu itu, semuanya telah memanjat ke atas tembok!" Haruhiro menjelaskan.


"APA!?" Ranta berteriak. "Serius?"


Bahkan tim Choco telah mengantri di bawah salah satu tangga, siap untuk memanjat. Haruhiro menganggap itu sebagai sebuah tanda bahwa mereka mungkin juga harus bergerak.


"Ayo kita juga pergi!" ucap Mogzo, kata-katanya akhirnya menggugah Haruhiro untuk beraksi.


"Oke! Aku dan Mogzo pergi duluan!" Haruhiro memerintah. "Semuanya menyusul setelah kami!"


"Berhenti jadi orang bodoh!" ejek Ranta, menyerobot di depan Haruhiro dan memulai memanjat ke tangga. "Aku duluan!"


"Baiklah, terserah!" Haruhiro membentaknya.


Dia menaruh perisai di punggungnya lagi dan mengikuti Ranta, Yume berada tepat di belakangnya. Mogzo dan Mary menggunakan tangga yang lain, sedang Mary naik belakangan. Panah dari para orc masih berjatuhan beberapa saat yang lalu. Di atas tembok, para orc dan manusia terpencar dan tercampur dalam sebuah keadaan yang kacau tapi kelihatannya Resimen Badai Hijau sedang berada di atas angin. Sekarang sudah tak ada lagi orc yang tersisa di tembok jembatan di manapun di dekat mereka.

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang