Episode #59: Funya-Funyan

31 1 0
                                    


(Funya-Funyan adalah istilah Bahasa Jepang untuk lembek, lemas, dan kurang energi. Bahasa Jawa-nya : "lontang-latung")


Yume sedang funya-funya. Kenapa dia jadi seperti itu? Yume sendiri pun juga tak tahu. Yang dia tahu adalah, dia sedang funya-funya dan tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya dengan cara lain.


Karena dia sedang funya-funya, dia malas bangun dan turun dari tempat tidurnya. Jadi dia tetap tergeletak di dipannya, pada pondok pasukan cadangan. Sesekali dia rebahan ke satu sisi, dan ke sisi lainnya, tapi karena dia sedang funya-funya, bahkan membolak-balik badan seperti itu masihlah merepotkan.


Dia juga harus buang air kecil. Dia sudah ngempet pipis dalam waktu yang lama, dan itu akan jadi masalah jika dia tidak segera bangkit dari tempat tidurnya. Cepat atau lambat dia harus bangun, tidak boleh tidak, tapi karena dia sedang funya-funya, dia malas melakukannya sekarang.


"Yume?" Shihoru memanggil namanya.


Dan karena sedang funya-funya, membalas panggilan sederhana seperti itu pun terasa sangat berat.


Akhirnya, Yume berhasil menjawabnya dengan hanya berkata, "Hmm?"


"Kau tidak lapar?" Tanya Shihoru.


"Hmm ..."


Yume memikirkannya. Dia seharusnya sudah lapar; jika ada sesuatu yang bisa dimakannya, maka dia akan memakan itu. Tapi karena dia sedang tak nafsu makan, maka terserah sajalah, ia merasa cukup baik tanpa makan, sehingga itu artinya dia tidak perlu makan.


"... Hmm."


"Yume, tidak baik jika kau terus kelaparan seperti itu ..."


"Hmm."


"Yume?"


"Hmm?"


"Apakah kau mendengarkanku?"


"Hmm ..."


"Percuma saja," pikir Yume yang masih funya-funya . Dia harus menjawab dengan benar. Tapi, meskipun dia ingin menjawab dengan benar, dia sungguh malas untuk menggerakkan mulutnya. Dia tidak bermaksud memberikan Shihoru kesulitan, dia hanya kekurangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu. Funya-funya tidak hanya terjadi pada fisiknya, namun mental juga.


"Kau harus mengurusi dirimu sendiri, jangan manja" Shihoru tiba-tiba berseru setengah berbisik.


Karena dia mengatakan itu dengan begitu cepat sembari berbisik, Yume tidak tahu apakah Shihoru benar-benar bermaksud menasehatinya. Meskipun begitu, dia tahu bahwa Shihoru kesal. Mungkin bahkan marah. Ini adalah pertama kalinya Shihoru mengatakan sesuatu padanya dengan nada seperti itu. Yume tidak ingat Shihoru pernah bicara dengan cara seperti ini.


Yume membalikkan badannya menganggap Shihoru, yang sedang duduk pada dipan sebelah. Yume menggantung kepalanya, dan menatap ke lantai.


"Maaf ..." Yume meminta maaf. Shihoru menggeleng dengan cepat tanpa melihat ke atas, lantas dia berkata, "Aku juga minta maaf ."


"Kau tidak perlu minta maaf begitu," kata Yume.


"Tetapi aku..."


"Kau tidak melakukan suatu kesalahan pun."


"Tidak, aku ..." Shihoru bersikeras.


"Kau tidak melakukan apapun."


"Menurutku, aku melakukan.........."


"Oh ..." Yume akhirnya menyerah.


"Apa ... yang akan kita lakukan mulai dari sekarang?" Bisik Shihoru.


"Hmm ..."


Yume mencoba berpikir tentang hal itu, tapi otaknya menolak untuk bekerja. Roda gigi pada mesin yang sejatinya adalah otaknya, telah berhenti bergerak. Dia mencoba berpikir, namun seperti biasanya, dia menyerah untuk menemukan kata-kata yang layak.


"Um, Shihoru?" Akhirnya Yume berkata.


"Ya?"


"Yume benar-benar bego pada hal seperti ini. Yume benci rasa sakit dan sedih ini ... semuanya juga begitu, kan? "


"Ya, kukira begitu ..."


"Tapi kau tahu, misalnya, jika ada hujan badai besar ..."


"Ya...?"


Yume melanjutkan, "Dan badai itu suuuuper keras, Kau tidak bisa pergi ke luar rumah, kan? Kau hanya bisa tinggal di dalam rumah sambil berharap bahwa badai cepat reda, kan?"


"Ya... sepertinya begitu."


"Tapi siapa yang bisa membuat badainya berhenti? Sepertinya ... kita hanya bisa pasrah. "


"Hanya bisa pasrah ...?" Tanya Shihoru, dengan ekspresi penuh keraguan.


"Err, maksud Yume.... ini bukanlah salah siapapun. Memang seperti inilah takdirnya. Ini semua terasa bagaikan kebohongan yang besar. Yume bahkan tidak pernah mengira bahwa hal seperti ini bisa terjadi."


"Aku ... aku juga."


"Kenapa Yume tidak pernah mengira hal seperti ini bisa terjadi?" Tanya Yume pada dirinya sendiri. "Karena memang sepertinya hal ini tidak akan mungkin terjadi. Tapi setidaknya, Yume harusnya tahu bahwa ada kemungkinan itu bisa terjadi ... "


Karena hal ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Ini memang pernah terjadi sebelumnya, tapi Yume tidak pernah berharap bahwa ini terjadi lagi untuk kedua kalinya. Kematian teman. Mogzo sudah mati.


"Yume sungguh idiot," kata Yume, sembari membalik badan pada posisi telentang. Seluruh tubuhnya terasa berat, funya-funya. "Yume terlalu bodoh. Hal ini terjadi karena Yume sungguh-sungguh bodoh dan tolol."


Kali ini, Shihoru tidak menjawab.


Yume tiba-tiba merasa sangat mengantuk, tapi ia tahu bahwa ia tidak akan bisa tertidur. Kali ini dia membalik tubuhnya pada posisi telungkup. Tubuhnya terasa lebih berat dan lebih funya-funya daripada sebelumnya. Dia tidak punya keinginan untuk bergerak sedikitpun. Dan untuk saat ini, dia tetap tak bergerak, tak bisa bergerak.

Grimgar Of Fantasy And AshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang