BAB XV.

102 23 4
                                    

"Adel, will u be mine?"

Adel mematung mendengar ucapan Reno barusan. Apa Reno baru saja memintanya menjadi kekasih Reno? Apa ia tak salah dengar? Atau Reno hanya bercanda? Adel melepaskan pelukannya lalu menatap mata Reno. Tak ada tanda kebohongan disana. Hanya terlihat sorot mata serius. Lalu Adel tersenyum dan mengangguk

"I will" jawab Adel.

Reno Pov

Bolehkah kali ini aku bersikap egois? Aku ingin memilikinya sebentar saja. Aku ingin membahagiakannya sedikit saja. Hatiku seperti tak rela untuk menjauhinya. Hatiku tak bisa melihatnya bersama lelaki lain, ada perasaan 'cemburu' terletak disana.

Aku tak tau berapa lama lagi waktu ku di dunia ini. Aku pernah menyakitinya, sekarang saat untuk membahagiakannya. Aku akan menghabiskan sisa waktu ku di dunia ini bersama Adel. Aku akan membahagiakannya dengan caraku.

Tuhan, beri aku waktu sedikit lebih lama untuk membahagiakannya.

•••••

Reno sangat bahagia. Saat dia dijalan,ia senyum senyum seperti orang gila. Untung saja ia di mobil, jadi tak ada yang melihat nya senyum senyum sendiri. Efek fall in love. Maklum. Saat sampai dirumah pun ia masih tersenyum,membuat kedua orang tuanya bingung. "Kamu kenapa senyum senyum gitu, Ren?"

"Reno lagi bahagia, Ma. Sekarang Adel jadi pacarnya Reno."

Orang tuanya bertambah bingung lagi. Mereka memang tidak mengetahui tentang Adel. Reno tak ingin menceritakan kejadian kelam itu kepada orang tuanya. Lalu Mama Fani tersenyum senang melihat anak nya bahagia. Ia jarang sekali melihat anaknya senyum seperti ini. "Mama ikut seneng dengernya, Ren. Kapan-kapan bawa kerumah ya" ucap Mama Fani sambil mengelus puncak kepala Reno. "Pasti, Ma. Yaudah, Reno keatas dulu ya."

•••••

Tidak ada bedanya dengan Reno. Adel pun seperti itu. Arel yang melihatnya merinding sendiri. Kesambet setan dimana nih anak batin Arel. Tapi Arel tak memperdulikannya. Ia ingin Adel yang menceritakannya sendiri. Seperti selama ini.

Adel berjalan ke kamarnya. Bughh. "Aduh, siapa yang naro disini sih. Gatau apa gue lagi bahagia! Etapi karna gue lagi bahagia, gue maapin deh." Yah, Adel seperti itu lagi. Sekarang ia berubah menjadi lebih gila. Arel saja masih melongo kaya orang bego ngelihat kelakuan adik nya itu. Lalu Adel berjalan memasuki kamarnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur. Terngiang-ngiang suara Reno yang mengatakan will you be mine? di telinganya.

Ting!

Suara ponsel menghentikan lamunannya. Ia membuka pesan dari nomor yang tidak ia ketahui.

'Good night, and have a nice dream
-R'

Itulah isi pesan tersebut. R? Reno? Lalu Adel mengetikan balasan.

'U too'

Dasar! Adel sok jaim! Padahal pengen ngucapin 'Good night too, Reno'. Padahal masih pengen sms-an tuh. Tapi gengsi segede gaban. Adel menghela nafas kesal karena tak mendapat balasan. Kesal sama diri sendiri yang hanya membalas sangat singkat.

Yaiyalah Reno tidak membalas lagi, Reno mengira Adel membalas singkat karena tidak ingin di ganggu. Reno meletak HP nya di nakas lalu memejamkan matanya. Ia ingin bertemu Adel besok. Ia tak sabar ingin melihat wajah cantik itu lagi.

Sampai ia melupakan obatnya.

Obat yang menjadi penguat hidupnya.

Obat yang menjadikannya masih berada disini sampai detik ini.

Patience (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang