BAB X.

109 26 2
                                    

Karena cinta selalu tau cara untuk memaafkan-

Sudah seminggu Adel kuliah di UI. Sudah seminggu itu juga, Adel dekat dan lebih mengenal Gefan. Dan sudah seminggu itu juga ia tak pernah melihat Reno lagi. Apa hanya segitu saja perjuangan Reno padanya?

Adel keluar dari kelas nya bersama Gefan. Sebelumnya, Gefan bilang ia ingin mengantar Adel pulang. Adel menerima nya karena Arel tidak bisa menjemputnya. Hari ini ia tidak membawa mobil karena mobil nya sedang di service.

Saat mereka sedang berjalan menuju parkir, matanya tak sengaja menatap lelaki yang sedang berjalan dari arah gedung fakultas teknik arsitektur. Adel bingung, kenapa lelaki itu bisa ada disini? Jangan-jangan, dia juga kuliah di sini. Tubuhnya memaku saat menyadari ia dan lelaki itu satu Universitas.

Tapi tunggu, penampilan lelaki itu terlihat berbeda. Seperti, lebih kurus.

"Del?" panggil Gefan yang heran melihat Adel berhenti berjalan.

Panggilan Gefan menyentakkan lamunan Adel. Adel mengubah mimik wajahnya menjadi ceria kembali.

Gefan hanya menggeleng kepala. Satu fakta yang ia ketahui setelah mengenal Adel, Adel hobi melamun. Bahkan saat belajarpun, Gefan sering melihat Adel melamun. Lalu mereka melanjutkan langkah menuju mobil CRV putih milik Gefan.

"Del, kita makan dulu, yuk. Gue laper." ucap Gefan sambil menyetir.

Adel hanya mengangguk sebagai jawaban. Gefan menjalankan mobilnya menuju Sun Cafe. Mereka makan sambil mengobrol banyak hal.

Adel merasa nyaman saat bersama Gefan, begitupun sebaliknya. Rasanya, berbicara dengan Gefan itu selalu nyambung. Ada saatnya serius dan ada saatnya bercanda.

Selesai makan, mereka langsung bergegas menuju rumah Adel. Saat di mobil, mereka mendengarkan lagu dan sesekali bernyanyi bersama.

You look so perfect standing there

In my American Apparel underwear

And I know now, that I'm so down

Your lipstick stain is a work of art

I got your name tattooed in an arrow heart

And I know now, that I'm so down

SHE LOOK SO PERFECT-5 SOS

Saat sampai tepat di depan pagar rumah Adel, Gefan memberhentikan mobilnya.

"Mampir dulu yuk." ajak Adel sambil melepas seatbelt nya. "Udah malam, Del. Lain kali aja deh." tolak Gefan halus.

Pulang kuliah pukul 4 sore dan makan selama 1 jam, belum lagi jalanan yang macet membuat mereka tiba pada malam hari.

"Hm,ya deh. Makasi ya traktiran dan nganterin gue pulang. Hati-hati di jalan ya, Gef." ucap Adel sambil melambaikan tangan nya.

Gefan meng-klakson-kan mobil nya dan melaju di jalanan. Setelah mobil Gefan hilang di tikungan, Adel melangkahkan kaki nya memasuki gerbang. Tiba-tiba tangan nya ditahan oleh seseorang dan membuatnya menoleh ke belakang. Adel terkejut melihat siapa yang memegang tangannya.

Sudah seminggu sejak kejadian Adel mengusirnya, ia tidak pernah menampakkan dirinya lagi di depan Adel.

Sekarang, Adel dapat melihat perbedaan pada diri Reno dengan jelas.

Lelaki itu terlihat semakin kurus. Kantung matanya yang tebal terlihat jelas. Muka nya putih pucat. Dan, tak ada binar di mata hitam nya.

"Del, gue minta maaf." ucap Reno lemah.

Adel yang mendengar itu meneteskan air matanya. Ia sedih melihat perubahan Reno. Reno terlihat lemah di depannya, dan ia tak suka itu. Penguatnya adalah Reno, ia tak suka jika penguatnya berubah menjadi lemah. Karena, hatinya masih menyimpan nama Reno di dalamnya.

"Ja..jangan nangis." ucap Reno terbata.

Mendengar suara Reno yang semakin lemah, malah membuat Adel makin terisak. Adel langsung memeluk tubuh ringkih yang berdiri di hadapannya itu.

"Gue maafin lo, Ren. Gue jauhi lo karena gue takut sakit lagi." ucap Adel disertai isakannya.

Reno membalas pelukan Adel dan tangan nya mengelus rambut Adel dengan gerakan lemah.

"Makasi ya udah mau maafin gue. Gue janji ngga akan sakiti lo lagi" ucap Reno lalu mencium puncak kepala Adel.

Adel melepaskan pelukan nya lalu mengangguk sebagai jawaban. Adel kaget saat melihat darah yang mengalir dari hidung Reno.

"Reno? Hidung lo kenapa berdarah?" Reno meraba bagian bawah hidungnya yang terdapat darah. Adel membuka tas nya dan mengeluarkan tisu. Lalu memberikannya kepada Reno. Reno menghapusnya dengan kasar. Ia benci terlihat lemah didepan orang yang ia cintai. Tapi itulah faktanya. Ia memang lemah. "Lo masuk gih, gue mau pulang. Makasih ya buat tisu nya. Sekali lagi maaf ya." lalu Reno melangkahkan kakinya meninggalkan Adel yang memaku.

Reno berjalan ke mobil yang berisikan seorang lelaki memakai jas putih duduk di depan stir. Sebelum memasuki mobil, ia memastikan tak ada sisa darah lagi dari hidungnya. Reno masuk ke mobil dan duduk di sebelah pengemudi.

"Makasi ya, Vin. Lo udah ngizinin gue keluar walaupun sebentar." ucap Reno disertai senyum tulus nya.

"Santai ae bro. Aelah, sebentar lo bilang? 3 jam kita nunggu disini. Udah kesemutan nih pantat gue. Dah ah, lo harus balik lagi kerumah sakit sekarang." balas Vino.

••••

Maap yah gue ngga paham urusan perkuliahan hehe

*Selamat Hari Kartini*

21 April 2017

Patience (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang