BAB V.

133 31 2
                                    

"Adel, lo kemana aja selama ini? Gue cariin lo selama 3 tahun dan gapernah dapat info apapun tentang lo bahkan dari keluarga lo sekalipun." ujar lelaki itu.

"Peduli apa lo?" balas Adel sambil tertawa sinis.

"Maafin gue Del. Gue nyesel udah nyia-nyiain orang kaya lo. Gue minta maaf sama perlakuan gue ke lo dulu." ujar Reno dengan suara pelan namun masih dapat didengar oleh Adel.

Reno menyesal telah melukai hati seorang perempuan yang tulus menyayangi nya. Dulu, pintu hatinya tertutup setelah kematian Keila. Ia sangat terpuruk. Makanya,  ia tidak menyadari bahwa ada orang yang selalu menemani nya, bukan mengikutinya. Bahwa ada orang yang selalu menjadi pelampiasan nya atas kemarahannya pada takdir yang membawa sahabat sekaligus cinta pertamanya pergi.

"Setelah semua yang lo lakukan, lo pikir gue bakal maafin lo? Lo telat, Ren. Hati gue mati buat lo! Hati gue udah penuh sama cacian dari lo! Gue bukan perempuan kuat yang selalu bisa nerima semua hinaan dari lo!" ucap Adel sambil menahan tangisnya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan cowok ini.

Hati Reno mencelos ketika mendengar penuturan Adel. Segitu parahkah perbuatannya? Segitu besarkah kesalahannya? Bahkan ia selalu melukai perasaan Adel.

Lalu, apakah bisa ia berjuang mendapatkan cinta nya Adel kembali?

Gue harus bisa! Bahkan kata-kata Adel barusan tidak lebih menyakitkan dari semua cacian dari ku padanya dulu batin Reno.

"Adel.." teriak Arel sambil berjalan mendekati Adel.

Setelah berdiri di hadapan Adel, ia mengernyit heran melihat mata Adel yang seperti menahan tangis. Lalu matanya memandang laki-laki yang berada tepat di samping adik nya itu. .

"Em.. Bang Arel kan?" ucap lelaki yang berada di samping Adel.

"Eh iya. Lo siapa ya? Kok gue kaya pernah lihat lo? Tapi dimana ya?" jawab Arel pura-pura bingung.

"Gue Reno, bang. Gue yang dulu pernah nyari Adel dirumah nya. Tapi lo bilang gatau." ucap Reno lagi.

"Oh iyaa ya gue ingat. Sorry ya, dulu gue harus bohongin lo tentang Adel. Oiya, lo siapanya Adel? Kok bisa kenal sama Adel? Dan lo kok bisa disini?" tanya Arel berpura-pura tidak tau.

"Iya gapapa Bang. Gue temen SMA nya Adel. Gue kesini karna lagi bosen aja, terus gue lihat Adel, makanya gue samperin." ucap Reno berbohong, padahal dia mengikuti Adel dan Arel dari tadi.

"Bang, gue mau pulang. Mood gue ilang. Kepala gue juga pusing." ujar Adel yang tak tahan melihat muka-nya Reno.

"Lo kenapa, Dek? Yaudah,yuk kita pulang sekarang! Gue duluan ya, Ren." ucap Arel sambil menggandeng tangan Adel.

Reno hanya mengangguk dan tersenyum pahit.

Lalu ia melangkahkan kaki nya menuju parkiran. Tujuannya kali ini adalah Rumah Sakit.

Rumah Keduanya selama 2 tahun terakhir ini.

Tempat bertahan hidupnya.

•••••

Malamnya, Reno nekat mendatangj rumah Adel. Ia ingin meminta maaf. Sebelum waktunya tiba. Sebelum ia pergi. Reno berdiri di depan rumah Adel lalu mengetuk pintunya. Kebetulan sekali, Adel yang membukanya. Adel terkejut melihat Reno yang berani mendatangi rumahnya selarut ini.

"Adel, gue minta maaf. Gue udah nyia-nyiain lo. Bahkan gue udah berkata kasar sama lo,maafin gue Del." Reno terduduk karena kaki nya sekarang sangat lemah mengingat kesalahannya dulu. Adel dibuat terkejut untuk yang kedua kalinya. Reno yang sekarang beda dengan Reno yang dulu. "Berdiri lo! Gue ngga bisa maafin lo sekarang, bahkan kata-kata lo masih terngiang di kepala gue. Udah malam, pulang deh lo. Gue ngantuk" Lalu Adel menutup pintu dengan keras dan menangis bersandar di pintunya.

Patience (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang