BAB VII.

135 31 1
                                    

Otak berkata untuk pergi meninggalkan, tapi hati meronta untuk tetap disini melanjutkan.
A

Suara dari televisi menggema ke seluruh bagian ruang keluarga yang bernuansa abu-abu ini. Terlihat seorang perempuan duduk di sofa dengan mata menatap ke arah TV tapi pikiran melayang ke kejadian dulu.

Saat ia mengejar lelaki yang bahkan tidak melihatnya. Saat ia mengejar lelaki yang mencaci-maki nya. Saat ia mengejar lelaki yang bahkan menganggap nya rendah.

Apakah mencintai seseorang harus sesakit ini?

Kapan kisah cinta nya berakhir indah? Bahkan di London pun, ia belum memulai kisah cinta nya yang baru. Ia pergi untuk menjauhi Reno dan melupakan lelaki itu. Tapi tetap, semua nya sia-sia. Ia sangat membenci Reno, tetapi ia juga mencintainya. Walau hatinya sudah penuh dengan cacian dari Reno, tapi yang nama nya hati tetaplah hati. Yang berisikan sesorang yang dicintai.

Ia lelah dengan semua drama cinta nya. Ia lelah setelah dua setengah tahun masa SMA nya hanya untuk mencintai lelaki yang tak mencintainya. Ia lelah setelah pergi tiga tahun untuk melupakan dia, tapi hatinya selalu meronta untuk kembali.

Perempuan itu menghela napas untuk yang kesekian kali nya. Lalu ia bangkit dari duduk nya dan berjalan ke kamar Arel. Tujuannya adalah

"Isss Bang, lo curang banget sih jadi orang! Itu mobil gue jangan di tabrak-tabrak" ucap Adel dengan kesal.

"Lo nya aja yang gapande main!" balas Arel tak mau kalah.

Ya, tujuan nya Adel kalau lagi badmood adalah Arel. Kadang Arel jadi pelampiasan atas kekesalan Adel pada apapun dan siapapun. Dan Arel? Hanya siap sedia dan PASRAH.

Hari ini tanggal merah, jadi Arel tidak ke rumah sakit. Tadi ia hanya tidur menikmati liburan nya, lalu Adel datang dan menggedor pintu kamarnya dengan teriakan maha-dahsyat. Arel bangun dengan terpaksa dan menemani Adel bermain Play Station (PS).

Kalau kata Adel mah, Arel itu 'abang 1001 fungsi'. Arel bisa jadi penasehat nya, bisa jadi samsak nya, bisa jadi sasaran omelannya kalau lagi kesal kepada siapa pun,  Arel bisa mengobati nya  saat ia jatuh dari sepeda, Arel bisa jadi Ayah kedua nya kalau Ayah Adel lagi keluar kota.

Dan Arel bisa jadi pendengar curhat yang baik. Adel selalu menceritakan tentang apapun pada Arel, kecuali Reno. Ia hanya cerita ke Arel bahwa ia menyukai lelaki bernama Reno,dan...itu saja. Ia tidak ingin menceritakan kisah pahit nya dengan perlakuan Reno.

"Ish! Udah ah, mending gue makan deh dari pada duet lawan lo! Dicurangin terus." ucap Adel sambil melangkahkan kaki nya menuju tangga.

"Gue kaya 'habis manis sepah di buang' ya, Del. Rapiin dulu kek stick PS nya." teriak Arel tapi Adel menulikan telinganya.

Saat ia membuka kulkas, ia menemukan 4 kotak es krim. Saat ia
membuka kotak es krim pertama, isinya kosong, pasti ini kerjaan nya Bang Arel. batin Adel. Lalu ia membuka kotak es krim ke-2 lalu yang ke-3, tetap saja kosong. Dengan do'a nya yang berharap penuh pada kotak es krim terakhir ini, ia membuka dan didalam nya..

ZONK!

Kosong juga.

Adel menghela napas kesal dan berlari menaiki tangga menuju kamar Arel. Ia mengumpat kesal di setiap anak tangga. Saat sampai di depan pintu, Adel berteriak..

"BANG AREELLL!!!"

Patience (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang