BAB VIII.

116 28 0
                                    

Sekarang Adel berdiri di hadapan lemari yang berisikan bermacam-macam cemilan. Padahal ia bilang, ia hanya ingin es krim. Tapi setelah masuk, matanya jelalatan melihat cemilan penuh nafsu itu. Sabar ya Arel, dompet mu akan tipis setelah ini.

Di belakang Adel, Arel berdiri dengan troli yang hampir penuh di depannya. Ia menghela napas berkali-kali melihat kelakuan adiknya yang kalau belanja tidak mengahabiskan waktu 20 menit, tetapi hampir 1 jam tangan nya Adel belum berhenti mengambil cemilan. Setelah di rasa semua nya sudah ada, Adel berjalan ke kasir untuk membayar semua belanjaan nya. Ralat, menemani Arel membayar di kasir.

Ya, setelah kejadian tadi, ia sekarang berada di Supermarket dekat rumahnya.

"BANG AREELLL!!!" teriak Adel sambil menggedor bahkan menendangi pintu kamar Arel.

Arel yang baru saja akan memejamkan matanya, tersentak kaget mendengar pintu kamarnya di gedor dengan kekuatan maksimal,mungkin.

"Apalagi sih, Dek? Gue baru aja mau tidur setelah lo nge-ganggu ketenangan gue tadi. Dan sekarang? Lo ganggu lagi!" teriak Arel yang tak mempunyai niat untuk membuka pintu kamarnya.

"Lo habisin es krim gueeeeee, gue gamau tau pokok nya lo harus belikan es krim lagii." balas Adel

Dari luar kamar nya Arel, Adel mendengar tawa lelaki itu. Adel sangat kesal. Lalu Adel kembali menendang dan memukul pintu kamar Arel seperti orang kesetanan. Oh, mungkin sekarang pintu kamarnya Arel beralih fungsi menjadi sasaran pelampiasannya Adel.

"Iya iya gue keluar, jangan dirusakin pintu kamar gue, Dek. Kasian dia jadi samsak nya elo. Udah cukup gue aja yang tersakiti." ucap Arel dari dalam sana.

Suara itu menghentikan aksi-gilanya Adel. Adel bergegas ke kamarnya untuk mengambil cardigan hitam nya. Lalu ia berjalan ke ruang tamu dimana Arel menunggu sambil memasang muka bete nya

----

Setelah keluar dari Supermarket, Arel menatap Adel datar. Adel yang di tatap seperti itu hanya nyengir tak jelas.

"Lo tau berapa jumlah uang yang gue bayar buat ganti rugi 4 es krim yang gak seberapa, Dek?" ucap Arel.

"Hehe, kaga tau, Bang. Kan elo yang antri tadi." jawab Adel diakhiri dengan cengiran polosnya.

"Lo mau tau, Dek? Jumlahnya  lima ratus empat puluh ribu. Lo gila apa ya? Belanja cemilan sebanyak itu. Lo yakin mau habisin semuanya?" kesal Arel.

"Ya, gue bakal habisin. Kan gue makan nya ga dalam waktu sehari, Bang. Gue bakal simpan di kulkas. Dan Lo! Lo gaboleh makan atau nyentuh makanan gue!" ancam Adel yang tak tau terima kasih...

"Dasar, Adek durhaka lo. Dah ah, setelah ini lo jangan ganggu tidur gue. Gue mau ber-hibernasi sampai besok. Lelah dompet, lelah hati, lelah badan gue hari ini." ucap Arel mendramatisir.

Adel yang mendengar langsung bergidik geli lalu tertawa. Ia senang bisa mengerjai Arel. Setidaknya ia bisa melupakan Reno untuk sementara.

Saat di perjalanan pulang, mereka saling bertukar cerita. Tentang Arel yang sedang dekat dengan dokter cantik, tentang Adel yang tinggal di apartemen di London sendirian dan masih banyak lagi.

Arel dan Adel. Dua saudara kandung yang dekat tapi berantem dan yang jauh tapi kangen.

Adel bersyukur mempunyai Abang seperti Arel yang selalu ada bersama nya saat orang-orang perlahan menjauhinya.

"Lo udah ada cowok belum di London?" tanya Arel tiba-tiba.

Pertanyaan itu mengingatkan Adel pada Leonel atau yang biasa di panggil Leon. Hello, Adel adalah seorang wanita peka. Leon selalu mengiriminya pesan setiap pagi, siang dan malam. Memberinya buket bunga  dan sepaket kado pada hari ulang tahun nya, Mengucapkan 'good night, dear. And sweet dream' pada malam sebelum tidur. Dan masih banyak lagi. Apa itu bukan bagian dari 'pendekatan'?

"Gue ngga mikirin cowok disana, Bang. Ada sih cowok yang deket sama gue, namanya Leon. Cuma gue belum bisa ngelupain Reno. Lagi pula, gue rada ngga nyaman sama dia. Dia tipe cowok pemaksa" ucap Adel lemah.

Arel mengusap puncak kepala Adel dengan tangan kirinya dan mata menatap fokus jalanan. Sebenarnya Arel juga bingung, untuk apa Adel melupakan Reno jika masih mencintainya. Arel tau, pasti ada yang di sembunyikan Adel darinya. Ia mencoba mengerti, karena semua orang pasti mempunyai privasi masing masing.

•••••

Hari ini adalah hari pertama Adel kuliah di Universitas Indonesia (UI) Adel mengambil jurusan kedoketeran karena ia ingin menjadi seperti abangnya, seorang dokter.

Adel berjalan menyusuri koridor untuk mencari kelasnya. Saat ia melihat pintu yang bertuliskan 'fakultas kedokteran 1' diatasnya, ia mengetuk pintu itu. Lalu terdengar suara seseorang yang mengizinkannya masuk. Adel membuka pintu dan melangkahkan kaki nya masuk kedalam kelas.

Dosen menyuruhnya memperkenalkan diri lalu ia berjalan ke bangku yang kosong. Adel menatap papan tulis dan mulai mencatat materi. Tepukan di bahu kanan nya membuatnya menoleh ke belakang dimana seorang cowok tersenyum ke arahnya.

"Hai, kenalin gue Gefanio Azka. Panggil Gefan aja." ucap cowok itu sambil mengulurkan tangannya.

"Hai, Gefan. Gue Adel." balas Adel sambil menerima uluran tangan Gefan

Tak ada yang tau, bahwa diam-diam lelaki yang berada di hadapan Adel ini, mulai tertarik padanya.


Patience (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang