Hatiku selalu berkata untuk kembali padamu,
Semenjak kejadian Adel memeluk Reno kemarin malam, Reno tak pernah terlihat lagi. Bahkan saat kuliah juga Adel tak pernah melihat Reno.
Adel lebih memilih hati nya yang berbicara dari pada akal nya. Cinta memang urusan hati. Dan akal, tak bisa mencampuri.
Jujur, Adel rindu pada Reno.
Mulut nya tak bisa berbohong saat hati mengatakan rindu.
Tapi, apakah ia harus memulai untuk berjuang kembali?
Saat Reno mengatakan maaf kemarin malam, Adel tak bisa membohongi hatinya lagi. Ia sudah memaafkan Reno. Cinta memang selalu tau cara memaafkan.
Tepukan di bahu nya membawa Adel kembali ke alam sadarnya. Ternyata Gefan.
"Melamun aja lo terus, Del. Ngelamunin apa sih? Sini cerita sama gue." ucap Gefan dengan diakhiri senyum tulusnya.
Adel membalas senyuman Gefan dengan air matanya. Gefan yang melihat itu langsung khawatir dan memeluk Adel. Ia tak tau apa yang membuat Adel menangis, tapi Gefan tau pasti itu beban bagi Adel sehingga membuatnya sering melamun dan sekarang menangis. Gefan mengusap rambut wangi Adel. Ia sangat menyukai aroma dari rambut Adel.
Hangat.
Satu kata yang dapat mendeskripsikan pelukan Gefan bagi Adel. Adel sangat menyayangi Gefan, sebagai sahabat. Ya, sahabat. Ia akan membagi keluh-kesahnya pada Gefan, sahabatnya.
Adel melepaskan pelukannya lalu menatap mata hitam pekat Gefan.
"Gue takut terluka untuk yang kedua kali nya, Gef." ucap Adel dengan air mata yang masih menetes dari mata indahnya.
"Gue pernah suka sama dia. Tapi dia suka menghina gue dan gue masih tetap berjuang. Apa salahnya wanita yang berjuang? Setelah dia ngatai gue murahan, hati gue sakit, Gef. Gue memutuskan buat pergi dari hidupnya. Dengan perginya gue ke London, itu cara buat ngelupain dia, Gef. Lalu, setelah gue balik ke Indonesia, dia datang dan minta maaf sama gue. Dan dia juga bilang kalo dia sayang sama gue. Hati gue gabisa bohong, Gef. Gue juga masih sayang sama dia." lanjut Adel dengan isakannya.
Gefan mematung mendengar cerita Adel. Masih sayang? berarti cintanya tak terbalas, lagi. Di dalam hati, Gefan tertawa sinis. Menertawakan kisah cintanya yang miris. Dan sekarang, ia hanya bisa menenangkan Adel dengan mengusap bahu Adel yang terisak.
"Biarkan aja semuanya mengalir, Del. Karna cinta tau harus dimana ia berakhir." balas Gefan dengan memandang Adel kecewa.
Adel mengangkat kepala nya lalu memeluk Gefan lagi. Adel tak melihat ada sorot kesedihan dan kecewa terpancar di mata Gefan.
Tak ada yang tau, bahwa ada seseorang yang melihat semua itu dari kejauhan tanpa bisa mendengar semua ucapan Adel dan Gefan.
"Apakah ini rasanya mencintai sendirian? Pahit." ucapnya pelan sambil mentap dua orang yang sedang berpelukan itu.
••••••
Hari ini Adel tak ada jadwal kuliah. Ia hanya bersantai dirumah sambil berburu film hantu. Adel beda dengan wanita luaran sana. Kalau kata Arel, Adel itu anti-mainstream. Disaat cewek cewek lain nonton Drama Korea, Adel malah nonton Horor.
Kalau Adel lagi nonton horor, dia ngga bisa di ganggu.
"Adel, antarin map Abang kamu gih ke rumah sakit. Map dia tinggal katanya." teriak Bunda dari dapur.
Adel menghela napas kesal. Padahal baru saja di bilang Adel tak bisa di ganggu jika sedang nonton.
"Dia aja suruh pulang ambil sendiri, Bun." teriak Adel.
"Dia sedang ada pasien, Del. Kasian juga kalau dia bolak balik kesini." ucap Bunda sambil berjalan ke ruang keluarga di mana Adel sedang menonton.
Lagi-lagi Adel menghela napas kesal. Lalu ia berjalan ke kamar sambil menghentakkan kaki nya. Bunda hanya bisa menggelengkan kepala melihat perilaku putri nya yang seperti anak-anak.
••••••
Adel berjalan di koridor rumah sakit yang lengang. Ia berjalan sambil melihat taman yang ada di kanan-kiri koridor. Adel berhenti berjalan saat menatap lelaki yang familiar berdiri sejajar dengan nya. Lelaki itu duduk di taman memunggungi nya.
Adel berjalan ke arah lelaki itu. Ia bahkan melupakan perintah Bunda nya untuk mengantarkan map kepada Abang nya. Saat benar-benar yakin bahwa lelaki yang duduk membelakanginya itu adalah Reno, Adel memanggilnya.
"Reno?" panggil Adel.
Lelaki di hadapannya ini menolehkan kepalanya ke belakang. Ada raut terkejut di wajahnya.
Tapi, tunggu.
Kenapa Reno menggunakan selang infus? Dan kenapa mukanya sangat pucat?Dan lagi, kenapa Reno terlihat semakin lemah setelah terakhir kali mereka bertemu?
"Reno? Ini beneran lo, kan?" tanya Adel.
"E..eh, Adel. Em..Lo ngapain disini?" tanya Reno balik mengalihkan pembicaraan.
"Gue nganterin map abang gue yang ketinggalan. Reno, tangan lo kenapa di infus gitu? Lo sakit?" tanya Adel dengan raut khawatir.
Reno senang Adel masih peduli padanya, terlihat dari mukanya yang khawatir.
"Gue ngga papa kok, Del. Cuma demam biasa." jawab Reno bohong.
Sebenarnya Adel tak percaya dengan apa yang di bilang Reno. Tapi ia mencoba memahami bahwa mungkin bagi Reno, Adel tak penting untuk di beritahu.
Padahal yang di fikirkan Adel itu salah. Salah besar. Reno takut memberitau Adel. Reno takut jika Adel hanya mengasihaninya.
"Oh, semoga cepat sembuh ya, Ren." ucap Adel.
Reno hanya berterimakasih. Sesaat, suasana berubah menjadi canggung. Adel yang menyadari tujuan nya, langsung pamit pada Reno untuk menemui Arel. Ia tak lagi melihat ke belakang dimana Reno mengeluarkan darah dari hidungnya, lagi.
Adel berjalan memasuki lift. Saat sampai di lantai 5, ia mengetuk sebuah pintu yang bertuliskan 'Dr.Devano Arel Fahreza , Ahli Jantung'. Terdengar seruan 'masuk' dari dalam sana. Adel memasuki ruangan yang terduduk seorang lelaki dengan muka datar nya. Adel hanya menyengir dan menyerahkan map tsb.
"Lo lama banget sih, Del? Gue lumutan nih nungguin lo datang." ucap Arel kesal.
"Yeuu, lebay lo Bang. Maap deh, tadi gue gasengaja ketemu Reno, yaudah gue samperin deh. Dia sakit bang, katanya sih demam biasa. Tapi gue ngga percaya. Mana ada demam biasa sampai kaya gitu.Nah,lo kan dokter disini, jadi lo pasti tau Reno sakit apa." jawab Adel.
Arel yang mendengar nama 'Reno' disebut seketika mematung. Raut muka Arel berubah menjadi tegang. Adel yang menyadari perubahan raut muka Reno langsung bertanya.
"Kenapa lo, Bang? Mukanya tegang gitu." tanya Adel heran.
"Eh, hm..Ngga papa. Gue ngga tau kalau Reno di rawat disini. Dan juga ngga tau apa penyakitnya. Oiya makasi ya lo udah nganterin. Dan sekarang lo boleh pulang. Hush..hush.." usir Arel sambil mendorong bahu Adel. Lalu Arel menutup pintu ruangan nya dengan rapat.
Adel menghentakkan kaki nya kesal pada kakak nya. Ia yakin, pasti ada yang di sembunyikan oleh mereka.
Gue harus cari tau, nih. batin Adel.
Sedangkan orang yang barusan mendorong Adel tadi, menyadar di pintu sambil menghel napas lega.
Hampir saja, Adel gaboleh tau ini dari siapapun kecuali orang itu sendiri yang mengatakannya. batin Arel
![](https://img.wattpad.com/cover/105813958-288-k48649.jpg)