pertemuan kedua 2

133 4 0
                                    

Rahma kini menatap pria itu, ia tidak percaya dengan apa yang barusan pria itu katakan

"ada apa? tadi kamu ingin bunuh dirikan dari pada tabrakin diri, kematian dengan cara lompat ke sungai lebih kelihatan berkelas. Dan satu lagi kalo tabrakin diri, kamu belum tentu mati takutnya cuma kritis tapi kalo lompat dari sini dilihat dari ketinggian tempat ini kamu pasti bakalan mati kok. Jadi tunggu sebentar aku lari menjauh dulu, nanti kalo aku bilang lompat kamu langsung lompat ya" ucap pria itu sambil menjauh

kini pria itu kembali kearah motornya

"lompat" teriak pria itu

tetapi Rahma tetap diam dan tidak bergerak

"ayo lompat" teriak pria itu kembali

Rahma tetap tidak melompat. Pria itu mendekati Rahma lagi

"apa kau tidak mendengar perkataanku, ayo lompat" ucap pria itu

pria itu mendorong Rahma dan dengan spontan Rahma langsung memegang tangan pria itu

"ada apa? kenapa kamu tidak lompat? apa sekarang kamu takut mati?" tanya pria itu
"saya masih sayang sama nyawa saya" kini Rahma sudah mulai berbicara

pria itu mengajak Rahma menjauhi danau dan kembali ke motornya. Pria itu membuka tasnya dan mengambil sebotol air dari dalam tasnya

"ini, minumlah" ucap pria itu

Rahma mengambil minuman itu dan langsung meminumnya

"kamu pasti lagi ada masalah, sampai kamu melakukan hal seperti tadi" ucap pria itu
"saya memang lagi ada masalah. Terutama kepada orang seperti dia" ucap Rahma sambil mengingat ibu tirinya
"aku tau kamu itu memang bodoh. Tapi aku tidak pernah sangka kalo kamu lebih bodoh dari yang aku kira"

kini pria itu mulai mengambil helmnya dan menghidupkan motornya

"ayo naik" ajak pria itu
"apa?"tanya Rahma
"sebentar lagi bel masuk di sekolah kamu akan berbunyi, jam segini kalau naik bis tidak akan keburu. Ayo naik biar aku antar kamu"
"bukannya sekolah kamu bermusuhan dengan sekolahku. Lalu kenapa kamu menolong aku"

kini Rahma mulai bersikap akrab pada pria itu, entah kenapa ia merasa bahwa pria itu baik

"jangan banyak tanya, intinya kamu mau ikut atau tidak" tanya pria itu

Rahma menaiki motor pria itu, kini motor itu mulai melaju di jalanan

"sepertinya harapan kamu waktu itu tidak terkabul, kamu bertemu dengan aku lagi" ucap Rahma
"ini sudah kedua kalinya aku menolong kamu, nanti kamu harus membalas budi aku" ucap pria itu

mereka telah sampai di gerbang sekolah, dan benar saja bel sekolah itu langsung berbunyi. Sebelum pria itu pergi Rahma bertanya

"tunggu, tadi kamu bilang aku harus membalas budi. Apa yang kamu mau?" ucap Rahma
"entahlah aku belum memikirkannya, nanti kalau kita bertemu lagi aku akan mengucapkan apa yang aku mau" ucap pria itu
"tau dari mana kamu kita akan bertemu lagi"
"aku tidak tau, tapi aku merasa bahwa ini bukan pertemuan terakhir kita. Aku akan segera bertemu kamu lagi"

pria itu kini pergi. Rahma awalnya sempat bingung tetapi ia tersadar bahwa gerbang di sekolahnya sudah mulai di tutup, dengan cepat ia langsung memasuki sekolah itu

Rama melihat kearah Rahma dan tersenyum kepada gadis itu. Tetapi gadis itu malah acuh tak acuh

hari ini adalah pelajaran bahasa semua siswa kelas 2 ipa 3 harus pergi ke perpustakaan dan mencari pembahasan materi disana.

Rahma mulai mencari buku yang sesuai dengan keinginannya, tetapi nyatanya ia belum juga menemukannya

perpustakaannya mulai sepi, murid-murid sudah mulai bisa menemukan bukunya dan kembali ke kelas, tetapi lain halnya dengan Rahma

"buku apa ya?" tanya Rahma pada dirinya sendiri

mata Rahma mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah, kini matanya tertuju pada rak buku paling atas, sebuah buku kecil berwarna biru laut yang dihimpit oleh buku-buku besar berwarna hitam

ia mulai meloncat-loncat mengambil buku itu dan alhasil buku-buku itu malah jatuh mengenai kepalanya dan membekaskan warna merah di dahinya

"aaahh" ringis Rahma

hampir saja satu buku lagi jatuh ingin mengenai kepalanya untungnya di tahan oleh Rama

"kamu gak apa-apa?" tanya Rama

Rahma melihat Rama sekilas, lalu ia membuang pandangannya dan mulai berdiri

baru saja ia ingin melangkah pergi tetapi Rama menahan tangannya

"tunggu dahi kamu memerah"

Rama mengusap kening Rahma perlahan, lalu di tepis kasar oleh wanita itu

"apapun yang terjadi pada saya, itu bukan urusan anda" ucap Rahma
"Rahma kok sikap kamu jadi-" ucap Rama
"ini adalah sikap saya yang sebenarnya. Oh iya soal perkataan kamu malam itu, kamu tidak perlu melakukannya"

Rahma mendekati telingan Rama dan mulai membisikan kata-kata

"karena sampai kapan pun, hati saya akan tetap kosong. Tidak ada seseorang pun yang bisa mengisi kekosongan hati saya lebih tepatnya hati saya sudah lama pergi dari kehidupan saya"

Rama dan RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang