puncak masalah

158 2 0
                                    

Rama menarik Rahma menuju parkiran hari ini Rama memang tidak membawa motornya, ia hari ini membawa mobil berwarna hitam

"masuk" ucap Rama dengan dingin sambil membuka pintu mobilnya

Rahma masih diam, ia sama sekali tidak mendengarkan ucapan Rama

"AKU BILANG MASUK" bentak Rama dan berhasil membuat Rahma terkejut, ia langsung memasuki mobil Rama

selama di perjalan mereka hanya sama-sama diam, Rama fokus kearah jalan, dan Rahma hanya menatap pemandangan di luar dari kaca mobil

"jangan deketin bintang lagi" ucap Rama
"memangnya anda pikir anda siapa, berhak menentukan saya dekat dengan siapa" ucap Rahma dengan dingin

Rama mengerem mobilnya dan membawanya ke tepi

"dia orang yang gak baik Rah, buktinya aja dia bawa kamu ke tempat itu" ucap Rama sambil menatap Rahma
"SAYA TIDAK AKAN IKUT DIA KETEMPAT ITU KALAU BUKAN KARENA ANDA" teriak Rahma sambil menatap tajam Rama

Rama menatap Rahma dengan bingung, kenapa semua jadi salahnya sungguh baginya ini tidak masuk akal

"apa?" hanya kata itu yang berhasil keluar dari mulut Rama
"iya, saya tidak mungkin ketempat itu, kalau anda tidak menyuruh saya memberikan bunga kepada perempuan hina itu" ucap Rahma

seketika emosi Rama meluap kembali ketika mendengar Rahma menyebut ibunya sendiri dengan sebutan 'perempuan hina' memang dia bukan ibu kandung Rahma, tapi tetap saja itu ibu nya

"RAHMA DIA IBU KAMU, BUKAN PEREMPUAN HINA" teriak Rama
"DIA BUKAN IBU SAYA. DIA HANYA ISTRI AYAH SAYA YANG TIDAK AKAN PERNAH MENJADI IBU SAYA" teriak Rahma

kini mereka berdua sama-sama diam, setelah meluapkan emosinya

"jika anda memang peduli sama saya, tolong jangan ganggu hidup saya lagi"

Rama menatap Rahma ia melihat ada air yang mulai keluar dari sisi matanya
ya benar gadis itu mulai menangis

baru saja Rama ingin bicara, tapi tangan Rahma memberikan dia kode untuk menyuruhnya tetap diam

"hidup saya sudah cukup berantakan, saya sudah cukup merasa sesak dengan semuanya saya mohon jangan tambah penderitaan saya. Saya turun disini, tolong jangan ikuti saya" ucap Rahma

Rahma turun dari mobil Rama, ia melangkahkan kakinya dengan gontai. Sungguh hari ini, sangat menguras emosinya

_*_*_*_

tok.. tok.. tok

"iya sebentar" ucap seorang wanita dari dalam

cklek

pintu terbuka

"astaga Rahma, kenapa kamu baru pulang?" ucap sang wanita itu karena khawatir dengan kondisi Rahma yang pulang malam hari dengan dihiasi bekas air mata di wajahnya

Rahma langsung memeluk bibinya, karena kondisinya yang lemah ia merosot jatuh terduduk dilantai, gadis itu menangis dipelukan sang bibi

"Rahma capek bi, Rahma lelah.. kenapa gak ada yang ngertiin perasaan Rahma, Rahma kangen mama bi" ucap Rahma

tubuh Rahma bergetar, ia sungguh sangat sedih dengan semuanya. Bibi mengelus perlahan puncak rambut Rahma

"bibi tau Rahma lagi sedih, tapi Rahma jangan putus asa. Bibi yakin Rahma pasti ketemu sama mama"

Bibi membantu Rahma menuju kamarnya, ia langsung menarik selimutnya dan memohon supaya bibinya keluar dari kamarnya, karena sekarang dia ingin istirahat saja

sepanjang malam Rahma hanya menangis, ia sungguh sangat sedih sampai ketika pagi hari wajahnya pucat, matanya sembab karena dari semalam menangis

di ruang makan

"Rahma, kamu gak usah sekolah aja. Kondisi kamu kayak gak sehat" ucap Bibi
"gak apa-apa kok bi, Rahma baik-baik aja. Rahma berangkat ya bi"

Rahma tersenyum kearah mereka, lalu ia berangkat

ia duduk di halte sambil memasang headsetnya di telinganya. Tatapannya kosong tidak ada tanda-tanda kesenangan

bus datang dan ia langsung menaiki bus itu, dia duduk di kursi paling belakang dan pojok

"mama, rambut mama warnanya cantik, Rahma suka" ucap gadis kecil itu sambil memainkan rambut mamanya
"benarkah?" mama
"iya suatu saat Rahma pengen punya rambut kayak mama"
"terus apa lagi yang Rahma pengen"
"emm.. Rahma juga pengen cantik kayak mama"
"apa lagi?"
"Rahma pengen selalu dimanja sama mama"

mama membalikan tubuhnya menatap Rahma yang masih memainkan rambutnya ia memeluk tubuh anak itu

"Rahma itu anak satu-satunya mama, mama pasti selalu sayang sama Rahma"
"emm.. mama janji ya selalu sayang Rahma, mama gak boleh gak sayang Rahma"
"iya sayang mama janji"

"mba, mau turun dimana" ucap sang kenek

Rahma tersentak kaget mendengar omongan sang kenek, entah sudah brapa lama sang kenek ada di depan Rahma

"di jalan Anggrek 58" ucap Rahma
"lah mba, jalan itu udah kelewat dari tadi"

Rahma kaget mendengar ucapan sang kenek, ia pun langsung turun di halte selanjutnya

hari ini ia merasakan sepertinya ia akan telat datang sekolah

Rama dan RahmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang