0.6 - Tabungan Poin

109 6 2
                                    

Jika saja Clara tidak berbaik hati untuk mengantar kan ke ruangan kepala sekolah, mungkin sampai saat ini Milka masih belum tahu di mana kelasnya. Ternyata, Milka satu kelas dengan Clara. Ah, senangnya. Terlebih lagi, Clara mau berpindah tempat duduk dengan Arif agar ia bisa duduk bersama Milka. Itu ada manisnya. Memang Clara bisa menjadi teman baik untuk Milka.

Ternyata, semua tak sejelek yang dibayangkan oleh Milka. Seluruh teman sekelasnya, bisa menerima kehadiran dirinya dengan terbuka. Mereka terlihat sangat friendly, bahkan ada yang tanpa sungkan untuk meminta nomor telepon milik Milka. Sebagai respon dari hal tersebut, Milka hanya tersenyum manis dengan lesung pipinya.

Karena guru yang mengajar di kelas sedang sakit, otomatis kelas seperti pasar. Ramai sekali. Perut Clara tidak bisa diajak kompromi lagi, ia pun mengajak Milka untuk pergi ke kantin mendahului bel jam istirahat yang sekitar sepuluh menit lagi akan berbunyi. Daripada bosan, Milka menyetujui ajakan Clara untuk makan di kantin.

Di hadapan Milka, sudah ada semangkuk bakso dan satu gelas es teh manis. Begitu pula di hadapan Clara. Ia juga memesan makanan yang sama.

Milka baru saja menyeruput es teh manisnya melalui sebuah sedotan. "Ini baksonya enak, ya, Clar. Apalagi sambelnya, mantap."

"Iya, Mil. Ini bakso paling enak di Starlight," balas Clara yang masih dengan makanannya. Ia makan dengan rakus. Seperti orang yang belum makan tiga hari penuh.

"Gue lihat di kantin yang jual bakso cuma satu, terus bakso versi pedagang yang lain mana?"

"Ya, emang cuma satu yang jual bakso. Makanya gue bilang paling enak. Soalnya gak ada lagi selain bakso itu," jawab Clara terkekeh. Ia menyeka keringatnya yang menumpuk pada dahinya. Ternyata, Clara adalah salah satu orang yang menggilai masakan ekstra pedas.

Milka yang melihat banyakanya sambal yang di masukkan ke dalam mangkuk, sudah merasakan sedikit rasa pedas dalam mulutnya. Ia menelan air ludahnya sendiri. Jika saja ia diperbolehkan memakan sambal yang sama banyaknya dengan Clara, pasti bakso itu akan terasa lebih sedap lagi.

Milka memandang Clara geram. Perempuan di hadapannya ini sedikit banyak menyebalkan.

"Kenyang perut gue," ucap Clara setelah selesai dari makannya. Ia mengelus perutnya yang tidak buncit.

Milka masih menghabiskan es tehnya. Takut mubadzir kalau tidak habiskan sampai habis.

Karena saking kenyangnya, Clara bersendawak di hadapan Milka. Gadis itu mengangkat jarinya membentuk huruf V sebagai permintaan maaf. "Sori, Mil. Kenyang belum afdol kalo gak ada sendawaknya," ucap Clara dengan menampakkan deretan gigi putihnya.

"Serah lo deh," balas Milka acuh tak acuh. Di saat seperti ini, Milka merasa sudah berteman lama dengan Clara. Karena gadis itu tidak ada jaim-jaimnya sama sekali.

"Mau lihat-lihat sekolah ini gak? Hari ini gue jadi guide lo deh. Gratis tidak dipungut biaya sepeser pun," tawar Clara dengan antusias. Padahal bilang saja Clara yang ingin jalan-jalan tidak jelas. Siapa tahu ketemu kakak kelas yang bisa nyantol di hati.

"Kalo nggak ngerepotin, gue mau."

"Nggak ngerepotin kok. Kan gue yang ngajak," ucap Clara seraya menarik tangan Milka. Mereka berdua pergi meninggalkan kantin yang sekarang mulai ramai oleh para murid yang kelaparan.

Dengan telaten, Clara menunjukkan setiap fungsi ruangan yang mereka lewati. Mulai dari mushola, ruang musik, labolatorium untuk praktik, dan banyak ruangan lainnya. Milka hanya manggut-mangguk mendengarkan celotehan Clara yang tiada bosannya.

"Nah, kalo ini ruang OSIS. Ketua OSIS Starlight cogan loh," ucap Clara sedikit berbisik pada kalimat yang kedua.

"Ya, terus?" tanya Milka dengan polosnya.

Clara tak mendengarkan respon Milka. Mereka kembali melangkah dan Clara kembali berceloteh lagi.

"Eh, cewek!" ada seseorang yang memanggil. Itu bukan bagian godaan, melainkan panggilan. Milka dan Clara yang merasa dirinya sebagai seorang cewek, mereka berdua dengan serempak memutar tubuhnya seratus delapanpuluh derajat.

Milka sedikit kaget saat melihat orang yang memanggilnya.

"Kak Daniel manggil kita?" tanya Clara.

Kalo Clara manggilnya kakak. Berarti dia kakak kelas dong, batin Milka.

"Iya, saya panggil kalian. Tapi, saya ada urusan dengan teman yang ada di samping kamu."

"Gue maksudnya?" tanya Milka menunjuk dirinya sendiri. Hal itu dijawab anggukan oleh Daniel. Clara mendorong tubuh Milka agar lebih dekat Daniel. Milka berdecak kesal akan hal itu.

"Kamu lihat sepatu kamu!" perintah Daniel.

"Mampus!" cicit Clara seraya menepuk jidatnya.

"Udah lihat kok. Masih ada dua," jawab Milka dengan santainya. Ia masih memandangi sepatu yang terpasang di kakinya.

Daniel menahan senyumnya. Gadis di hadapannya ini, selalu terlihat lucu dan menggemaskan. "Saya juga tahu kalau sepatu kamu ada dua. Tapi, apakah kamu tahu sepatu yang kamu pakai itu melanggar aturan. Jadi, kamu harus dapat poin."

"What?! Masa baru pertama masuk sekolah udah dapat poin," dumel Milka kesal.

"Jika protes, poin akan semakin bertambah," sahut Daniel.

"Gak asik lo!" ujar Milka dengan kesal. Ia langsung menarik Clara untuk meninggalkan tempat itu.

Lagi-lagi, Daniel tersenyum manis saat melihat tingkah Milka.




🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥




Daniel senyum mulu😳
Jadi, sayang.

Eaaa.
Jangan lupa vote dan komen, ya! Krisar juga boleh :)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Ambulu, 25 Desember 2017

A N T I D O T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang