Baru saja satu hari Milka masuk dalam sekolah barunya, ia sudah banyak melakukan eksperimen. Banyak hal yang terjadi di luar dugaan Milka. Semua mengalir seperti air.
Milka melemparkan tasnya secara asal di atas tempat tidur. Saking lelahnya, Milka langsung rebahan tanpa mandi terlebih dahulu. Milka menatap langit-langit rumahnya. Pikirannya melayang ke mana-mana.
Di mulai dari cowok bunglon itu. Kenapa sifatnya bisa berubah-ubah? Terkadang kalem, bahkan terlihat sangat manis. Tapi, bisa juga mendadak berubah seperti anjing galak, sadis sekali.
Apakah mereka berdua orang yang berbeda? Sepertinya tidak. Karena wajah mereka sama. Milka bingung sendiri memikirkan hal itu. Sebenarnya, juga tidak ada yang menyuruh untuk memikir kan hal itu. Tapi, entah kenapa Milka bisa kepikiran hal itu. Ribet kan.
Milka mengelus kepalanya yang terkena lemparan sepatu dari cowok bunglon itu. Tadi, saat Milka tak ingin memperpanjang masalah, karena ia malu dilihat banyak orang. Ia memutuskan untuk langsung pergi meninggalkan lelaki itu. Tetapi, siapa yang menyangka jika dia melemparkan sepatu yang ada di tangannya ke arah Milka. Tepat, sasaran. Sepatu mendarat di kepala Milka. Ternyata, sakit juga.
Bukan masalah sakitnya, yang membuat Milka kesal karena cowok bunglon itu tertawa dengan puas tadi. Suara tawa cowok itu masih terngiang di kepala Milka. Membuat kepala Milka serasa mau pecah. Ia benci tawa itu. Tawa mengejek.
Belum lagi saat itu, ada beberapa murid yang menjadi penonton ajang lempar sepatu itu. Milka benar-benar malu. Namun, Milka juga merasa menyesal sekarang. Mengapa sepatunya tidak ia ambil sekalian? Padahal juga tidak terlalu jauh dengan dirinya.
Sekarang, Milka gelisah sendiri. Bagaimana cara mengambil sepatu itu? Sebenarnya, Milka bisa saja membeli sepatu baru untuk menggantikan sepatu itu. Tetapi, masalahnya. Sepatu itu adalah salah satu pemberian almarhum ayah Milka. Jadi, sepatu itu sangat berarti untuk Milka.
"Lagian dia, ganteng-ganteng kok galak banget. Mana ada cewek yang mau sama dia. Kalo ada yang mau pasti itu cewek lagi gak beres otaknya," ucap Milka monolog. Ia masih sangat kesal.
"Kenapa juga dia jadi ketua OSIS? Apa bisa dia membuat program untuk kemajuan sekolah? Dari penampilan aja tampak begajulan, gak jelas."
"Eh, tapi... " ucap Milka mengingat-ingat sesuatu. "Tadi, waktu dia bilang jadi ketua OSIS, penampilannya rapi banget. Terus kenapa waktu pulang sekolah penampilannya berubah kayak orang mau tawuran? Pasti saat pulang tadi, penampilan yang sebenarnya. Dasar bunglon!" lanjut Milka seraya melemparkan guling dengan asal.
Tanpa sengaja, guling itu mendarat di wajah Monika. Saat Monika hendak menghampiri Milka.
"Eh, Mama... maaf, Milka nggak sengaja," kata Milka seraya mengubah posisinya menjadi duduk manis di tepi ranjang.
Monika mengambil guling itu. Ia tersenyum tipis pada Milka. Setelahnya, ia ikut duduk di samping Milka.
"Kamu kenapa lempar-lempar guling? Tadi Mama denger kamu juga ngomong sendiri. Atau di kamar ini ada orang selain kamu?" tanya Monika dengan lembut.
"Orang selain aku, ya, Mama lah. Milka tuh lagi kesel, Ma. Di sekolah ada cowok yang nyebelin banget. Sepatu Milka ada sama dia," curhat Milka seraya mengerucutkan bibirnya. Jika seperti ini, Milka terlihat sangat manja.
"Kok bisa? Sekarang kamu pakai sepatu siapa?"
"Ini sepatu Clara, Ma. Temen baru Milka di kelas. Terus, Milka tadi refleks nimpuk tuh cowok pakai sepatu. Terus sepatunya gak dikembaliin ke Milka. Kan Milka kesel. Dia galak banget lagi," cerocos Milka dengan kesal.
"Kamu juga salah, Sayang. Kenapa kamu timpuk orang sembarangan? Itu gak baik."
"Milka sebenarnya juga gak sengaja, Ma. Habisnya dia ngatain badan Milka lebar sih," jelas Milka berusaha membela dirinya sendiri. Supaya ia tidak terlalu dipojokkan dan dianggap yang bersalah dalam masalah ini.
Monika tertawa. Ia mengelus rambut Milka dengan lembut. "Kalau gitu, itu sekarang urusan kamu, Mama gak mau ikut campur. Kamu udah kelas sebelas, kamu pasti bisa selesain urusan kamu sendiri."
"Ih, Mama gak asik nih."
"Untuk besok, Mama udah siapin sepatu buat kamu. Tinggal kamu pakai," kata Monika.
"Eh, Ma. Ternyata Milka satu sekolah sama Kak Acha loh," ujar Milka dengan semangat.
"Iya, Mama sudah tahu hal itu. Kan yang ngerekomendasi sekolah itu Tante Ani. Katanya, sekolah itu salah satu sekolah favorit di Bandung."
"Oh, gitu. Kirain Mama yang milih sekolah itu sendiri," jawab Milka.
"Mama kan juga orang baru di Bandung. Mama juga gak terlalu paham tentang hal seperti itu."
Milka hanya manggut-manggut.
"Kita makan siang dulu yuk! Mama udah siapin makanannya di bawah," ajak Monika.
"Mama duluan aja, sebentar lagi Milka nyusul. Soalnya Milka mau ganti baju dulu."
Monika mengangguk dan berlalu dari kamar Milka.
Milka berjalan ke arah tempat belajarnya, di sana ada sebuah permen kapas. Dengan cepat ia langsung melahap permen kapas itu. Dengan seperti ini, sekarang pikirannya sudah lebih baik.
🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥
A/N:
Semoga terhibur dengan cerita ini❤
Jangan lupa untuk vote dan komen, ya!
Sampai jumpa lagi😊
Babai💋- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Ambulu, 27 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
A N T I D O T E
Teen FictionMilka baru saja menyadari. Ternyata, ada yang lebih manis dari permen kapas yang biasa ia beli setiap hari. Milka paham betul, resiko apa saat ia terus-terusan mengonsumsi permen berasa manis itu setiap hari. Pasti suatu saat ia akan sakit gigi. Dan...