Masih saja terbayang wajah menyebalkan milik cowok bunglon tadi. Ingin sekali rasanya Milka menghajar cowok itu sampai mampus, andai dia tidak ingat itu masih area sekolah.
"Kenapa harus dia yang jadi ketua eskul? Kenapa?" tanya Milka pada dirinya sendiri.
"Nyesel gue ikut ekskul ituu," ucap Milka dengan kesal. Jika ia tau dari awal, dia akan memilih ikut ekskul cheers saja. Walaupun ia tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut. Tetapi, setidaknya ia tak harus berkontak sosial dengan lelaki menyebalkan itu.
Dengan mendumel tidak jelas, Milka menendang barang-barang yang ada di dekatnya. Entah itu botol air minum, kaleng susu ataupun yang lain. Menyalurkan rasa kesalnya karena cowok bunglon tadi. Tepat setelah kaleng ke sekian terbang ke melayang, terdengar suara seseorang memekik kesakitan.
"Aduh!"
Milka jadi panik sendiri mendengar suara itu, jangan sampai ia terbawa masalah hanya karena masalah sepele ini. Meskipun ia ketakutan, Milka tetap berusaha sesantai mungkin saat melewati seseorang yang tertimpuk botol air tadi. Berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa.
Dengan jalan yang menunduk, Milka melewati lelaki itu. Namun, semuanya tak semulus di pikiran Milka. Lelaki itu menarik lengan Milka, membuat Milka kembali berdiri di samping motor besarnya. Milka takut.
"Ma-maf, ya, Mas. Tadi saya nggak sengaja," ucap Milka masih menunduk. Ia benar-benar tidak berani menatap wajah lelaki itu.
Dulu, Milka juga pernah mengalami hal seperti ini. Ia menendang barang yang berserakan di jalan, alhasil akhirnya ia harus disidang oleh Monika. Karena orang yang menjadi korban tidak terima, dia juga meminta sejumlah uang. Padahal kepalanya masih utuh. Semoga saja, hal itu terulang.
Terlalu lama menunduk, dan tidak ada respon dari lelaki itu. Milka mendongak, berusaha untuk tahu siapa orang itu. Ketika Milka sudah menatapnya, lelaki itu membuka helm-nya. Dia tersenyum ke arah Milka.
"Daniel?!" ucap Milka setelah dia membuka helm-nya. Jika ia tahu ini Daniel, ia tak akan takut meski sudah menimpuknya dengan batu bata. Orang menyebalkan seperti Daniel memang pantas mendapatkan hal seperti itu. Tetapi, mengapa Daniel lebih cepat sampai di tempat ini daripada Milka? Bukan kah dia masih berada di lapangan tadi?
"Eh, lo kok di sini, sih?" tanya Milka pada akhirnya. Sebelum ia pusing memikirkan, lebih baik ia bertanya saja. Semoga saja orang ini tidak marah-marah meskipun Milka sudah memberikan sebuah pukulan manis tadi.
"Memangnya saya tidak boleh berada di sini? Ini kan, tempat umum," balasnya dengan menatap Milka.
"Ya, boleh aja. Lo nggak mau marah gitu sama gue?" tanya Milka dengan bingung. Sekarang, mengapa dirinya ingin dimarahi cowok bunglon ini? Padahal sebelumnya, Milka sangat menghindari hal itu. Milka suka labil.
"Marah gara-gara kaleng tadi?" tanya Daniel. Seringkali Daniel merasa bingung saat melihat ekspresi Milka. Karena gadis itu selalu tampak berpikir ketika bertemu dengannya. "Kan kamu sudah minta maaf tadi. Jadi, untuk apa saya marah?"
Milka menggaruk pelipisnya. "Bukan masalah kaleng, tadi gue kan udah bikin lo jatoh," ucap Milka terang-terangan. Kejadian itu baru lima belas menit yang lalu, tidak mungkin Daniel akan lupa. Itu yang ada di pikiran Milka.
"Kamu suka halusinasi, ya, Mil. Udah tidak perlu dibahas lagi, daripada kamu bingung. Sekarang saya antar kamu pulang, ya?" tawar Daniel pada akhirnya. Tetapi, yang diajak mengobrol tidak bergeming sama sekali. Raganya berdiri di hadapan Daniel, tetapi pikiran melayang jauh ke angkasa.
"Mil... gimana? Mau apa tidak?"
"Eh, apa-apa?" tanya Milka setelah sadar dari lamunannya. Ia menampakkan deretan giginya kepada Daniel. "Kenapa tadi?" tanya Milka lagi.
"Saya antar kamu pulang, ya?" ucap Daniel mengulang ajakannya. Berharap, ia bisa pulang bersama Milka lagi. Seperti waktu itu.
"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri," tolak Milka dengan halus. Jika seperti ini, Milka benar-benar ingin tahu bagaimana orang ini memiliki dua sifat yang sangat bertolak belakang. Sesaat dia terlihat sangat baik, tetapi sesaat pula dia bisa terlihat galak dan sangat menyebalkan. Milka semakin bingung menatap Daniel.
"Kenapa melihat saya seperti itu? Ada yang salah?" tanya Daniel memegang wajahnya sendiri. Berusaha mengecek apa mungkin memang ada yang salah. Tetapi, semua terlihat baik-baik saja.
"Lo beneran gak mau marah sama gue? Tadi gue ngebuat lo jatoh loh," ucap Milka lagi. Ia masih berusaha memancing supaya Daniel marah. Tetapi, Daniel terlihat sangat baik. Bahkan sangat sabar menghadapi tingkah Milka yang seperti anak kecil.
"Kamu kenapa ingin sekali saya marah? Biasanya orang itu tidak mau dimarah-marahi sama orang lain, tetapi kamu malah ingin saya marah sama kamu."
"Ah, udah lah. Gue pusing setiap ketemu sama lo," balas Milka kesal pada akhirnya.
"Ya udah, saya antar pulang, ya?" tawar Daniel untuk ke sekian kalinya.
"Nggak usah, udah deket kok. Gue duluan," ucap Milka. Kemudian ia berlalu meninggalkan Daniel. Ia pergi bersama banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Daniel tersenyum menatap punggung Milka yang berlalu. Ia pun kembali mengenakan helm-nya, memutar arah motornya. Dia berlalu pergi.
"Gue ke toko Bunda aja deh," gumam Milka pada dirinya sendiri. Karena Milka tidak terlalu fokus, ia hampir saja tertabrak oleh sebuah motor.
"Heh, kalo nyebrang tuh liat-liat! Bosen hidup, ya?!"
Milka terdiam di tempatnya, ia masih kaget. Untung saja, ia masih terselamatkan. Tetapi, tunggu dulu. Bukan kah itu Daniel?
"Apaan sih ini orang? Baru juga lima menit tadi baik, sekarang udah galak lagi. Dasar bunglon!" ucap Milka bermonolog. Ia geram melihat pengendara motor itu.
Tanpa memperdulikan kekesalan lelaki itu, Milka langsung saja kembali menyebrang dan meninggalkannya.
"Sebenarnya, dia siapa?" pertanyaan yang selalu terulang di pikiran Milka. Semoga lekas terjawab.
🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥
Selamat datang 2018❤
semoga menjadi tahun yang berisi penuh dengan hal kebaikan.
Aminn.
KAMU SEDANG MEMBACA
A N T I D O T E
Teen FictionMilka baru saja menyadari. Ternyata, ada yang lebih manis dari permen kapas yang biasa ia beli setiap hari. Milka paham betul, resiko apa saat ia terus-terusan mengonsumsi permen berasa manis itu setiap hari. Pasti suatu saat ia akan sakit gigi. Dan...