1.0 - Ekstrakulikuler

82 7 0
                                    

"Gue ikut apa, ya, Clar? Pengin ikut semua, tapi nanti gue capek lagi," ucap Milka dengan mengetuk-ngetukkan bolpoin di kepalanya.

"Ikut apa aja lah, asal jangan ikut tawuran."

"Ish, gue tanya serius Clar. Jangan bercanda dong," jawab Milka cemberut.

"Ya, seharusnya lo milih sendiri dong, jangan tanya orang lain. Sesuaikan sama bakat lo," balas Clara tak acuh. Gadis itu terus saja memainkan ponselnya. Membiarkan Milka berpikir seorang sendiri.

"Di sekolah ini, ekskul yang paling banyak peminatnya apa?"

"Kayaknya sih, sama rata. Tapi, yang paling keren, ya, Merpati Putih. Sejenis pencak silat." kali ini Clara menghadap ke arah Milka yang tengah mendengarkan jawaban darinya dengan baik.

"Waktu di Jakarta, gue juga ikut ekskul pencak silat. Masa di sini ikut itu lagi sih?"

"Serius lo ikut eksul pencak silat? Cewek kalem kayak lo bisa pencak silat?" tanya Clara tak percaya.

"Serius lah. Kata Mama sih, supaya gue bisa jaga diri. Kan gue di Jakarta cuma tinggal sama Mama," jelas Milka dengan menulis formulir tentang kegiatan ekskul apa yang harus ia ikuti.

"Bokap lo ke mana?"

"Ayah gue udah nggak ada," balas Milka tersenyum tipis.

"Eh, sori, Mil. Gue nggak maksud ngingetin lo sama beliau," ujar Clara tidak enak hati. Ternyata, kehidupan Clara lebih beruntung daripada Milka, karena ia masih bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuanya yang masih lengkap.

"Santai aja kali, Clar. Gue nggak pa-pa."

"Lain waktu, gue mau dong main ke rumah lo. Ketemu sama nyokap lo, sekalian kenalan."

"Boleh aja, kabarin aja kalo mau dateng ke rumah. Soalnya, Mama gak selalu ada di rumah, sering pergi ke toko."

Clara mengangguk mengerti. Ia kembali memainkan ponselnya, tak lagi membuka suara. Dia tidak bingung meskipun sebentar lagi tugasnya harus dikumpulkan.

Tak lama setelah itu, bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring. Seluruh anggota kelas 11-B berteriak penuh suka cita. Keramaian kelas itu tak kalah dari kelas anak SD.

Milka belum selesai berpikir, ia harus ikut eksul apa? Namun, jika bel pulang sudah berbunyi, artinya ia harus cepat berpikir.

Clara bergegas membereskan semua bukunya, dengan cepat buku-buku tadi telah rapi dalam tasnya. Bahkan tas itu sekarang sudah tersampir di pundak Clara. Dengan sikap manis, Clara tersenyum ke arah Milka.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu? Pasti ada maunya," ucap Milka yang bingung dengan sikap Clara yang tiba-tiba anteng.

"Hari ini gue duluan, ya. Biasa mau kencan sama doi." Clara mengerlingkan mata ke arah Milka.

"Serah lo, Clar. Pergi aja sana," sahut Milka.

"Jangan ngambek, ya. Nanti gue ke rumah lo bawa permen kapas deh."

"Kalo gitu, gue ikhlas lahir batin lo pergi. Tapi, gue pegang omongan lo," ucap Milka dengan tatapan memicing.

"Clara, lama banget," ucap seorang laki-laki di ujung pintu.

"Bentar, Vin. Lagi ngebujuk adek kecil." Clara menyahuti ucapan Kevin dengan tawa pelan.

"Sana pergi lo! Have fun, ya!" teriak Milka setelah Clara melangkah pergi.

Sekarang saatnya Milka mengumpulkan formulirnya. Dia memilih untuk ikut ekskul Merpati Putih. Setelah semua beres, Milka melangkah keluar meninggalkan kelasnya yang sudah sepi tak ada orang.

Di koridor, masih ada segelintir murid yang berlalu lalang.

Milka langsung saja pergi ke ruang OSIS untuk menyerahkan formulir itu. Sampai di ruangan itu, ternyata tidak ada orang. Milka celingukan melihat sekitarnya, namun tetap sama. Tak ada orang.

Sembari menunggu, Milka memilih untuk duduk di depan ruangan OSIS. Pada bangku panjang yang ada di tempat itu. Milka memainkan ponselnya, juga untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Lagi nunggu siapa, Mil?"

Milka sedikit terkejut karena adanya suara itu. Ia mendongak menatap sumber suara itu. Perempuan yang berdiri di hadapannya.

"Sebenarnya lagi nyari ketua OSIS, mau nyerahin formulir ekskul," jawab Milka atas pertanyaan Shasa.

"Emang lo mau ikut ekskul apa?"

"Merpati putih," sahut Milka singkat, dan sangat jelas.

"Kalo gitu, langsung kasi ke ketua eksulnya aja. Biasanya kalo jam segini, dia ada lapangan belakang. Tempat anak merpati putih latihan," kata Shasa seraya duduk di samping Milka.

"Taman belakang, ya?" tanya Milka dijawab anggukan oleh Shasa.

"Gue ke sana dulu, ya, Kak. Kak Acha mau ikut Milka?"

"Nggak usah, gue mau pulang aja."

"Milka duluan, ya, Kak!"

Koridor, ia kembali melewati tempat itu agar sampai ke taman belakang. Sesampainya di sana, ia hanya melihat ada satu orang dengan seragam putihnya. Sepertinya, dia ketua ekskul Merpati Putih.

"Permisi, saya mau mengumpulkan formulir ekskul."

Laki-laki itu menoleh, menatap ke arah Milka dari atas hingga bawah.

"Mau ngapain lagi lo? Mau cari gara-gara sama gue?"

"Lo budeg, ya? Gue kan udah bilang mau ngumpulin formulir. Ngeselin banget sih," gerutu Milka ingin menginjak kaki cowok bunglon.

"Lo mau ikut Merpati Putih? Nggak salah lo?"

Milka geram dengan lelaki itu. Tanpa aba-aba Milka langsung memberi pukulan pada cowok bunglon. Sehingga laki-laki terjatuh dengan posisi duduk. Milka melemparkan formulir itu, dan segera pergi meninggalkan lelaki itu sendirian.

"Rasain lo!" desis Milka.






🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥




Bagian 10, Ayeay!

Jangan lupa vote dan komen, ya!

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Ambulu, 30 Desember 2017

A N T I D O T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang