Saat bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring, Milka bergegas mengemasi buku-buku yang masih berserakan di meja. Hari ini cukup melelahkan. Ia mencatat cukup banyak materi dari buku Clara, supaya ia tidak terlalu tertinggal dengan pelajaran dalam kelas ini.
Clara masih menelungkupkan wajahnya di atas meja. Sepertinya gadis itu masih tertidur. Milka tak tahu pasti, karena Clara membelakangi dirinya. Seusai mengemasi barang-barang, Milka hendak meninggalkan Clara begitu saja. Tetapi, ada rasa kasihan dalam lubuk hatinya. Ia kembali melangkah mundur untuk membangunkan Clara.
Dengan hati-hati Milka menepuk pundak Clara. Gadis itu sedikit menggusar.
"Bangun Clar! Udah waktunya pulang," ucap Milka setelah itu.
Clara hanya menjawab dengan suara tidak jelas. Khas orang bangun tidur.
"Gue pulang duluan, ya!"
"Tungguin gue, Mil!" seru Clara dengan terburu-buru. Dengan asal ia memasukkan semua barang-barangnya. Kemudian, ia langsung menghampiri Milka yang berada di ambang pintu.
"Kebo banget sih lo. Pake acara ngiler lagi," ucap Milka sedikit geli.
Mendengar ucapan Milka, Clara dengan sigap langsung membersihkan dagunya. "Tadi kan, gue tidurnya miring. Makanya gak sengaja ngiler. Lagian gue tetep cantik kok," ucap Clara dengan entengnya.
"Semerdeka lo, Clar."
Mereka berdua berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Keadaan koridor masih cukup ramai. Banyak murid yang masih menetap di kelas.
"Sekarang kan udah jam pulang sekolah, kok mereka semua belum pulang?" tanya Milka menunjuk ke arah beberapa murid di depan sana.
"Kebanyakan ekskul di sekolah ini, diadakan sepulang sekolah. Mungkin, mereka lagi ada kegiatan ekskul. Jadi, mereka belum pulang," jelas Clara sembari memegang tali tasnya.
"Oh, gitu."
"Astaga! Gue lupa. Sekarang gue ada ekskul cheers!" ucap Clara dengan histerisnya. "Aduh gue telat lagi," lanjutnya setelah melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Terus kenapa lo masih bingung di sini? Buruan pergi," kata Milka dengan bingung. Karena Clara tidak segera bergegas pergi.
"Kalo gitu gue duluan, ya, Mil. See you!"
Milka tersenyum ke arah Clara. Baru setelah itu, ia kembali berjalan melewati koridor. Sesekali ia tersenyum saat ada beberapa murid yang berpapasan dengannya.
"Milka! Lo Milka kan?" teriak seseorang dari belakang.
Milka menoleh ke arah orang itu. "Iya, gue Milka. Lo siapa?"
"Gue Kevin, wakil ketua OSIS Starlight. Ini ada titipan dari kepala sekolah. Kayaknya sih seragam," tutur Kevin seraya memberikan bungkusan yang ada di tangannya.
"Thanks, ya. Gue duluan," ujar Milka meninggalkan Kevin terlebih dulu.
Kevin hanya mengangguk. Kevin memandang punggung Milka beberapa saat, kemudian ia kembali berjalan.
Sekarang Milka pulang dengan menenteng kantong plastik yang cukup besar. Syukur lah, besok ia bisa memakai seragam yang sama dengan murid lainnya. Sehingga tak harus mendapat tatapan menyelidik lagi.
Milka berjalan santai seraya bersenandung pelan. Tiba-tiba Milka hampir terjengkang ke belakang, karena ada seseorang yang sengaja menarik tas Milka dengan cukup keras.
"Apa––" perkataan Milka langsung terputus saat melihat siapa orang yang sudah menarik tasnya dengan lancang.
Pasti mau ngebicarain poin yang tadi, batin Milka.
"Lo lagi, lo lagi. Gak capek cari gara-gara sama gue?!" bentaknya cukup kasar.
Kok dia jadi kasar banget? Bicaranya juga beda, batin Milka bingung.
"Kenapa bengong? Lo masih terpesona sama ketampanan gue?" tanyanya dengan percaya diri.
"Lo ngapain sih narik-narik tas gue?" tanya Milka pada akhirnya.
Dia, laki-laki itu. Membuka tas miliknya. Sepertinya, dia mencari sesuatu.
"Ini sepatu lo kan?! Apa lo nggak diajari sopan santun sama orangtua lo, sampe lo nimpuk orang sembarang kayak tadi?! Lo pikir ditimpuk pake sepatu nggak sakit apa?!"
Kenapa sepatu gue ada sama dia? Tapi, tadi waktu gue ketemu Daniel. Dia gak ngebahas soal ini, batin Milka bertanya-tanya.
Milka tertegun mendengar kata kasar yang diucapkan lelaki itu. Sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak terlihat seperti orang ketakutan. Sejujurnya, Milka sangat tidak bisa dibentak. Karena hatinya terlalu lembut.
"Ya, sori. Gue nggak sengaja. Lagian elo sih, ngatain badan gue lebar," dumel Milka kembali kesal mengingat kejadian itu.
"Kalo lo ngerasa badan lo ramping, kenapa lo harus harus marah saat gue ngatain badan lo lebar? Kalo lo marah, berarti ucapan gue emang bener dong," ujarnya dengan tatapan peperangan.
"Badan gue emang ramping kok. Terus ada masalah sama lo?!" amarah Milka hampir mencapai puncak ubun-ubunnya.
"Lo itu murid baru aja belagu!"
"Sedangkan elo, murid bangkotan aja songong! Balikin sepatu gue!"
"Lo mau sepatu ini?" tanyanya dengan mendekatkan sepatu itu pada wajah Milka. Milka hendak mengambil sepatu itu. Tetapi, dengan cekatan lelaki itu langsung mengalihkan sepatu itu dari Milka. "Enak aja! Ambil kalo lo bisa," ejeknya.
Dasar cowok bunglon! Punya kepribadian kok berubah-ubah, dumel Milka dalam hati.
"Mau lo itu apa sih?!"
Dia tersenyum jahat kepada Milka. Milka rasa, sebentar lagi akan ada masalah.
🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥
A/N:
Udah ada yang bisa nebak gak? Siapa 'cowok bunglon' itu?
Hayoo siapa?😅
Don't forget to vote and comment gaes!
See u next chapter💋
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Ambulu, 26 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
A N T I D O T E
Teen FictionMilka baru saja menyadari. Ternyata, ada yang lebih manis dari permen kapas yang biasa ia beli setiap hari. Milka paham betul, resiko apa saat ia terus-terusan mengonsumsi permen berasa manis itu setiap hari. Pasti suatu saat ia akan sakit gigi. Dan...