2.7 - Istirahat Kedua

79 2 0
                                    

Waktu mata pelajaran ke empat, terasa sangat lama bagi Clara. Sedari tadi, perutnya sudah berbunyi cukup keras, sehingga beberapa anak menoleh ke arahnya. Milka yang duduk di samping Clara, hanya menggeleng pelan ketika mendengar perut Clara yang kelaparan. Karena Clara tak pernah mau sarapan pagi, sehingga di jam-jam seperti ini, cacing dalam perutnya selalu berdemo, meminta jatah makan.

Clara menarik nafas panjang, menghembuskan perlahan. Ia mendekat pada Milka. Berbisik kepada gadis itu. "Mil ... gue laper," bisiknya seperti orang yang sangat lemah, butuh asupan makanan bergizi.

Milka tak menoleh ke arah Clara, ia tetap menatap lurus ke depan ––ke arah papan tulis. Namun, ia tetap bersuara dengan lirih, membalas ucapan Clara tadi. "Ye, sabar Clar. Gue juga laper."

Mendengar hal itu, bibir Clara sudah monyong saja. Ia kesal kepada guru di depan sana, mengapa mengajarnya tak kunjung selesai. Apa tidak bosan mulutnya berbicara?

Sekitar sepuluh menit setelah itu, terdengar bunyi bel istirahat. Clara yang semula terlihat tak memiliki semangat, langsung berbinar dan segera menarik lengan Milka agar keluar dari kelas ini. Dia benar-benar sudah tak sabaran.

"Buruan napa, Mil. Gue udah kelaperan banget, bisa-bisa gue pingsan, nih," ucap Clara dilebih-lebih kan. Dia sudah berdiri di samping bangkunya, menatap Milka yang sibuk membereskan buku-buku yang baru saja ia gunakan untuk mencatat materi.

"Lebay lo," balas Milka menatap datar kepada Clara. Ia pun akhirnya segera meninggalkan ruang kelas. Secepat mungkin berjalan menuju kantin, sebelum kantin dipenuhi para murid. Bisa-bisa ia tak mendapat tempat duduk lagi, seperti kemarin.

"Hari ini kita makan apa ya, Mil? Nasi goreng atau mie goreng? Tapi, gue pengin bakso juga. Eh, roti bakar enak kali, ya?" ujar Clara berpikir serius. Terlihat sekali dia sangat kelaparan. Badan Clara yang kecil, mampu menampung banyak makanan. Ia juga tak gendut-gendut meski banyak makan. Jadi ia tak pernah risau.

Sedangkan Milka. Saat ia hendak makan saja, sudah ada yang bilang; awas gendutan, jangan makan banyak-banyak. Milka sedih ketika mendengar hal itu. Jadi, sebisa mungkin Milka menjaga pola makananya. Tidak boleh terlalu banyak.

"Makan apa aja lah, yang penting jangan makan hati. Sakit." Milka berujar santai, tak menoleh ke arah Clara.

Alis Clara terangkat sebelah, apa ia tak salah dengar? Mengapa Milka jadi melankolis begini? Mungkin, otaknya sedang bermasalah, karena kebanyakan melihat drama menye-menye.

"Gak jelas lo, Mil. Gue serius tau," balas Clara saat mereka berdua sudah berdiri di pintu masuk kantin.

Langkah mereka berdua terhenti, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Semua kursi sudah dipenuhi oleh penghuninya masing-masing. Dalam benak Milka, ada sebuah niatan untuk kembali lagi ke dalam kelas. Tetapi, tentu saja Clara tidak setuju.

Saat Milka hendak berbalik badan. Clara segera menarik lengan Milka, agar gadis itu kembali pada tempatnya semula.

"Temenin gue pesen makan dulu, perut gue kelaperan banget, nih." Clara memandang Milka dengan melas. Berusaha membuat Milka menurut.

"Terus mau makan di mana? Kan gak boleh makan di kelas," jawab Milka, terlihat tak lagi tertarik untuk makan di kantin.

"Ya udah, sih. Penting pesen makan dulu, itu dipikir belakangan," ucap Clara seraya menarik lengan Milka, agar ikut masuk ke dalam kantin.

Clara memesan banyak makanan. Seperti bakso, mie ayam, roti bakar, dan segelas jus jeruk. Sedangkan Milka, memilih untuk pesan bakso dan sebotol air mineral.

Setelah makanan di atas nampan berada di tangannya, ia kembali menatap ke seluruh kantin. Mata Clara berbinar, melihat Dariel yang tengah makan seorang diri di pojok kantin.

Sebelum Clara memberitahu Milka, bahwa di kantin ini ada Dariel. Ternyata Dariel terlebih dahulu menyadari keberadaan mereka berdua. Dariel tersenyum tipis melihat keberadaan Milka di kantin ini.

"Milka! Duduk di sini aja," ujar Dariel sedikit berteriak. Sehingga membuat Milka menoleh, menatap keberadaannya.

Milka tak yakin untuk menghampiri Dariel. Tetapi, Clara tetap saja menarik lengan Milka untuk berjalan ke arah meja Dariel. Milka pun hanya pasrah.

"Halo, mbak-mbak," ucap Dariel saat melihat dua remaja cantik di hadapannya. "Silakan duduk," sambungnya.

"Sok manis lo," balas Clara, menyebikkan bibirnya. Dia segera meletakkan nampannya di atas meja. Siap untuk melahap habis.

"Dari dulu, porsi makan lo tetep aja kayak kuli, Ra. Feminim dikit kek, makan seporsi aja gitu," ujar Dariel saat melihat pesanan Clara.

Kening Milka berkerut mendengar ucapan Dariel. Terlihat aneh. Milka rasa, ada sesuatu hal ia belum tahu dari dua orang ini.

"Ya, namanya juga laper. Seporsi mah kurang, Riel."

Dariel hanya menggeleng pelan. Ia beralih menatap Milka, dia hendak memasukkan suapan pertama ke dalam mulut.

"Selamat makan, Mil. Jangan lupa berdoa, ya," ucap Dariel, tersenyum hangat ke arah Milka.

Milka mendongak, menatap Dariel. Ia menurunkan sendoknya, tersenyum tipis ke arah Dariel. Milka terlihat malu-malu.

Tak lama setelah mereka bertiga hening, Clara pun berucap sembari memakan makanan di hadapannya. Terlihat sangat santai.

"Kalian berdua cocok loh! Kenapa nggak jadian aja?"

Milka langsung tersedak makanannya, Dariel berhenti mengunyah, mereka berdua menatap lurus ke arah Clara.

"Eh, biasa aja kali natapnya. Jangan shock gitu," kata Clara, ia terkekeh pelan.

Milka dan Dariel menggeleng pelan, bersamaan. Mereka berdua terlihat salah tingkah, Clara gemas melihatnya.

"Kalo udah jadian, jangan lupa peje-nya. Perut gue siap nampung traktiran makan dari lo berdua," ujar Clar lagi, terdengar menyebal kan di telinga Milka.

Dalam hati, Milka berucap sabar. Meskipun Clara belum selesai dari makannya, Milka tetap menarik lengan Clara agar pergi dari kantin.

"Maaf ya, Riel. Otak Clara lagi konslet, kita pergi dulu," ujar Milka dengan cepat. Ia tak mempedulikan Clara yang mendumel, sebab makannya belum selesai.

Dariel terkekeh pelan, ia menatap lurus punggung Milka yang sudah berlalu.












🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥🐤🐥

A N T I D O T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang