Milka duduk manis di depan rumah, ia tengah menunggu kedatangan Shasa. Yang katanya hari ini mengajak untuk berangkat bersama-sama. Sembari menunggu, ia sibuk mengahabiskan permen kapas di tangannya. Ternyata Shasa datangnya lebih lama dari waktu yang mereka bicarakan tadi malam.
Milka sudah menghabis satu bungkus permen kapas. Ia hendak masuk ke dalam rumah, berniat untuk mengambil permen kapas lagi. Tetapi, langkahnya terhenti saat mendengar suara klakson mobil. Ia pun mengurungkan niatnya untuk mengambil permen kapas.
Milka menghampir mobil itu. Sesuai dugaan, ternyata itu memang mobil Shasa. Milka langsung saja masuk dan duduk di sebelah Shasa yang mengemudi.
"Udah nunggu lama, ya? Sori, gue kesiangan tadi," ucap Shasa setelah Milka selesai memakai seatbelt-nya.
"Lumayan, sih, Kak. Tapi, nggak pa-pa kok."
Mobil Shasa kembali melaju membelah jalan raya. Di dalam mobil, hanya terdengar lagu dari tape mobil Shasa.
Tak terlalu Milka berada di dalam mobil itu, ia mencium aroma yang tidak mengenakkan. Awalnya ia hanya diam sembari mengendus-ngendus seperti kucing. Tapi, lama kelamaan, aroma itu memang benar-benar tercium dengan kuat oleh hidung Milka.
"Kak, ini cuma hidungku yang nyium bau alkohol atau gimana, sih? Masa di mobil Kak Acha ada bau alkohol?" ucap Milka bingung sendiri. Ia menengok sisi kananya, menoleh ke belakang. Namun, tak ada apa-apa. Hanya ada sebuah paper bag di belakang sana. Lalu, dari mana bau alkohol itu?
"Nggak kok, gue nggak nyium ada bau alkohol," elak Shasa dengan santai. Meskipun dirinya juga bisa merasakan ada bau alkohol dalam mobilnya.
"Mungkin hidung gue bermasalah kali, ya, Kak."
Shasa hanya diam tak lagi membalas ucapan Milka. Ia lebih memilih fokus ke jalanan yang hari ini cukup ramai. Atau mungkin ini karena ia berangkat terlalu siang.
Milka mengganti-ganti musik dari tape mobil Shasa. Dari sekian banyak lagu yang berputar, tak ada satu pun yang menurut Milka cocok dengan moodnya hari ini. Ia pun tanpa izin langsung mematikan tape tersebut.
Ia memilih memandang ke arah luar jendela mobil. Melihat pengendara lain yang juga tengah berhenti karena dihadang oleh rambu-rambu lalu lintas yang berwarna merah. Ia kembali meluruskan pandangannya, di depan sana ada dua orang pengendara motor besar, motor mereka sama persis. Dan, Milka baru menyadari jika motor dua orang itu juga mirip dengan cowok bunglon. Atau jangan-jangan, cowok bunglon itu dua orang yang berbeda?
Pemikiran tersebut, tiba-tiba saja masuk ke dalam otak Milka. Ia terus memperhatikan dua orang lelaki itu. Hingga lampu hijau sudah menyala, dua orang pengendara tadi dengan cepat menghilang dari pandangan Milka.
"Apa mereka ada hubungannya sama cowok bunglon itu?" tanya Milka pada dirinya sendiri.
Tidak terasa, mobil Shasa sudah menepi di area parkiran. Mereka berdua pun turun dari mobil. Pada saat itu juga, kedatangan mereka menjadi sorotan para murid yang berada di tempat itu. Mereka saling berbisik seraya melihat ke arah Milka. Hal itu membuat Milka menjadi risih sendiri.
"Gak usah bingung, mereka emang suka gitu," ucap Shasa yang mengerti arti dari ekspresi Milka. Dia merangkul Milka hingga mereka berdua menulusuri koridor, untuk sampai ke kelas mereka masing-masing.
Milka hanya mengangguk mengerti. Meskipun, ia merasa ada yang aneh dengan tatapan-tatapan tadi.
"Mil, gue titip paper bag ini, ya. Tolong lo kasiin ke Dariel, kelas 11-C. Deket sama kelas lo, kan?" ucap Shasa sembari memberikan paper bag itu kepada Milka.
"Iya, deket kok, Kak. Dariel itu siapa? Pacar Kak Acha berondong, ya?" tanya Milka dengan kekehan pelan.
"Doa-in aja biar cepet bisa jadi pacar," jawab Shasa terkekeh. Shasa baru ingat jika dirinya tak bisa berlama-lama mengobrol dengan Milka, ia pun segera berpamitan kepada Milka. "Gue masuk kelas dulu, ya. Jangan lupa kasi ke Dariel," ucapnya seraya berlalu dari hadapan Milka.
"Siap, Kak," balas Milka seraya memberi hormat kepada Shasa yang telah berlalu. Dalam otaknya, ia masih terngiang tentang dua motor yang sama tadi. Dua motor yang ia lihat saat di traffic light tadi. Ia pun kembali melangkah kan kakinya, tetapi bukan untuk masuk ke dalam kelas. Melainkan ia pergi ke parkiran. Ia akan mengecek sendiri dua motor besar tadi.
Jika memang mereka adalah dua yang sama, pasti dua motor itu akan ada di sekolah ini. Tetapi, juga tak menutup kemungkinan itu hanya kebetulan ada dua pengendara yang memiliki motor sama.
Sampainya di parkiran, Milka berjalan menelusuri parkiran. Di ujung sana dia melihat motor yang tadi, tetapi hanya ada satu motor yang mirip dengan motor yang tadi di parkiran ini. Milka berjalan mengelilingi motor besar itu. Tak ada yang salah dengan motor itu.
"Ada apa dengan motor saya?"
Milka mendongak, menatap sesorang yang memiliki suara itu. Suara itu tidak asing di telinga Milka.
"Daniel?"
****
soo yaaa
2 januari 2018
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A N T I D O T E
Teen FictionMilka baru saja menyadari. Ternyata, ada yang lebih manis dari permen kapas yang biasa ia beli setiap hari. Milka paham betul, resiko apa saat ia terus-terusan mengonsumsi permen berasa manis itu setiap hari. Pasti suatu saat ia akan sakit gigi. Dan...