Author POV
Alarm berbunyi, membuat gadis yang mengganti namanya menjadi Sarah itu membuka matanya saat pagi-pagi buta.
Dilihatnya jam itu dan ternyata masih menunjukkan jam 4.30. Dimatikannya jam tersebut lalu membangkitkan tubuhnya dari posisi tidurnya, dia berjalan tertatih-tatih menuju ruang tengah yang berada di bawah. Dituruninya anak tangga satu-persatu dengan sesekali meringis kesakitan.
Terlihatlah seorang pria yang dikaguminya sedang tertidur pulas di atas sofa panjangnya. Di dekatinya tubuh pria itu dan diperhatikannya setiap inci wajah pria itu. Dia berlutut disamping sofa dimana pria itu tidur.
Pria itu memiliki jenggot dan kumis yang membuatnya semakin terlihat tampan. Di usapnya wajah pria itu dengan tangan lembutnya, tangan pria itu secara cepat menghentikan tangan lembut yang sedang membelai wajahnya itu.
"Apa yang kau lakukan?" Kata pria itu sambil membuka matanya lebar-lebar dan menatap tajam
"Mengagumi ciptaan tuhan." Kata gadis itu. Pria itu segera melepas tangan gadis itu secara kasar.
Pria itu segera bangkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk menghadap gadis itu. "Aku akan pergi hari ini." Kata pria itu sambil meninggalkan gadis itu.
Gadis itu bangkit lalu duduk di atas sofa panjang di sampingnya. "Aku akan pulang siang nanti." Lanjut pria itu dan gadis itu hanya mengangguk kecil.
"Disana sudah ada roti tawar dan selai." Lanjutnya lagi dan dibalas gadis itu dengan anggukan kecil.
Dibenak gadis itu terdapat rasa bersalah yang amat besar. Orang yang dicintai oleh orang yang sangat ia cintai telah dibunuh oleh klannya sendiri. Tiba-tiba saja perasaan itu datang menghantuinya dan membuatnya meneteskan air mata.
Ditambah lagi perasaannya yang hanya bertepuk sebelah tangan. Setelah ia pergi meninggalkan masa lalunya, rasa benci sudah menghapus perasaannya untuk masa lalunya. Rasa benci itu lebih besar dari cinta dan kesedihan dihatinya.
Gadis itu merasa bahwa tidak ada lagi cinta yang bisa menerimanya. Seolah-olah dunia mengutuknya untuk hidup tanpa cinta.
"Hei." Kata pria itu membuyarkan lamunannya.
Di pandangnya pria yang memanggilnya itu dengan mata sembabnya, pria itu memakai jas hitam dengan rambut sebahunya yang tertata rapi. "Aku pergi." Kata pria itu berlalu meninggalkannya.
Dibukanya baju yang menutupi lukanya itu, ditempelkannya tangan kanannya ke arah jahitan lukanya itu. Dia berusaha menyembuhkan lukanya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Mulutnya membaca suatu mantra dan dia mengerang kesakitan sampai meneteskan air matanya.
Setelah beberapa detik dia membuka tangannya dan terlihatlah jahitan lukanya yang sudah menghilang tanpa bekas. Sekarang dia terbebas dari rasa sakit yang dideritanya.
Gadis itu segera menaiki anak tangga menuju ke kamar pria itu. Dibukanya lemari pakaian milik pria itu dan ditemukannya dress berwarna pastel yang tergantung rapi di dalam lemari itu yang diyakininya adalah milik dari istri pria itu. Di ambilnya dress berwarna cream dan diletakkannya di atas tempat tidur. Dibawah gantungan semua dress itu terdapat sederet flatshoes yang juga berwarna pastel, diambilnya flatshoes yang berwarna senada dengan dress yang dipilihnya.
Setelah mandi, ditemuinya make up yang tertata rapi di depan kaca berbentuk bulat. Dipolesnya wajah cantiknya dengan make up tipis dan dipakainya dress yang dipilihnya tadi.
Kini gadis itu terlihat sangat cantik memakai dress Cream dengan sedikit polesan make up. Dituruninya satu-persatu anak tangga untuk menuju ke arah dapur.
Di ambilnya 2 potong roti tawar dan memberinya selai cokelat kesukaannya. Dilahapnya roti itu dengan sedikit rakus, karena memang perutnya sudah terasa sangat lapar sekali.
⏩
"Iosef Malankof." Katanya sambil menyodorkan kartu identitasnya. Diambilnya kartu identitas itu oleh resepsionis dari hotel yang dikunjunginya itu.
"Black hole, meja 9." Kata resepsionis itu sambil mengembalikan kartu identitasnya.
"Terima kasih." Katanya sambil meninggalkan resepsionis itu.
Dimasukinya lift khusus untuk pegawai sepertinya, di tekannya lantai 4 dan tidak lama kemudian seorang wanita masuk kedalam lift bergabung bersamanya.
"Sudah lama sekali seorang Chris tidak datang kemari." Kata wanita itu.
"Aku sangat sibuk." Katanya.
"Baiklah, aku percaya kepadamu." Kata wanita itu.
Pintu lift terbuka dan menunjukkan lantai 4 dimana dia harus pergi.
"Sampai jumpa, Helda." Katanya sambil meninggalkan wanita itu.
"Sampai jumpa, Chris." Jawab wanita itu seiring tertutupnya pintu lift.
Dijumpainya sebuah club dengan banyak wanita dan pria yang sedang menikmati minuman mereka dengan alunan musik jazz. Ditujunya meja nomor 9 dan disana terdapat seorang pria yang sedang menikmati cerutunya. Pria itu terlihat seumuran dengannya. Didudukinya kursi kosong di depan pria itu.
"Christian." Kata pria itu sambil tertawa.
"Setelah sekian lama, kau akhirnya kembali juga." Lanjutnya.
"Tempat ini tidak berubah." Katanya.
"Tempat ini masih sama Chris." Kata pria itu.
"Selamat datang kembali Chris." Lanjutnya sambil menyodorkan tangan kanannya.
"Terima kasih." Katanya sambil menjabat tangan pria itu.
__________
Bonus malam ini, karena author guabut tingkat dewa 😵
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MATE IS A WITCH
WerewolfHidup memberi banyak pilihan entah itu keluarga dengan cinta ataupun cinta dengan cinta yang lainnya. Jika seseorang hanya memilih salah satu dari dua pilihan itu maka, percayalah, aku akan memilih semuanya.